Halo!

Pusaka Pulau Es Chapter 80

Memuat...

Pangeran Tao Kuang tersenyum.

"Berita itu bohong dan yang membongkar rahasianya adalah nona Yo Han Li. Ia tidak mengenal orang-orang itu sebagai anggauta Thian-li-pang, bahkan kemudian diketahui bahwa para penyerang itu adalah orang-orang Pek-lian-pai dan Patkwa-pai. Tadinya aku pun sangat curiga kepada nona. Yo, akan tetapi selama ia di sini ia memperlihatkan sikap yang baik sekali, bahkan cocok dengan Kwi Hong. Karena itu, aku sepenuhnya menanggung bahwa nona Yo tidak berpihak kepada pemberontakan, bahkan ia pun ikut turun tangan melawan ketika gerombolan penjahat itu menyerbu ke istana ini."

Pangeran Cia Sun mengangguk-anggup, dan Liang Siok Cu, selir Pangeran Tao Kuang yang mendampingi mereka bercakap-cakap, menambahkan.

"Menurut penglihatanku, nona Yo sama sekali tidak jahat. Bahkan ia baik sekali, sopan dan ramah. Dengan terus terang ia pernah mengatakan kepada aku dan Kwi Hong, bahwa ayahnya memang pemimpin Thian-li-pang dan berjiwa patriot, akan tetapi sama sekali tidak membenci keluarga Kaisar. Yang dibencinya adalah penjajahan dan sekarang mereka hanya bergerak melindungi rakyat dari penindasan pejabat yang menyeleweng atau gangguan gerombolan perampok. Itulah sebabnya mengapa ia mau tinggal di sini menjadi tamu kami, bahkan telah ikut membantu menyelamatkan kami dari serbuan para pembunuh."

Kembali Cia Sun mengangguk-angguk.

"Aku sudah mengenal baik siapa itu Yo Han. Pendekar Tangan Sakti itu memang seorang pendekar tulen yang budiman. Hampir tidak pernah dia membunuh orang. Orang-orang jahat hanya dia kalahkan dan dia taklukkan dan diampuni asalkan mau mengubah jalan hidup mereka yang menyeleweng."

Sementara itu, di taman bunga juga terjadi percakapan yang menarik hati.

"Taman begini indah, hawa begini sejuk, sungguh tepat sekali untuk menulis sajak, meniup suling dan menabuh yangkim, atau karena kita belum mempersiapkan peralatannya, bagaimana kalau kita isi dengan mempertunjukkan ilmu silat kita masing-masing?"

Kata Kwi Hong dengan gembira.

"Bagus!"

Cia Kun memuji.

"Sebaiknya engkau yang mengusulkan, engkau yang lebih dulu mulai, Hong-moi!"

"Tidak, sebaiknya kalau enci Han Li yang mulai, mengingat bahwa ilmu silatnya yang paling tinggi di antara kita. Marilah, enci Han Li, bermainlah silat agar membuka mata, kami yang bodoh!"

Kata pula Kwi Hong sambil menarik-narik tangan Han Li. Han Li tersenyum.

"sudah lajim di mana-mana bahwa pria harus mengalah kepada wanita. Karena kita berdua wanita dan yang pria hanya Kun-ko, maka sepantasnyalah kalau dia mangalah dan bermain silat lebih dulu."

Kwi Hong bertepuk tangan dan bersorak.

"Setuju sekali. Nah, Kun-ko, kalau engkau menolak berarti engkau seorang laki-laki yang tidak bijaksana, tidak mau mengalah terhadap waniti!"

Menghadapi serangan Kwi Hong ini, Cia Kun menyeringai dan tidak mampu membantah lagi.

"Baiklah aku akan mengalah. Aku mainkan ilmu pedang yang kupelajari dari ibuku."

Kwi Hong bertepuk tangan.

"Wah, tentu hebat sekali!"

Cia Kun, mengeluarkan sebatang pedang dari punggungnya dan mencabut, sebuah kipas putih dari pinggangnya, lalu berkata sambil tersenyum.

"Ibuku biasanya memainkan pedang di tangan kanan dan sebuah kebutan di tangan kiri. Karena aku tidak memainkan kebutan seperti seorang pendeta, ibu lalu mengganti kebutan itu dengan kipas. Nah, aku mulai, akan tetapi harap jangan ditertawakan!"

Cia Kwi lalu melompat ke bagian yang luas dekat kolam ikan dan mulailah dia bermain pedang dan kipas. Gerakannya cepat dan indah sekali, seperti orang menari-nari dan terdengar suara berdesing dari pedangnya. Kipasnya melakukan totokan-totokan yang cepat dan kuat, kadang dikembangkan untuk menangkis serangan lawan. Pemuda itu memainkan ilmu pedangnya yang sebanyak tiga puluh enam jurus itu, lalu berhenti. Lehernya sedikit berkeringat akan tetapi pernapasannya biasa saja tanda bahwa dia telah menguasai ilmu itu dengan baik dan dapat mengatur pernapasannya ketika berlatih tadi. Kwi Hong bertepuk tangan, diikuti Han Li. Dan Han Li berkata,

"Sungguh kiam-hoat (ilmu pedang) yang bagus!"

"Aih, Li-moi, jangan memuji di mulut akan tetapi menertawakan di hati!"

Kata Cia Sun sambil menyimpan kembali pedang dan kipasnya.

"Siapa menertawakan, Kun-ko? Tiga tahun yang lalu, ketika engkau dan orang tuamu datang berkunjung engkau juga memperlihatkan ilmu silatmu, akan tetapi sungguh jauh bedanya dengan yang kau mainkan tadi. Dalam waktu tiga tahun saja ilmu silatmu telah maju pesat sekali."

"Terima kasih atas pujianmu, Li-moi"

"Haiii, kalian ini agaknya sudah lama berkenalani"

Kata Kwi Hong sambil memandang wajah kakak misannya.

"Tentu saja!"

Jawab Cia Kun sambil tersenyum. Bahkan Han Li ini boleh dibilang adikku sendiri. Ayahku dan ayahnya adalah saudara angkat!"

"Ah, pantas saja kalian demikian akrab. Nah, enci Han Li, sekarang tiba giliranmu untuk menunjukkan kepandaianmu!"

Kata Kwi Hong gembira. Tadi ia merasa bangga dan kagum sekali melihat ilmu pedang yang dimainkan kakak misannya.

"Ih, apakah engkau tidak mengenal lagi sopan santun, adik Kwi Hong. Engkau adalah nona rumah dan aku hanya tamu, maka sudah selayaknya kalau nona rumah memberi contoh lebih dulu, baru aku sebagai tamu mengikutinya!"

"Wah, kiranya yang lihai bukan hanya ilmu silatmu, enci. Han Li. Engkau lihai sekali berdebat dari bicara. Baiklah, aku sebagai nona rumah harus mengalah. Akan tetapi berjanjilah bahwa kalian berdua tidak mentertawakan ilmu pedangku "

"Mana mungkin kami menertawakanmu? Kami percaya bahwa ilmu pedangmu tentu hebat sekali. Hayolah, adik Hong, perlihatkan kehebatan pedangmu!"

"Hong-moi, aku tadi sudah mengalah bermain pedang lebih dulu, maka kini engkau tidak dapat menolak lagi."

Cia Kun juga membujuk.

"Baiklah, boleh lihat baik-baik ilmu pedangku yang jelek dan dangkal."

Kwi Hong lalu meloncat ke tempat dekat kolam tadi sambil mencabut pedangnya. Cepat sekali gerakan mencabut pedang itu sehingga seperti bermain sulap saja tahu-tahu pedang sudah berada di tangan kanannya.

Ia memberi hormat dengan kedua tangan di dada terhadap dua orang penontonnya dan mulailah ia bermain silat pedang Ngo-heng Sin-kiam (Pedang Sakti Lima Unsur), yaitu ilmu yang secara kebetulan dia temukan bukunya di perpustakaan Istana kaisar. Dan kedua orang penontonnya tertegun. Hebat memang ilmu pedeng itu, mengandung tenaga keras, kadang lembut, kadang cepat dan kadang lambat. Dan Kwi Hong memainkannya dengan gerakan yang indah sekali. Kini Yo Han Li yang merasa kagum. belum pernah ia menyaksikan ilmu pedang seperti itu, akan tetapi kalau disangkan dengan ilmu pedang yang dibandingkan Cia Kun tadi, jelas bahwa ilmu pedang yang dimainkan Kwi Hong lebih lihai. Juga Cia Kun kagum bukan main. Ilmu pedang itu tidak pernah dilihatnya, namun gerakannya demikian kuat dan cepat. Setelah Kwi Hong menghentikan permainan pedangnya, Cia Kun dan Han Li menyambutnya dengan tepuk tangan.

"Kiam-hoat itu sungguh hebat sekali!"

Kata Han Li.

"Wah, Hong-moi, kalau aku tahu bahwa ilmu pedangmu demikian hebat, aku tadi tidak berani memperlihatkan kebodohanku. Aku mengaku kalah!"

Kata Cia Kun sambil menghampiri adik misannya itu.

"Kalian terlalu memujiku!"

Kata Kwi Hong sambil menyapu dahi dan lehernya yang berkeringat itu dengan saputangan.

"Sekarang aku minta enci Han Li yang memperlihatkan kepandaiannya."

"Karena kalian tadi bermain pedang, biarlah saya pun menggunakan pedang."

Kata Han Li sambil mencabut pedangnya. Pedang itu tidak begitu panjang dan tipis. Setelah memberi hormat kepada dua orang penontonnya, Han Li mulai menggerakkan pedangnya. Mula-mula gerakannya lambat saja, akan tetapi makin lama semakin cepat sehingga tubuhnya lenyap tergulung sinar pedang.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment