Halo!

Kisah Pendekar Pulau Es Chapter 119

Memuat...

Cin Liong yang sudah siuman itu sejak tadi pura-pura masih belum sadar, dan hanya mengintai dari balik bulu matanya saja. Kini dia melihat nona itu menghadapi hidangan dan mulai makan. Akan tetapi, agaknya hidangan yang banyak macamnya dan kelihatan lezat sehingga menimbulkan selera bagi Cin Liong yang memang lapar sekali, agaknya tidak membuat nona itu bernafsu untuk makan. Hanya sedikit ia makan, lalu ia menenggak tiga cawan arak.

Cin Liong kini sadar bahwa dia sudah terperosok ke dalam perangkap yang dipasang oleh gadis ini secara cerdik sekali. Dia menduga-duga siapa gerangan gadis ini. Tak mungkin anggauta biasa dari Eng-jiauw-pang karena dua orang anggauta perkumpulan itu tadi bersikap hormat kepadanya dan menyebutnya nona. Tentu seorang tokoh pimpinan. Dan kecantikan seorang wanita dengan sikapnya yang pendiam dan halus itu bahkan lebih mengerikan dan berbahaya daripada sikap seorang musuh yang kasar dan bengis seperti orang-orang gerombolan Eng-jiauw-pang.

Diam-diam dia mengerahkan tenaga untuk menggunakan sin-kangnya menembus jalan darah yang tertotok. Dia terkejut. Totokan itu istimewa sekali dan betapapun dia mengerahkan sin-kang, tetap saja dia tidak mampu menggerakkan pusarnya dan hawa di dalam pusarnya tetap dalam keadaan tidur karena tidak ada yang menggerakkan keluar. Celaka, pikirnya. Kalau dia tidak dapat mengerahkan sin-kangnya, tentu dia tidak dapat melindungi dirinya. Tali-tali belenggu itu bukan apa-apa baginya kalau dia mampu mengerahkan tenaga sin-kangnya. Dia harus bersabar sampai pengaruh totokan itu menghilang atau menjadi lemah.

Tiba-tiba Cin Liong mendengar langkah-langkah kaki dan diapun memejamkan matanya kembali dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Daun pintu sebelah depan terbuka dan muncullah lima orang laki-laki dipimpin oleh sikumis tebal. Mereka ini adalah pimpinan gerombolan Eng-jiauw-pang! Diam-diam Cin Liong merasa betapa jantungnya berdebar kencang. Agaknya bukan hanya dia yang terkejut melihat munculnya lima orang tokoh Eng-jiauw-pang yang lihai itu, juga gadis cantik itu bangkit berdiri dan memandang kepada mereka dengan alis berkerut.

"Suheng berlima datang memasuki ruangan ini mau apakah?! tanyanya dengan suara dingin.

Si kumis tebal melangkah maju.

"Sumoi, kami datang karena khawatir akan dirimu dan ingin melihat tampangnya musuh besar kita ini. Dia harus dibunuh secepatnya, sumoi, karena kalau dibiarkan hidup lebih lama lagi, dia bisa mendatangkan bencana bagi kita. Dia amat lihai dan berbahaya.!

"Twa-suheng, sudah kukatakan kepada kalian bahwa selama semalam ini, dia menjadi tawananku dan boleh kuperlakukan sesuka hatiku. Tidak boleh ada orang lain mencampuriku! Besok barulah kalian boleh bicara mengenai dia dan boleh kalian lakukan sesuka hati kalian. Nah, sekarang keluarlah, jangan mengganggu aku yang sedang termenung!!

"Akan tetapi, kita semua amat benci dan sakit hati kepadanya. Ah, betapa ingin aku menggorok lehernya dan minum darahnya untuk memuaskan hatiku. Siang tadi dia menambah sakit hati kita dengan membunuh empat orang anak buah dan melukai beberapa orang lagi. Dia harus mati!! kata orang ke dua yang kepalanya botak.

"Ji-suheng!! gadis itu berkata, nada suaranya marah.

"Bagaimanapun juga, orang itu telah membunuh ayahku. Engkau hanyalah murid ayah, akan tetapi aku puterinya! Dendam sakit hatiku jauh lebih mendalam dibandingkan denganmu, maka janganlah bicara tentang dendam kebencian itu dengan aku!!

"Bagaimanapun juga, dia harus kupatahkan dulu siku dan lututnya, barulah hatiku lega,! kata pula orang pertama yang disebut twa-suheng dan yang berkumis tebal itu.

"Kalau sudah kupatahkan lutut dan sikunya, tentu dia tidak akan dapat melepaskan diri lagi dan tidak akan membahayakan dirimu, sumoi.!

"Twa-suheng dan suheng sekalian. Apakah kalian tidak percaya kepadaku? Ingat, siapa yang telah menawannya? Kalian berlima, dibantu oleh para anak buah, masih tidak mampu menangkapnya, bahkan mengorbankan nyawa empat orang anak buah. Sedangkan aku seorang diri saja mampu membekuknya. Akulah yang menangkapnya dan aku yang berhak memutuskan apa yang haris dilakukan dengan dia! Aku pula keturunan tunggal dari ayah. Sudahlah, aku hanya ingin bersama musuh besarku semalam ini, biarkan aku melampiaskan dendam pribadiku dengan caraku sendiri. Besok baru kita bicarakan hukuman apa yang akan kalian berikan kepadanya. Keluarlah sebelum aku marah!!

Lima orang itu saling pandang, lalu terpaksa mereka pergi meninggalkan ruangan itu. Seorang di antara mereka, yang tubuhnya pendek kecil kurus, meludah ke arah Cin Liong ketika mereka pergi, dan daun pintu mereka tutupkan dari luar dengan agak keras, tanda bahwa hati mereka tidak puas dengan sikap gadis itu. Diam-diam Cin Liong yang mengikuti semua ini harus mengakui bahwa pada saat itu, gadis cantik inilah yang telah menyelamatkannya. Karena, kalau tidak dicegah oleh gadis itu, tentu dia sudah dibunuh atau setidaknya dibikin cacat oleh lima orang itu tanpa dia mampu melawan sama sekali. Dia menarik napas lega.

Tiba-tiba gadis itu menoleh kepadanya.

"Kao Cin Liong, apakah engkau masih hendak pura-pura belum sadar?!

Cin Liong membuka matanya, menoleh dan memandang. Dia mampu menggerakkan tubuhnya, akan tetapi tidak dapat mengerahkan sin-kangnya. Kemudian dia menarik napas panjang.

"Nona, kalau orang-orang seperti anggauta gerombolan Eng-jiauw-pang memusuhi aku, hal itu tidaklah aneh karena mereka adalah orang-orang jahat. Akan tetapi kalau sampai seorang gadis cantik dan pandai seperti engkau memusuhiku, sungguh membuat aku heran dan penasaran sekali!!

Gadis itu mengejek.

"Manusia sombong! Engkau hendak mengatakan bahwa seorang pendekar besar, seorang jenderal dan panglima muda seperti engkau tidak pantas dimusuhi oleh orang baik-baik, begitukah?!

"Aku tidak biasa memuji diri sendiri, nona. Akan tetapi aku selalu hanya menentang kejahatan, dan engkau sama sekali tidak kelihatan sebagai orang jahat. Maka aku merasa heran melihat engkau menjebakku dan menawanku seperti ini.!

"Engkau tidak usah heran. Bukankah engkau yang telah menewaskan Eng-jiauw Siauw-ong Liok Can Sui? Nah, aku adalah Liok Bwee, puterinya. Ayahku kau bunuh dan aku berusaha membalas dendam itu. Apa anehnya?!

"Aneh, sungguh aneh dan sukar dipercaya....!! Cin Liong berkata, disengaja untuk mengulur waktu dan mencari kesempatan membebaskan diri.

"Apunya lagi yaug aneh?! Liok Bwee bertanya penasaran.

"Mendiang Eng-jiauw Siauw-ong adalah orang jahat yang telah diperalat oleh Hek-i Mo-ong dan antek-anteknya, para datuk sesat, untuk menyerang Pulau Es, menyerang keluarga Pendekar Super Sakti. Dan engkau, nona, engkau mengaku puterinya, sungguh tidak pantas dan aneh sekali bahwa seorang datuk sesat seperti dia mempunyai seorang puteri yang cantik dan gagah perkasa seperti engkau....!

Wajah itu sebentar merah sebentar pucat dan sepasang mata yang bening itu menatap wajah Cin Liong yang tampan.

"Sudahlah, bagaimanapun juga, aku adalah puterinya dan aku harus membalas dendam kematiannya itu.!

"Nona Liok Bwee, ayahmu tewas karena kesalahannya sendiri. Andaikata dia tidak kebetulan tewas karena berkelahi melawan aku yang membela keluarga Pulau Es, tentu dia akan tewas pula oleh keluarga yang sakti itu.!

"Cukup! Apakah kau kira aku mau menjadi anak yang tidak berbakti?! Dan di dalam suara gadis ini terkandung kesedihan yang besar.

"Aku sudah terjatuh ke tanganmu, terserah kepadamu, nona. Aku tidak takut mati. Hanya aku merasa sayang sekali, mengapa seorang gagah perkasa seperti engkau ini sampai menggunakan akal busuk untuk menangkapku. Aku tahu bahwa engkau seorang gagah perkasa, sehingga engkau tidak membolehkan ketika para suhengmu hendak membunuhku tadi. Akan tetapi, kalau engkau membunuhku dalam keadaan aku sudah terjebak begini, sungguh aku merasa amat sayang, nona. Tidak patut seorang seperti nona ini melakukan pembunuhan keji secara curang, tanpa memberi kesempatan orang itu untuk membela diri. Jauh lebih baik mati sebagai seorang gagah daripada hidup sebagai seorang pengecut.!

Gadis itu memejamkan matanya dan dari kedua matanya itu menitik turun beberapa butir air mata.

"Betapa kejamnya engkau.... betapa kejamnya engkau menusuk-nusuk perasaan hatiku. Aku memang selamanya tidak setuju dengan sepak terjang ayah. Ibu sampai meninggal dunia karena sedih memikirkan ayah yang suka bergaul dengan kaum penjahat. Sepeninggal ibu, ayah menjadi semakin nekat, bahkan mengangkat diri menjadi seorang di antara datuk kaum sesat. Ah, aku malu.... aku menyesal sekali. Ketika ayah diajak Hek-i Mo-ong, aku sudah mencegahnya, menangis, akan tetapi percuma saja. Ketika aku mendengar bahwa ayah tewas di tangan Jenderal Muda Kao Cin Liong, tentu saja aku merasa sakit hati. Akan tetapi apa dayaku? Aku mendengar bahwa Kao Cin Liong adalah putera Naga Sakti Gurun Pasir! Akan tetapi, para suhengku tak pernah putus asa dan pada suatu hari mereka menemukan jejakmu. Akan tetapi mereka semna kalah olehmu. Ah, betapa kagum hatiku. Selama hidupku, belum pernah aku melihat pendekar seperti engkau, yang dapat memukul mundur lima orang suhengku berikut semua anak buah! Akan tetapi, aku harus membalas kematian ayahku, maka aku.... aku....!

Cin Liong diam-diam merasa girang. Tidak keliru dugaannya. Gadis ini mempunyai kelemahan, dan pada dasarnya bukanlah seorang jahat atau kejam. Akan tetapi keadaan yang memaksanya karena ia puteri ketua Eng-jiauw-pang. Maka diapun tersenyum.

"Nona, aku tidak takut mati dan mati di tanganmu jauh lebih menggembirakan daripada mati di tangan orang-orang Eng-jiauw-pang itu. Kalau engkau menganggap sudah sepatutnya aku mati karena membela kebenaran, nah, bunuhlah, jangan ragu-ragu lagi. Kalau nona ragu-ragu dan melakukan tindakan yang berlawanan dengan suara hati kecil, nona akan merasa menyesal selama hidup.!

Gadis itu mengusap air matanya dan dengan mata basah memandang kepada Cin Liong, lalu menggeleng-geleng kepalanya.

"Tidak.... tidak.... sejak aku berhasil meringkusmu di sini dan sampai sekarang, aku tiada hentinya menatap wajahmu dan terjadi perang di hatiku.... membuat aku gelisah dan bingung. Tidak, Kao Cin Liong, aku tidak mungkin dapat membunuhmu....!

Cin Liong tersenyum.

"Sudah kuduga, nona Liok Bwee. Seorang gadis sepertimu ini, tidak mungkin menjadi seorang yang jahat atau curang. Tak mungkin engkau mau membunuh orang begitu saja. Engkau gagah dan baik....!

Post a Comment