Tiba-tiba Bhe Kauwsu berseru dan matanya terbelalak memandang kepada Yo Han.
"Tan-taihiap, muridmu ini sungguh seorang anak yang luar biasa cerdiknya! Kemungkinan itu memang ada! Bagaimana tidak pernah terpikirkan oleh aku yang sudah setua ini?"
"Ah, Bhe Kauwsu terlalu memuji!"
Kata Sin Hong merendah walaupun di dalam hatinya dia merasa bangga dan juga kagum karena dia melihat adanya kemungkinan besar dalam ucapan muridnya tadi.
"Yo Han hanya ngawur saja."
"Tidak, tidak! Kemungkinan ke tiga itu memang ada! Ah, kenapa aku tidak menduga akan hal itu dan siang-siang mengadakan perundingan dengan Kim-liong-pang? Harus diadakan perundingan itu untuk bersama-sama melakukan penyelidikan akan kemungkinan ketiga itu!"
"Akan tetapi, Suhu. Keadaan sudah begini meruncing, kedua pihak telah kehilangan banyak anggauta yang roboh tewas. Sakit hati sudah semakin bertumpuk, bagaimana mungkin Suhu dapat mengadakan perundingan dengan pihak Kim-liong-pang? Teecu kira mereka tidak akan mau menerima uluran tangan Suhu."
Kata pula murid Ngo-heng Bu-koan itu. Bhe Kauwsu mengangguk-angguk.
"Engkau benar juga, memang sekarang sudah terlambat. Sayang baru sekarang ada anak cerdik ini yang mengingatkan, kalau dulu sebelum jatuh banyak korban...."
"Bhe Kauwsu, dalam keadaan seperti ini, memang tidak baik bahkan berbahaya kalau engkau yang pergi ke sana, mungkin akan menambah panasnya suasana dan menimbulkan kesalahpahaman kedua pihak. Biarlah saya yang akan mewakilimu pergi menghadapi pimpinan Kim-liong-pang untuk membicarakan kemungkinan ke tiga itu, menawarkan perdamaian dan kerja sama untuk menyelidiki persoalan ini."
"Ah, kalau Taihiap suka, sungguh kami merasa beruntung dan berterima kasih sekali!"
Kata guru silat Bhe dengan girang.
"Akan tetapi, Suhu. Apakah hal itu tidak akan merendahkan nama dan kehormatan Suhu khususnya dan para murid Ngo-heng Bu-koan pada umumnya? Mereka yang lebih dulu memulai permusuhan dan penghinaan yang teramat besar, memperkosa murid perguruan kita dan membunuhnya. Sudah patutkah kalau sekarang pihak kita yang melakukan pendekatan untuk berdamai? Kita akan dianggap takut!"
Yang bicara ini adalah seorang murid kepala lain dari Ngo-heng Bu-koan dan semua murid yang hadir dalam perjamuan makan itu mengangguk-angguk menyatakan setuju. Yang mereka bela bukan hanya kebenaran, melainkan juga nama dan kehormatan perguruan mereka. Mendengar ucapan murid kepala ini, Bhe Kauwsu mengerutkan alisnya dan dia pun mengangguk-angguk dan menjadi ragu. Memang kalau dipikirkan, yang memulai permusuhan itu adalah pihak Kim-liong-pang, maka kalau kini pihak Ngo-heng Bu-koan yang membuat langkah pertama ke arah perdamaian, seolah-olah pihak Bu-koan merasa takut! Dia memandang kepada Sin Hong dengan sinar mata ragu-ragu.
"Ucapan murid kami itu memang benar, Tan-taihiap. Permusuhan antara perguruan kami dan Kim-liong-pang sudah terlampau berlarut-larut. Sudah banyak korban kedua pihak berjatuhan. Kalau sekarang tiba-tiba Taihiap muncul sebagai utusan kami untuk mengajak damai, sungguh, hal itu dapat disalah artikan, disangka bahwa kita takut atau lebih celaka, kita disangka benar bersalah."
Sin Hong mengangguk-angguk, di dalam hati membenarkan pendapat itu. Memang serba salah. Didiamkan, permusuhan itu akan semakin menghebat, kalau dia mendamaikan, maka akan tersinggung kehormatan dan nama Ngo-heng Bu-koan. Tiba-tiba terdengar suara Yo Han, nyaring dan bersungguh-sungguh.
"Ada jalan yang baik!"
Kembali semua orang memandang kagum, hanya Sin Hong yang mengerutkan alisnya, menganggap muridnya itu terlalu lancang walaupun di dalam hati dia semakin mengagumi muridnya itu yang ternyata diam-diam memperhatikan percakapan dan bahkan ikut memikirkan dan mencari jalan keluar! Akan tetapi sebelum dia menegurnya, Bhe Gun Ek sudah menanggapi.
"Anak yang baik, ada akal apa lagikah di dalam kepalamu yang amat cerdik itu! Katakanlah!"
Yo Han mengerling kepada suhunya dan memandang dengan sinar mata minta perkenan! Sin Hong tersenyum melihat ini. Bagaimanapun juga, muridnya yang lancang ini sama sekali tidak bermaksud menyombongkan dirinya, dan bahkan selalu minta persetujuannya. Dia pun mengangguk dan berkata,
"Kalau engkau memang ada pendapat yang baik, katakanlah."
Yo Han lalu bangkit berdiri dan dengan wajah bersungguh-sungguh dia berkata,
"Pendapat Bhe Kauwsu memang benar. Permusuhan itu sudah terlalu meruncing sehingga kalau yang mendamaikan itu anggauta atau utusan dari satu pihak, tentu mendatangkan perasaan rendah diri. Akan tetap kalau Suhu bertindak atas nama sendiri, sebagai orang luar yang berusaha mendamaikan antara, kedua sahabat yang kini bermusuhan, saya kira tidak akan mendatangkan perasaan tidak enak. Dan saya yakin kalau Suhu mau turun tangan mendamaikan, tentu akan membuat pihak Kim-liong-pang dapat menerima alasan dan mau bekerja sama untuk melakukan penyelidikan akan kemungkinan adanya pihak ketiga itu."
Bhe Gun Ek bertepuk tangan dengan hati girang dan mereka yang hadir tersenyum dan mengangguk-angguk. Juga Bhe Siang Cun segera berkata,
"Adik Yo Han memang luar biasa sekali, entah gurunya akan mau melaksanakan usulnya ataukah tidak,"
Berkata demikian, gadis itu melirik ke arah Sin Hong. Wajah Sin Hong berubah kemerahan dan diam-diam dia mendongkol juga kepada muridnya, karena pendapat muridnya itu seolah-olah mendesak dan mendorongnya ke sudut. Sekali ini dia tidak mungkin mundur, karena kalau dia menolak, seolah-olah dia enggan untuk mendamaikan kedua pihak. Akan tetapi kalau dia maju, berarti dia bertindak atas nama sendiri dan hal ini mengandung bahaya bahwa dia akan diterima sebagai musuh oleh pihak Kim-liong-pang. Yo Han agaknya dapat melihat isi hati gurunya melalui sinar mata dan wajah gurunya yang berubah kemerahan. Dengan suara takut-takut dia pun berkata kepada gurunya,
"Suhu selalu mengajarkan kepada teecu bahwa seorang gagah pantang mundur untuk melakukan pekerjaan yang dianggap benar, adil dan baik. Dan teecu yakin bahwa mendamaikan Ngo-heng Bu-koan dan Kim-liongpang adalah pekerjaan yang benar dan adil."
Mau tidak mau Sin Hong tersenyum. Muridnya ini memiliki kelihaian dalam bicara. Dia merasa seolah-olah sudah ditodong dan tidak mampu mengelak lagi. Secara halus anak kecil ini menyudutkannya dan menyerangnya dengan pelajaran yang diajarkannya sendiri kepada murid itu.
"Hemmm, Yo Han. Bagus engkau masih ingat akan pelajaran itu. Dengan demikian, bagaimana kalau sekarang aku menyuruh engkau yang menjadi orang yang berusaha mendamaikan kedua pihak yang bermusuhan itu? Maukah engkau menemui pimpinan Kim-liong-pang dan bicara dengan mereka, berusaha mendamaikan permusuhan mereka dengan pihak Ngo-heng Bu-koan?"
Semua orang, termasuk Bhe Gun Ek dan puterinya, terkejut dan heran mendengar ini. Seorang anak kecil berusia sembilan tahun lebih disuruh menjadi juru damai antara Ngo-heng Bu-koan dan Kim-liong-pang? Sungguh tidak mungkin! Mana pihak Kim-liong-pang akan sudi mendengarkan omongan seorang bocah? Ngo-heng Bu-koan sendiri tidak akan mau bicara mengenai permusuhan mereka dengan seorang bocah seperti Yo Han kalau dia bukan murid Tan Sin Hong! Akan tetapi dengan suara lantang dan sikap gagah, Yo Han berkata dengan suara sungguh-sungguh,
"Tentu saja teecu mau, Suhu! Kalau Suhu memerintahkan, sekarang juga teecu akan suka menemui ketua Kim-liong-pang!"
Mendengar jawaban ini, Bhe Gun Ek, Bhe Siang Cun dan para murid Ngo-heng Bu-koan tertegun, ada juga yang tersenyum geli dan menganggap jawaban itu merupakan suatu kesombongan kanak-kanak saja. Akan tetapi Sin Hong tahu benar bahwa muridnya itu tidak akan berlagak, melainkan akan sungguh-sungguh berangkat kalau dia memerintahkannya. Diam-diam dia bersyukur. Muridnya ini bukan hanya mengemukakan pendapat, melainkan juga berani mempertang-gungjawabkannya.
"Baiklah, Yo Han. Engkau pergi menemui Kim-liong-pang dan aku akan menemani-mu."
Yo Han bersorak girang.
"Kalau Suhu menemani tecu, semua akan beres!"
Tiba-tiba terdengar suara gaduh di luar dan beberapa orang murid yang dipimpin oleh Phoa Hok Ci masuk sambil menggotong sesosok mayat yang masih berlumuran darah! Ketika semua orang bangkit, Bhe Gun Ek meloncat dekat mayat itu dan berseru kaget.
"Ciang Lun....!"
Dan dia menoleh kepada Phoa Hok Ci, bertanya dengan suara gemetar.
"Apa yang telah terjadi dengan dia?"
Phoa Hok Ci menjatuhkan diri berlutut di depan kaki guru silat itu dan berkata dengan suara terkandung isak tangis,
"Suhu ketika teecu keluar kampung, teecu melihat dari jauh sute Ciang Lun sedang berkelahi, dikeroyok oleh dua orang murid Kim-liong-pang. Teecu tidak dapat melihat jelas muka mereka, akan tetapi teecu mengenal baju yang ada lambang perkumpulan itu. Ketika melihat teecu lari menuju ke tempat itu, mereka lalu melarikan diri, meninggalkan sute Ciang Lun yang sudah terluka parah. Ketika teecu membawa sute pulang, di tengah perjalanan dia tewas. Ah, Suhu sendiri maklum betapa dekatnya teecu dengan sute Ciang Lun, dia seperti adik teecu sendiri dan kini.... ah, terkutuk orang-orang Kim-liong-pang!"
Phoa Hok Ci bangkit berdiri, mukanya pucat dan basah air mata. Dia mengepal tinju dan matanya menjadi beringas. Agaknya, kalau di situ terdapat orang Kim-liong-pang, tidak akan ada yang mampu mencegahnya mengamuk dan menyerang musuh besar itu.
"Tidak ada damai dengan anjing-anjing Kim-liong-pang!"
Tiba-tiba Phoa Hok Ci berteriak dan para murid Ngo-heng Bu-koan menyambut dengan teriakan setuju. Pada saat mengeluarkan teriakan itu, Phoa Hok Ci memandang ke arah Sin Hong dengan mata melotot, seolah-olah Sin Hong yang ingin mendamaikan permusuhan itu merupakan seorang anggauta Kim-liong-pang yang harus dimusuhinya! Melihat ini guru silat Bhe segera berkata kepada muridnya itu.
"Sudahlah, lekas rawat baik-baik jenazah sutemu ini. Carikan peti yang baik dan kita lakukan upacara sembahyang di ruangan depan."
Phoa Hok Ci dan teman-temannya mengangkat jenazah itu keluar dari ruangan itu, dan Bhe Gun Ek berkata kepada Sin Hong,
"Taihiap, urusan menjadi semakin kacau sekarang! Kau lihat sendiri betapa kejamnya orang-orang Kim-liong-pang. Aku tidak dapat menyalahkan Hok Ci atas kemarahannya karena Ciang Lun yang menjadi korban itu memang amat dekat dengan dia, seperti adik kandung saja. Dia kehilangan kekasihnya yang diperkosa dan dibunuh, kemudian sekarang dia kehilangan sute yang disayangnya, dan keduanya terbunuh oleh orang-orang Kim-liong-pang atau begitu menurut dugaan. Bahkan pembunuh sutenya dilihatnya dari jauh sebagai dua orang yang mengenakan pakaian Kim-liong-peng. Tentu saja dia merasa sakit hati dan mendendam kepada Kim-liong-pang. Dan setelah peristiwa ini, agaknya hemmm, rencana kita tadi terpaksa harus ditunda dulu, Taihiap."
Sin Hong menarik napas panjang dan bangkit dari tempat duduknya.
"Aku mengerti, Bhe Kauwsu, dan sebaiknya kami mohon diri untuk melanjutkan perjalanan. Kehadiran kami hanya mengganggu saja."