Sebelum dia secara kebetulan menemukan ilmu di dalam sumur tua dan mempelajarinya, dia adalah seorang murid Thian-li-pang yang baik dan gagah perkasa.
Bahkan mendiang Lauw Kang Hui menaruh ha-rapan besar kepada muridnya ini.
Akan tetapi, sejak dia melatih diri dengan ilmu Bu-kek Hoat-keng secara keliru, terjadi kelainan pada batinnya, seolah--olah dia mendapat gangguan jiwa.
Dia menjadi aneh, ganas, kejam, licik dan haus akan kekuasaan dan kemenangan! Watak aneh ini memang tidak begitu kelihatan, tidak menonjol apabila dia tidak sedang berlatih ilmu itu, akan te-tapi telah menjadi watak kedua yang telah tenggelam di dasar hatinya dan se-waktu-waktu dapat muncul secara tidak terduga, walaupun pada lahirnya dia nam-pak tetap sebagai seorang pendekar yang gagah dan baik.
Pada suatu hari, Thian-li-pang me-nerima banyak tamu yang memang di-undang, yaitu para pimpinan perkumpulan yang sudah menaluk kepada Thian-li-pang dan ada pula orang pimpinan perkumpul-an yang belum bekerja sama dan yang sengaja diundang dalam kesempatan itu untuk dibujuk dan diajak bekerja sama.
Tidak kurang dari lima puluh orang to-koh-tokoh kang-ouw yang hadir, sebagian besar dari mereka yang telah mau be-kerja sama dengan Thian-li-pang adalah mereka yang terdiri dari golongan hitam.
Dalam pertemuan yang diadakan seperti dalam pesta ini, Cu Kim Giok dipersila-kan hadir dan tentu saja ia dianggap sebagai seorang tamu kehormatan dan kursinya berada di sebelah kanan kursi ketua Thian-lipang.Ouw Seng Bu nampak tampan dan gagah pada hari itu, dengan pakaian yang baru dan wajahnya berseri menyaksikan betapa semua undangan datang hadir.
Ini membuktikan bahwa Thian-li-pang mulai dikenal dan ditaati.
Siangkoan Kok yang juga nampak gagah berwibawa, duduk di sebelah kirinya, dan kehadiran tokoh besar ketua Pao-beng-pai ini saja sebagai pembantunya, sebagai wakil ketua, sudah menambah kewibawaan Seng Bu sebagai ketua Thian-li-pang.
Kabar tentang kelihaian pemuda ini terdengar luar di dunia Kang-ouw.
Setelah semua tamu hadir dan disuguhi arak.
Siangkoan Kok mewakili ketuanya, bangkit berdiri dan mengucapkan selamat datang dengan mengangkat secawan arak, mengajak semua yang hadir minum.
Kemudian dia melanjutkan dengan suara lantang.
"Cu-wi (Anda sekalian) tentu sudah mengenal saya.
Tentu Cu-wi merasa heran mengapa saya sebagai bekas ketua Pao-beng-pai yang telah gagal dan hancur oleh sebuah pasukan pemerintah, sekarang menjadi wakil Thian-li-pang.
Hendaknya Cu-wi ketahui bahwa Thianli-pang adalah perkumpulan yang sehaluan dengan Pao-beng-pai, yaitu perkumpulan para pejuang yang hendak merobohkan pemerintah penjajah dan membebaskan rakyat dan tanah air dari belenggu penjajah bangsa Mancu.
Oleh karena itu, bagi Cu-wi yang belum mengadakan perjanjian kerja sama dengan kami, untuk membantu perjuangan kami, diharapkan sekarang juga menyatakan kesediaan untuk kerja sama itu, demi tanah air dan bangsa." Sambutlah tepuk sorak menyatakan setuju dengan ucapan Siangkoan Kok.
Dan para pemimpin kelompok yang datang sebagai tamu undangan dan belum bersekutu dengan Thianli-pang, segera menyatakan kesediaan mereka.
Akan tetapi pada saat itu, para penjaga, yaitu murid-murid Thian-li-pang yang berada di luar ruangan pertemuan, melaporkan dengan suara lantang.
"Rombongan pemimpin Bu-tong-pai datang berkunjung!" Semua orang terkejut dan merasa heran, termasuk Ouw Seng Bu dan Siang-koan Kok.
Butong-pai termasuk satu di antara partai-partai persilatan yang tidak dapat diharapkan untuk bekerja sama, yaitu partai-partai seperti Siauw-lim--pai, Kun-lun-pai, Go-bi-pai dan Hoa-san-pai yang menganggap diri mereka sebagai partai "bersih" dan yang tidak mau ber-gaul dengan kelompok lain yang mereka anggap kotor, hitam atau sesat! Bahkan dahulu Pao-bengpai juga tidak berhasil menarik golongan itu sebagai teman se-perjuangan.
Dan sekarang, rombongan pemimpin Bu-tong-pai datang berkunjung" Dengan tenang Seng Bu dari Siangkoan Kok bangkit menyambut ketika lima orang tosu itu memasuki ruangan dengan sikap mereka yang tenang dan gagah.
Mereka terdiri dari lima orang tosu yang berusia antara lima puluh sampai enam puluh tahun, dipimpin oleh Thian To-cu yang berusia enam puluh tahun, ber-jenggot panjang dan memegang sebatang tongkat.
Tosu ini adalah seorang ketua kuil yang menjadi cabang perguruan Bu--tong-pai di kota Hunkiang, kurang lebih lima puluh li dari Bukit Naga.
Empat orang tosu lainnya adalah adik-adik seperguruannya dan lima orang tosu ini rata-rata memiliki ilmu silat Bu-tong--pai yang sudah tinggi tingkatnya.
Kalau Thian To-cu membawa sebatang tongkat, empat orang sutenya membawa pedang di punggung mereka.
Mereka berpakaian sederhana, dengan jubah tosu yang lebar berwarna biru menyelimuti pakaian yang berwarna kuning muda, dan rambut me-reka digelung ke atas.
Sikap mereka tenang dan lembut.
Siangkoan Kok mengenal Thian To--cu karena tokoh Bu-tong-pai ini pernah berkunjung ketika Pao-beng-pai mengada-kan pesta ulang tahun, maka cepat dia mengangkat kedua tangan memberi hor-mat.
"Ah, kiranya To-tiang Thian To-cu dan para To-tiang tokoh Butong-pai yang datang berkunjung." Dia menoleh kepada Seng Bu, dan berkata, "Pangcu, mereka adalah Thian To-cu Totiang dan para tokoh Bu-tong-pai lainnya.
Dan Cu--wi Totiang (Para Bapak Pendeta Sekalian), ini adalah Ouw Pangcu, ketua Thian-li-pang kami." Ouw Seng Bu yang pandai membawa diri segera memberi hormat dan berkata, "Maaf, karena Cu-wi Totiang tidak mem-beritahui lebih dahulu akan kunjungan ini, kami terlambat menyambut.
Silakan Cu--wi mengambil tempat duduk." Lima orang tosu itu tidak mempedulikan Siangkoan Kok, dan sejak tadi me-reka semua mengamati Ouw Seng Bu dengan penuh perhatian.
Mereka telah mendengar banyak berita tentang ketua baru Thian-li-pang yang sepak terjangnya mengejutkan.
Kabarnya, ketua itu masih muda akan tetapi memiliki ilmu kepan-daian tinggi, bahkan menarik bekas ketua Paobeng-pai yang terkenal sebagai se-orang datuk itu menjadi wakilnya, dan juga bahwa kini Thian-li-pang telah me-nalukkan hampir semua kelompok dan kekuatan di dunia kang-ouw.
Melihat bahwa ketua itu memang masih muda, bersikap lembut dan sopan, mereka lalu mengangkat kedua tangan depan dada.
"Siancai...." kata Thian To-cu dan memandang kagum.
"Kiranya Ouw-pangcu, ketua Thianli-pang masih amat muda, akan tetapi telah membuat nama besar.
Terima kasih, kami datang hanya untuk melihat bukti dan mengajukan beberapa pertanyaan, bukan untuk bertamu.
Kami bahkan tidak tahu bahwa pagi ini Thian--li-pang mengadakan pertemuan dengan banyak tokoh kang-ouw." Tosu itu me-mandang ke sekeliling dan mendapat kenyataan bahwa yang hadir adalah orang--orang kang-ouw dari daerah itu, dan sebagian besar di antara mereka adalah golongan hitam.
Bahkan ada pendeta Pek-lian-kauw, dan Pat-kwa-pai hadir pula di situ.
Ouw Seng Bu mengerutkan alisnya, akan tetapi hanya sebentar dan wajahnya sudah cerah dan ramah kembali.
"Kalau begitu kehendak Totiang, silakan." "Begini Ouw Pangcu.
Sejak Sin-ciang, Tai-hiap, yaitu Yo Taihiap menjadi pe-mimpin Thianli-pang dan kemudian ke-dudukan ketua diserahkan kepada pangcu Lauw Kang Hui, Thian-lipang terkenal sebagai perkumpulan pejuang yang gagah berani dan bijaksana, bahkan berhubungan dekat dengan para pendekar di dunia persilatan.
Akan tetapi, tiba-tiba saja kami mendengar bahwa Thian-li-pang mengalami perubahan.
Kabarnya, para pemimpinnya terbunuh dan kedudukan ketua dipegang oleh Ouw Pangcu.
Yang lebih mengherankan lagi, menurut desas--desus itu, para pimpinan Thian-li-pang yang lama itu dibunuh oleh Yo Taihiap! Kami semua merasa heran dan sama sekali tidak percaya, hanya karena urus-an itu merupakan urusan dalam Thian--li-pang, kami terpaksa berdiam diri.
Akan tetapi, melihat sepak terjang Thian-li--pang akhir-akhir ini, terpaksa pinto dan adik-adik seperguruan memberanikan diri lancang berkunjung untuk mengajukan pertanyaan kepada Pangcu." "To-yu, kalau hendak bertanya, tanya saja.
Kenapa berbelit-belit seperti itu?" Tiba-tiba Siangkoan Kok berseru dengan suara lantang karena dia sudah tidak sabar lagi mendengar ucapan tosu Bu--tong-pai itu.
"Benar, Totiang, tanyalah, kami tidak menyembunyikan sesuatu." kata Seng Bu.
"Ouw Pangcu, kami melihat betapa Thian-li-pang telah mengubah seluruh sikapnya.
Thianli-pang menalukkan ham-pir semua perkumpulan dan kelompok pejuang, mengadakan hubungan dengan semua pihak tanpa pilih bulu, dan Thian--li-pang juga menguasai semua tempat hiburan, tempat maksiat, dan Thian-li--pang melakukan pemerasan kepada para hartawan.
Padahal, semua ini tidak di-lakukan ketika Lauw Pangcu masih menjadi ketua.
Kenapa setelah para pimpinan Thian-li-pang tewas secara rahasia, tiba--tiba Ouw Pangcu yang menjadi ketua tanpa pengumuman kepada para kenalan, dan Ouw Pangcu mengadakan perubahan yang berlawanan dengan sikap Thian--li-pang dahulu" Kami melihat Thian-li-pang telah menyimpang dari jalan benar, maka kami terus terang saja merasa curiga dengan perubahan ini.
Yang lebih mengejutkan kami, ada desas-desus di-sebarkan oleh orang-orang Thian-li-pang bahwa beberapa hari yang lalu, Ouw Pangcu telah membunuh Sin-ciang Taihiap Yo Han di sini! Nah, itulah pena-saran yang mendorong kami datang pada pagi ini, untuk minta penjelasan dari para pimpinan Thian-li-pang!" Siangkoan Kok bangkit berdiri dengan muka berubah merah dan mata melotot.
"Tosu Butong-pai, kalian berani men-campuri urusan pribadi Thian-li-pang!" Ouw Seng Bu juga bangkit berdiri dan menyabarkannya.
"Sudahlah, Paman.
Biar-kan aku menghadapi mereka." "Tapi, Pangcu.
Mereka ini sungguh tidak tahu aturan!" "Paman Siangkoan Kok, duduklah dan biarkan aku menangani urusan ini!" kata pula Seng Bu dan nada suaranya me-ngandung sesuatu yang membuat Siang-koan Kok duduk kembali dengan muka cemberut dan mata masih merah ketika dia memandang ke arah lima orang tosu Bu-tong-pai itu, dan untuk mendinginkan hatinya, dia pun menuangkan arak dari cawan ke dalam mulutnya.
Kini Ouw Seng Bu menghampiri lima orang tosu itu dan berhadapan dengan mereka.
Sikapnya masih tenang saja dan Cu Kim Giok yang sejak tadi hanya men-jadi penonton yang berhati tegang, me-rasa kagum akan sikap kekasihnya itu.
Betapa tenang dan lembutnya pemuda yang menjadi ketua Thian-li-pang itu! "Ngo-wi To-tiang (Bapak Pendeta berlima), kami akan menjawab semua pertanyaan To-tiang tadi.
Tadi To-tiang Thian To-cu menyinggung tentang ter-bunuhnya suhu Lauw Kang Hui dan be-berapa orang pimpinan kami.
Memang hal itu benar, dan pembunuhnya adalah Sin--ciang Tai-hiap Yo Han.
Hal ini dapat kami ketahui dari luka yang terdapat pada mayat korban karena pukulan itu hanya dapat dilakukan oleh Yo Han saja.
Mengapa dia melakukan semua pembunuh-an itu" Mungkin untuk membalaskan sakit hati gurunya, kakek yang menjadi orang hukuman di sini karena menentang pimpinan.