"Ah, sama sekali tidak, Taihiap. Bahkan tadinya kami amat mengharapkan bantuan Taihiap untuk mendamaikan urusan ini, akan tetapi kini para murid sedang marah-marahnya, dan saya sendiri tentu saja juga penasaran karena kembali kehilangan seorang murid yang baik."
Sin Hong lalu menggandeng tangan Yo Han meninggalkan rumah perguruan silat yang besar itu, bahkan lalu keluar dari kota Lu-jiang. Setiba mereka di luar kota, hari telah mulai gelap, senja telah mendatang.
"Suhu, apa yang akan kita lakukan sekarang?"
Yo Han bertanya. Sin Hong menoleh dan memandang muridnya sambil tersenyum.
"Apa yang akan kita lakukan? Melanjutkan perjalanan, apa lagi?"
"Tapi permusuhan antara Ngo-heng Bu-koan dan Kim-liong-pang itu...."
"Ah, itu bukan urusan kita, Yo Han. Perlu apa kita mencampuri urusan orang lain?"
Sin Hong mencela muridnya. Hening sejenak dan kedua orang itu melanjutkan perjalanan tanpa berkata-kata. Yo Han berjalan dan sambil menundukkan mukanya. Tiba-tiba dia bertanya,
"Suhu, kalau teecu melihat dua orang berkelahi dan berusaha mati-matian untuk saling bunuh, apakah yang harus teecu lakukan?"
"Hemmm, tentu engkau harus melerai mereka dan berusaha untuk mendamaikan mereka, atau kalau kau tahu bahwa seorang di antara mereka jahat dan hendak menekan, kau harus membantu yang lemah tertindas."
"Suhu, bukankah kalau teecu mencampuri berarti teecu mencampuri urusan orang lain?"
Mendengar nada suara muridnya, Sin Hong menoleh dan dia pun tersenyum, dan dia mengerti apa yang dimaksud-kan muridnya yang cerdik itu lalu dia menarik napas panjang.
"Baiklah, Yo Han. Aku pun sedang memi-kirkan cara bagaimana aku akan dapat menghentikan permusuhan antara Ngo-heng Bu-koan dan Kim-liong-pang. Karena kedua pihak berkeras kepala, maka aku tidak ingin lagi mencampuri. Jangan-jangan malah akan dimusuhi kedua pihak."
"Suhu telah berkenalan dengan pihak Bu-koan dan tahu akan isi hati Bhe-kauwsu, akan tetapi belum mengenal pihak Kim-liong-pang. Kalau Suhu berkunjung ke sana dan berkenalan, teecu kira tidak akan sukar mencari jalan tengah ke arah perdamaian."
"Usulmu baik sekali. Baiklah, mari kita pergi ke bukit Kim-liong-san itu, setidaknya kita dapat menyelidiki bagaimana sesung-guhnya keadaan pihak yang bermusuhan dengan Ngo-heng Bu-koan itu."
Yo Han merasa girang sekali, akan tetapi dia hanya mengangguk dan mengikuti suhunya menuju ke bukit yang nampak dari situ walaupun cuaca sudah mulai remang-remang. Tiba-tiba Sin Hong menarik lengan muridnya dan menyelinap ke dalam semak-semak. Dia melihat bayangan orang. Yo Han juga mengintai dari balik semak-semak dan dia pun melihat dua orang laki-laki sedang menggotong tubuh seorang laki-laki lain yang agaknya telah tewas. Karena cuaca remang-remang, maka Sin Hong tidak dapat mengenal wajah kedua orang itu.
"Engkau tunggu saja di sini, aku akan membayangi mereka."
Bisiknya kepada Yo Han. Anak ini mengangguk, maklum bahwa kalau dia ikut, hanya akan merepotkan saja dan mungkin akan menggagalkan usaha gurunya yang akan melakukan penyelidikan. Sln Hong berkelebat dan lenyap dari depan muridnya, membuat Yo Han terbelalak kagum.
Dengan kepandaiannya yang tinggi, mudah saja bagi Sin Hong untuk membayangi kedua orang itu sampai dekat tanpa mereka melihat atau mendengar gerakannya. Dengan jantung berdebar Sin Hong dapat mengenal seorang di antara mereka, yaitu Phoa Hok Ci, murid kepala dari Ngo-heng Bu-koan yang paling mendendam kepada Kim-liong-pang itu. Dari Bhe Kauwsu dia mendengar betapa korban pertama di pihak Ngo-heng Bu-koan adalah seorang murid perempuan dan gadis yang diperkosa lalu dibunuh itu adalah kekasih Hok Cit dan korban terakhlr adalah seorang sute yang paling dekat dengan Hok Ci. Kini dua orang yang menggotong sesosok mayat itu, masuk hutan kecil di lereng Kim-liong-pang dan mereka berhenti. Sin Hong cepat menyelinap ke belakang sebatang pohon terdekat. Dia mengintai dan mendengarkan dengan hati-hati karena merasa curiga akan sikap mereka.
"Suheng, kita apakan mayat itu? Kita kubur di sini?"
Orang ke dua bertanya dan tahulah Sin Hong bahwa dia seorang murid Ngo-heng Bu-koan pula, adik seperguruan Phoa Hok Ci.
"Kubur di sini? Huh, enaknya! Kita biarkan dia di sini agar besok pagi ada orang Kim-liong-pang yang melihatnya. Tinggalkan golokmu itu di tubuhnya, atau biar kutusukkan golok itu di tubuh mayat ini!"
Phoa Hok Ci menerima golok di tangan sutenya dan sekali bergerak goloknya itu menancap sampai dalam di dada mayat. Tidak ada darah keluar, tanda bahwa mayat itu sudah sejak tadi tewas.
"Tapi.... Suheng, golok itu ada tanda perguruan kita."
"Bagus, memang itu yang kukehendaki. Biar mereka tahu bahwa putera ketua mereka dibunuh oleh orang-orang Ngo-heng Bu-koan!"
"Aih, bagaimana Suheng ini? Bukankah suhu sedang berusaha untuk mengadakah perdamaian dengan pihak Kim-liong-pang? Perbuatan Suheng ini akan menambah besar dendam dan permusuhan! Aku tadi sudah sangsi ketika Suheng mengajak aku, mengeroyok Ciok Lim, biarpun aku juga tidak suka kepadanya, apalagi mengingat bahwa dia tersangka utama dalam perkosaan dan pembunuhan sumoi kita."
Phoa Hok Ci mengambil pedang milik Ciok Lim yang sudah menjadi mayat itu. Pedang itu tadinya masih terselip di sarung pedang yang tergantung di punggung, hal ini saja menunjukkan bahwa pemuda putera ketua Kim-liong-pang ini agaknya dibunuh secara mendadak sehingga dia tidak sempat membela diri.
"Aku memang menghendaki agar kedua pihak bermusuhan! Biarlah kedua pihak hancur, kecuali Bhe Siang Cun! Ia seorang yang harus hidup dan menjadi Isteriku!"
"Suheng.... apa.... apa maksudmu....?"
Orang kedua itu agaknya terkejut bukan main mendengar ucapan Phoa Hok Ci itu.
"Sudah sejak dulu kurindukan Siang Cun, dan kujelaskan niatku memperisteri gadis itu, akan tetapi suhu dengan halus menolak, bahkan hendak menjodohkan aku dengan Cin-sumoi. Aku merasa penasaran, dan lebih sakit hatiku ketika suhu menerima pinangan Ciok Lim ini! Tidak ada jalan lain bagiku kecuali menggagalkan perjodohan itu dan untuk itu, Kim-liong-pang dan Ngo-heng Bu-koan harus menjadi musuh besar yang saling bermusuhan! Aku tidak mencinta Cin-sumoi, cintaku hanya untuk Bhe Siang Cun, maka biarlah Cin-sumoi menjadi korban pertama untuk membuka permusuhan antara kedua pihak, dan aku berhasil.... ha-ha-ha, aku berhasil! Apalagi malam ini, Ciok Lim, telah tewas dan untuk kematian ini, pihak Kim-liong-pang pasti akan membalas dendam dan tidak ada kekuatan lain di dunia ini yang akan mampu menghapus dendam di antara mereka!"
"Suheng....! Kau.... kau gila....!"
"Ha-ha-ha, memang aku gila, tergila-gila kepada Siang Cun dan apa pun yang akan terjadi, ia harus menjadi milikku. Kau dengar, Sute? Ia harus menjadi milikku, aih, Siang Cun jantung hatiku....!"
"Suheng, jadi kalau begitu, Cin-sumoi bukan terbunuh oleh Ciok Lim, melainkan oleh Suheng sendiri? Dan Suheng yang memperkosanya lalu membunuhnya?"
"Hemmm, hanya orang tolol seperti engkau yang tidak mengerti! Aku memperkosa dan membunuhnya agar api kebencian dan permusuhan mulai bernyala...."