Pedang Ular Merah Chapter 82

NIC

"Bangsat she Sim! Jangankan baru kau membunuh anjing betina ini yang sama kotornya dengan engkau, biar kau membunuh ayah bundamu sendiri dihadapanku tetap saja kebencianku terhadapmu takkan berkurangl Kau harus mampus!"

"Suma Eng... sungguh kau kejam dan keterlaluan! Kau tahu bahwa aku cinta kepadamu. Aku telah merobah hidupku, lihat, bukankah aku telah menjadi seorang perwira kerajaan? Bukankah aku telah memilih jalan yang benar? Mengapa kau masih saja membenciku? Eng Eng, lupakanlah urusan dahulu dan berilah kesempatan kepadaku untuk menebus dosa. Katakan bahwa kau suka menjadi istriku, dan aku akan menurut apa saja yang kau kehendaki."

"Bangsat rendah bermulut kotor! Jangan kau berani sebut-sebut hal itu lagi. Kau telah mencemarkan nama orang tuamu, nama perguruanmu, bahkan kau telah mencelakakan kehidupan kakakmu yang amat berbudi dan mencintaimu, kau........ kau manusia rendah....!"

"Ha, agaknya kau lebih suka kepada kakakku dari pada kepadaku?" pertanyaan Tiong Kiat ini terdengar penuh cemburu sehingga Tiong Han yang mendengarkan percakapan itu merasa mukanya panas dan warna merah menjalar dari leher ke mukanya.

"Tutup mulutmu! Dia seribu kali lebih berharga dari pada engkau! Untuk menggosok sepatunya saja kau masih terlalu kotor, jangankan menjadi adiknya, tahu?"

"Eng Eng kau terlalu""

"Siapa yang terlalu? Kau seorang rendah, seorang hina dan sekarang menjadi pemberontak pula!"

"Pemberontak? Apa maksudmu? Eng Eng kalau orang sudah membenci, selalu buruk saja pandangannya. Aku bukan pemberontak, aku bahkan melawan pemberontak she Gak itu dan""

"Bangsat lihat pedang!" Eng Eng tidak sabar lagi dan cepat menyerang dengan pedangnya. Ucapan Tiong Kiat tadi dianggapnya sebagai bujukan belaka. Mana bisa jenderal Gak disebut pemberontak.?

Tiong Kiat menangkis dengan pedang Hui liong-kiam di tangan kirinya. Dengan dua batang pedang di tangan, ia selalu menghindarkan diri dari serangan gadis itu yang mendesak dengan hebat.

Diam-diam Tiong Han memuji kepandaian adiknya itu. Tiong Kiat dengan kedua tangan memegang pedang, sanggup memainkan Ang coa-kiamsut dengan dua pedang itu!

"Sungguh benar kata-kata suhu dulu bahwa dia memang berbakat sekali." kata Tiong Han dalam hatinya. Ia harus akui bahwa dia sendiri tak mungkin dapat mainkan Ang-coa kiamsut sekaligus dengan dua batang pedang. Akan tetapi, sekarang ia sanggup untuk menghadapi Tiong Kiat, biarpun dengan tangan kosong setelah ia digembleng oleh Pat jiu Toanio dan Lui-kong jiu. Melihat betapa Eng Eng tak mungkin dapat merobohkan Tiong Kiat yang menangkis sambil mundur, agaknya hendak memancing gadis itu ke arah markas besar Tiong Han lalu melompat keluar.

"Tahan dulu!" katanya lalu tahu-tahu tubuhnya telah berada di depan Tiong Kiat. Ia hendak mempraktekkan gerakan Lutung Sakti Memetik Buah yang ia pelajari dari Pat jiu Toanio untuk merampas pedang.

Tiong Kiat mencoba untuk menarik kembali pedang di tangan kirinya, akan tetapi ternyata kalah cepat, ia hanya mengerahkan tenaganya dan memegang pedang Hui-liong kiam itu erat-erat karena kalau sampai pedang itu direbut, belum tentu lawan akan berhasil merenggutnya. Akan tetapi ia tidak tahu bahwa Tiong Han mempergunakan ilmu silat baru. Tiba-tiba ia merasa pergelangan tangan kirinya lemas dan otomatis pegangannya terbuka sehingga pedang itu tahu-tahu sudah pindah ke tangan Tiong Han!

Tiong Kiat terkejut dan heran, akan tetapi sifat sombongnya keluar dan sambil tersenyum-senyum ia berkata,

"Ambillah, memang itu pedangmu!"

Sementara itu ketika melihat Tiong Han, wajah Eng Eng berseri sebentar, akan tetapi segera ia menghadapi segala gerak-gerik dari Tiong Kiat lagi, dengan marah sambil berkata kepada Tiong Han.

"Aku yang mendapatkannya lebih dulu, maka aku yang hendak membunuhnya."

"Maaf, nona Suma, sekarang bukan waktunya untuk mengurus urusan pribadi. Aku datang sebagai utusan dari Jenderal Gak untuk melakukan pembicaraan dengan Oei Sun dan kaki tangannya." Kemudian ia memandang dengan tajam kepada Tiong Kiat,

"Kau tentu kaki tangan Oei Sun pula, bukan?" Suaranya mengandung penyesalan dan juga ejekan, lalu disambungnya.

"Pergilah sampaikan kepada Oei Sun bahwa aku utusan Gak-goanswe sengaja datang untuk bertemu dan bicara!" Sambil berkata demikian, Tiong Han lalu mencabut sehelai kain putih yang merupakan bendera tanda utusan dari Gak goanswe.

Tentu saja Tiong Kiat memandang dengan mata terbelalak. Wajahnya menjadi pucat seperti melihat setan di tengah hari.

"Engko Tiong Han"

"Tutup mulut! Jangan menyebut engko, aku bukan saudaramu! Kau seorang perwira pemberontak dan aku seorang utusan dari tentara kerajaan! Lekas kau melaporkan kedatanganku, ataukah aku sendiri harus masuk ke sana?" Ia menunjuk ke arah bayangan tenda di kejauhan. Tiong Kiat menggigil seluruh tubuhnya.

"Apakah artinya ini?? Tiong Han"demi kehormatan ayah... demi Tuhan, katakanlah, apa artinya ini? Benar-benarkah Oei ciangkun memimpin barisan pemberontak, bukankah jenderal she Gak itu yang memberontak?"

"Kebiasaan jahat mendatangkan pemandangan yang sempit dan jiwa yang hampa!" kata Tiong Han.

"Entah kau berpura-pura atau tidak, akan tetapi sungguh amat lucu kalau tidak tahu bahwa Oei Sun yang bersekutu dengan Huayen-khan adalah pemberontak-pemberontak keji yang patut dibasmi! Sungguh menyebalkan mendengar orang berkata bahwa Jenderal Gak yang gagah perkasa adalah seorang pemberontak. Pemutarbalikan yang tidak kenal malu! Siapa tidak tahu bahwa pemberontak Oei Sun adalah bekas tokoh Pek lian-kauw dan bahwa dia dibantu oleh lima orang bekas pemimpin Pek Iian kauw yang kini bernama Go bi Ngo-koai-tung? Entah matamu yang buta, entah batinmu yang sudah tak dapat melihat lagi."

Makin pucat wajah Tiong Kiat mendengar ini dan bibirnya bergetar. Sukar sekali ia dapat mengeluarkan kata-kata, akan tetapi akhirnya dapat juga ia berkata,

"Tiong Han........ demi mendiang ayah kita"tidak bohongkah kau? Bersumpahlah..!"

"Aku bukan seperti kau, tak sudi berbohong dan tak perlu bersumpah."

Mendengar ini, terdengar isak tangis tertahan dari dada Tiong Kiat. la membanting-banting kaki beberapa kali kemudian membalikkan tubuh terus berlari secepat terbang menuju kepada tenda tenda yang terpasang di luar hutan.

"Bangsat hendak lari ke mana?" Eng Eng membentak nyaring dan mengejar, akan tetapi tiba-tiba tangannya dipegang orang dari belakang. Ia menengok dan memandang kepada Tiong Han dengan heran.

"Eh, eh, saudara Sim. Mengapa kau memegang tanganku? Apakah kau kembali hendak membela adikmu yang murtad itu?"

Tiong Han melepaskan pegangannya dan menggeleng kepalanya.

"Nona Eng Eng, jangan salah sangka. Aku hanya mencegahmu untuk mengejarnya oleh karena hal itu amat berbahaya. Baru Tiong Kiat seorang saja agaknya amat sukar kau menjatuhkannya, apalagi di sana masih banyak orang-orang kosen dan berkepandaian tinggi. Go-bi Ngo koai tung dan Oei Sun adalah lawan-lawan yang amat berat, kalau kau mengejarnya, bukankah itu sama saja dengan mengantarkan nyawa?"

"Kau perduli apakah, Saudara Sim? Aku tidak takut mati." jawab Eng Eng sambil

mengedikkan kepalanya.

"Aku tidak meragukan kegagahanmu, nona. Akan tetapi" aku tidak rela kalau kau mati begitu saja..."

Wajah nona itu berubah merah, menambah kecantikannya yang amat menarik hati Tiong Han,

"Apakah maksudmu? Apa hubungannya kematianku dengan rela atau tidaknya kau, saudara Sim?" Dengan jujur dan tajam mata pemuda itu menatap wajah Eng Eng, lalu disusul oleh kata-katanya yang jelas.

"Nona Suma Eng, terus terang saja, aku amat kasihan kepadamu, dan juga aku amat suka dan tertarik oleh kegagahan dan nasibmu. Selain itu, aku merasa ikut bertanggung jawab atas kejahatan adikku itu, maka"aku ingin sekali"menebus dosa adikku terhadapmu, aku ingin sekali memperbaiki segala kesalahan adikku terhadapmu, dan aku tidak ingin melihat kau mengalami penderitaan lebih lanjut karena adikku yang jahat, Ketahuilah bahwa semenjak pertemuan kita, aku selalu memikirkan keadaanmu, nona. Hanya dua macam tugas suci dalam hidupku, pertama-tama membela negara dan menghancurkan adikku sendiri yang jahat. Kedua kalinya, mendatangkan kebahagiaan padamu dengan jalan apa saja yang kau kehendaki!"

Posting Komentar