Setelah itu, dia bangkit kembali.
Kim Pun Ceng belum mendapatkan jawaban, untuk menghilangkan keragu-raguannya, sekali lagi ia membentak: "Hei, bagaimana hubunganmu dengan Ciok Pek Jiak?" Su-to Yan belum sempat menjawab Jie Ceng Peng sudah memberi perintah: "Antar rombongan Su-to kongcu keluar." Su-to Yan memberi hormat: "Budi nona Jie tidak akan kami lupakan." Sie An baru siuman dari nyenyak tidurnya, mendengar disebutnya nama nona Jie itu, dia segera teringat kepada si Pedang Emas Jie Ceng dari golongan Thian lam Lo-sat, ternyata dirinya hampir jatuh kedalam tangan orang-orang dari golongan itu, dia sangat marah sekali.
Su-to Yan mengajak Cin Bwee dan Sie An untuk meninggalkan ruangan itu.
Cin Bwee sudah siap meninggalkan ruangan, semakin cepat, semakin aman baginya untuk menjaga Su-to Yan dari rebutan Jie Ceng Peng.
Tiba-tiba Sie An berteriak: "Tunggu dulu." Su-to Yan memandang sang kawan, kemudian menoleh kearah Cin Bwee.
Cin Bwee berakal panjang, segera dapat menduga, keonaran apa yang hendak dilakukan oleh si gemuk pendek, dia lebih senang keramaian pada ketentraman apa lagi keonaran yang hendak dilakukan oleh Sie An kepada Jie Cie Peng, pertanyaan mata Su-to Yan dijawab dengan satu senyuman.
Su-to Yan memandang kearah Sie An.
"Ada apa?" Dia bertanya.
Sie An memberikan penyahutan yang berada diluar dugaan Su-to Yan.
Katanya: "Aku Sie An belum mengucapkan terima kasih kepada nona Jie, bagaimana harus pergi begitu saja ?" Jie Ceng Peng sedang berpikir-pikir, siapakah manusia gemuk ini" Mendengar Sie An menyebut nama sendiri, gadis itupun terkejut.
Seperti inilah si Pedang Bayangan Sie An" Dia menunjukkan sikapnya yang agung, dia adalah pemimpin dari jago-jago yang berada ditempat itu, sudah wajib mempertahankan keagungannya.
"Ada sesuatu yang membingungkan Sie tayhiap?" ia bertanya.
Sis An menganggukkan kepalanya.
"Kecuali mengucapkan terima kasih, ada sesuatu yang hendak kutanyakan kepadamu." Dia berkata.
"Apakah persoalan yang Sie tayhiap hendak ajukan ?" "Persoalan yang menyangkut dengan pedang In-liong." "Pedang In-liong ?" "Ng . . . ,Pedang In-liong yang kau ambil dari tangan saudara Suto Yan." Alis mata Jie Ceng Peng berjengkit, dia berkata: "Urusan padang In-liong adalah urusan Su-to kongcu dengan urusanku, ada hubungan apa dengan urusanmu ?" Sungguh aneh dengan alasan apa si Pedang Bayangan Sie An mengadakan gugatan soal pedang In-liong " Jie Ceng Peng tidak puas.
Sie An berdengus, dia berkata: "Hm, apa kau kira pedangku tidak cukup tajam untuk bertanding Sie An mulai menantang blak-blakan.
"Bagus." Berkata Jie Ceng Peng, "Berani kau memandang rendah golongan kami, kau kira Thian-lam Lo-sat sudah kehabisan orang" tidak ada yang dapat menandingimu ?" Sie An tertawa terbahak-bahak, Dia mengeluarkan pedangnya.
"Aku Sie An sedang bersiap-siap untuk menerima tantangan para jago dari golongan Thian-lam Lo-sat." Sie An penasaran, masakan dia ditaburkan racun, hanya satu gebrak, dia dikalahkan orang, bila bukan Su-to Yan yang meminta obat anti racun itu, bagaimana ia meneruskan usahanya yang hendak menampilkan diri" Kemarahan itu dijatuhkan kepada Jie Ceng Peng.
Jie Ceng Peng pernah dengar nama si Pedang Bayangan Sie An dari daerah Tiang-pek, itulah jago pedang yang tidak boleh dipandang ringan.
Didalam ruangan itu, kecuali dirinya mungkin tidak ada orang kedua yang sanggup menundukkan si manusia pendek.
Haruskah dia turun tangan sendiri" inilah yang meragu-ragukan dirinya.
Kim Pun Ceng menampilkan diri.
"Nona Jie.
biar aku yang menghadapinya." Dia meminta ijin.
Jie Ceng Pang menjatuhkan pilihannya kepada Kim Pun Ceng, dia sedang berpikir-pikir, bagaimana meminta hweshio itu mewakili dirinya, memberi hajaran kepada Sie An.
Disaat itu juga Kim Pun Ceng meminta tanda tempur, Jie Ceng Peng menganggukkan kepala.
"Berhati-hatilah menghadapinya," ia memberi peringatan Kim Pun Ceng menghadapi Sie An.
"Biar kedua telapak tanganku yang melayani kau bermain-main untuk beberapa jurus." dia berkata.
Sie An mengeluarkan suara bentakan.
"Sebutkan namamu." "Kim Pun Ceng dari Ngo-tay-san." Wajah Sie An berubah, nama Kim Pun Ceng pernah menggemparkan rimba persilatan walau telah berselang sampai dua puluh tahun, nama itu masih disebut oleh beberapa orang.
Kalau ia harus berhadapan muka dengan orang tersebut, bagaimana tidak terkejut.
Kim Pun Ceng tertawa terkekeh-kekeh.
"Bagaimana?" Ia menantang.
"Masih hendak bertanding ?" Kemarahan Sie An mengalahkan tekanan nama seram hweesio itu, matanya liar kembali, diapun bukan manusia tanpa nama, siapakah yang tidak tahu kepada pedang Bayangan Sie An" "Ha, ha, ha,.," Sie An tertawa, "Nama Kim pun Ceng pernah menciutkan hati orang.
Kejadian itu telah terjadi dua puluh tahun yang lalu, bukan hari ini.
Generasi muda telah menggantikan semua kedudukan generasi tua, sudah waktunya kau mendapat apel pensiunan, hari ini sudah bukan jamanmu lagi, berlakulah tahu diri, Ha ha, ha..." Cin Bwee turut berteriak: "Lawan Sie toako, kami berdua tidak akan tinggal diam, dua Kim Pun Ceng lagi boleh mereka tampilkan." Su-to Yan mendelikkan mata, dia menatap sang kawan yang sering usil.
Seolah-olah tidak melihat larangan itu, Cin Bwee memandang kelain tempat.
Kim Pun Ceng tidak dapat menahan kemarahannya, tanpa bicara dan mengayun tangan, mengirim delapan kali pukulan.
Sie An melompat kesamping, dia masih mengejek: "He, he he...
Kemanakah senjata mangkuk emas ?" Delapan kali ia menghindari pukulan-pukulan Kim Pun Ceng.
Nama Kim Pun Ceng berarti padri mangkuk Emas, hal itu disebabkan oleh Senjata si-hweesio yang tidak lepas dari sebuah mangkuk Emas, mangkuk tersebut sering digunakan sebagai tempat untuk sedekah, juga dapat digunakan sebagai senjata, demikianlah asal mulanya nama Kim Pun Ceng.
Sie An mendapat gelaran Pendekar Pedang Bayangan, mudah diduga, betapa lihaynya ilmu meringankan tubuhnya, bila ia tidak dapat mengelakkan serangan tangan kosong, apa guna ia menampilkan diri didaerah Tionggoan" Kim Pun Ceng terlalu percaya kepada kepandaian diri sendiri.
inilah kecongkakkan, kecongkakkan seseorang akan mengakibatkan kegagalan demikian juga keadaan Kim Pun Ceng, namanya pernah menggemparkan rimba persilatan anggapnya dunia ini tidak berputar, tetap seperti sedia kala, dia mendapat nama, tidak ada orang yang baru menggantikan kedudukannya, kekalahannya dibawah Su-to Yan belum memelekkan matanya, dia belum sadar akan kesalahan itu, masih membawakan sikapnya yang sok agung, melawan Sie An dengan tangan kosong.
Menyusul delapan kali pukulan-pukulannya, dia maju lagi, mengirim sembilan jotosan-jotosan, lebih cepat dan lebih keras, lebih banyak mengandung parubahan-perubahan tipu silat luar biasa.
Sie An hendak mempermainkan orang, sengaja memperolokolok, maka keseimbangan kondisi Kim Pun Ceng terganggu, bila pikiran seseorang yang terganggu, dia lebih mudah terkalahkan.
Pedang Sie An dilayangkan, melayani sembilan jotosan.
Kim Pun Ceng sadar dari kesalahannya, setelah hawa dingin pedang Sie An melayang-layang dikanan dan kirinya, diatas dan dibawah kakinya.
Didalam sekejap mata, sembilan jotosannyapun telah dilontarkan semua, kini dia berada dipihak yang terdesak, Tangan merogoh saku, hendak mengeluarkan mangkuk Emas.
Karena itu, Sie An mendapat kesempatan, pedang kekelewangan, mengirim empat tebasan.
Kim Pun Ceng tidak mempunyai kelebihan tangan, terpaksa lari jauh kebelakang, melesat mundur.
Sie An tidak mengejar, dia tertawa tergelak-gelak: "Ha, ha, ha, ha..." Disaat yang sama, Kim Pun Ceng telah mengeluarkan senjatanya, itulah mangkuk emas, dengan membawa desiran suara yang mengaum-ngaum, dia menerjang datang.
Sie An menangkis burung pedang.
Traannggg...
Dua macam senjata beradu, mereka saling melotot.
Lagi-lagi Kim pun Ceng menggeram, dikedepankan menelungkup kepala lawan.
mangkuk emas Sie An meninggikan pedang.
Trangg...
Lagi-lagi mereka mengadu kekuatan, tidak seorangpun dari mereka yang mundur kebelakang, sama kuat!
Tangan Sie An agak kesemutan, tiga kali lagi mangkuk emas memukul kearahnya, pasti dia tidak sanggup bertahan.
Kim Pun Ceng mempunyai perasaan yang sama, tenaganya telah dikerahkan penuh.
sangat lelah, tidak sanggup untuk mengirim tiga pukulan mangkok Emas lagi.
Mereka saling menunggu reaksi lawan.
Sie An dapat menduga kekuatan lawan itu, dia menantang: "Masih ingin mengadakan adu pukulan?" Kim Pun Ceng berdengus: "Mangapa tidak ?" Jie Peng Ceng pertempuran.
mengulapkan tangan, dia menghentikan "Tahan!" Suara sigadis bergema sehingga seluruh ruangan, sangat agung sekali.
Kemudian memandang Sie An, mengeluarkan pedang In-liong, dimainkannya sebentar dan menantang si pendekar pedang Bayangan: "Sie tayhiap, dengan kekuatanmu disaat ini, masih sanggupkah merebut pedang dari tanganku?" Sie An berusaha untuk menggerakkan bibirnya, bagaimana ia dapat membuka mulut, sedangkan kekuatannya sudah tiada" Si Pendekar pedang Emas Jie Ceng Peng adalah jago Thian-lam Lo-Sat, ilmu kepandaiannya berada diatas Kim Pun Ceng, dapatkah dia memenangkannya" Gugatan pedang In-liong segera berakhir sampai di disitu.
Jie Ceng Peng tersenyum, dia berkata: "Kukira Su-to kongcu berat kepada pedangnya, maka dia mengutus kau mengadakan gugatan" Baiklah !" Dan dia berpaling kearah Su-to Yan.
"Su-to kongcu." Suara Jie Ceng sangat merdu, "Aku Jie Ceng Peng tidak ada niatan untuk mengangkangi milik orang, apa lagi benda-benda kesayanganmu ambillah." Pedang In-liong disodorkan kedepan.
Su-to Yan sedang memikir-mikir, apa yang terkandung didalam arti kata-kata Jie Ceng Peng tadi" Dia belum dapat menebaknya, Bingung di tempat, dan tidak menyambut pedang itu.
Jie Ceng Peng berkata lagi: "Terimalah.
Kuharap Su-to kongcu tidak melupakan, bahwa padang In-liong didapat kembali atas kebijaksanaan Jie Ceng Peng." Su-to Yan menyambuti pedang itu.
"Terima kasih." Sahutnya hampir tidak terdengar.
Cin Bwee menjebikan bibir, Sie An membelalakan mata.
Jie Ceng Peng berkata lagi: "Berhati-hatilah menjaga pedang In-liong, dia menyangkut erat dengan ilmu pedang Maya Nada, Banyak orang yang mengintil di belakangnya." Sekali lagi Su-to Yan mengucapkan terima kasih.
Mengajak Cin Bwee dan Sie An, mereka meninggalkan gedung Thian-lam Lo-Sat.