Halo!

Kaki Tiga Menjangan Chapter 02

Memuat...

"Kami adalah para saudara dari Ceng Fang, Karena salah seorang anggota Tian-te hwe, yakni Cia lao-liok menghina perkumpulan kami, bahkan menantang kami dengan mengatakan akan menunggu di sini, maka kami datang ke tempat ini .

seandainya saudara memang bukan orang dari Tian-te hwe dan tidak pernah mempunyai perselisihan dengan Ceng pang kami, mengapa saudara mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati" Harap saudara meninggalkan she dan nama, agar kami bisa memberikan tanggung jawab apabila ditanyakan oleh Pangcu kami!" Orang di dalam kamar itu tertawa terbahak-bahak .

"Kalian ingin membuat perhitungan dengan orang Tian-te hwe, apa urusannya denganku" Aku hanya ingin menyenangkan hati di tempat ini, kalau kalian mengatakan tidak ada perselisihan di antara kita, terlebih-lebih kalian tidak boleh mengganggu kesenangan lho .

Tapi ada sepatah kata yang ingin aku nasehatkan kepada loheng .

Kalian pasti tidak sanggup menghadapinya .

Karena terlanjur di maki orang, terima saja dalam hati, Toh, kenyataannya memang begitu." Laki-laki yang menjadi pimpinan rombongan marah sekali mendengar ocehannya .

"Aneh, di dunia masa ada orang yang begitu tidak tahu aturan seperti Anda ini?" "Tahu aturan atau tidak, toh bukan urusanmu, Memangnya kau sedang mencari suami untuk kakak atau adikmu?" Tepat pada waktu itu juga, dari luar melesat masuk tiga orang lainnya .

Dandanannya sama seperti rombongan penyelundup garam tersebut .

Salah satunya yang membawa pecut segera berbisik di telinga si laki-laki setengah baya .

"Siapa orang itu?" "Dia tidak mau mengatakannya, tetapi sedikit-sedikit dia sesumbar tentang kehebatan Tian-te hwe, kemungkinan besar Cia lao-liok memang bersembunyi di dalam kamar itu," sahut si orang tua .

Orang yang bertubuh kurus itu memberikan isyarat tangan kepada kedua rekannya .

Bersama-sama si orang tua yang sudah mengeluarkan sebatang pedang pendek dari selipan pinggangnya, mereka menerjang ke arah kamar sebelah timur itu .

Terdengar suara benturan senjata dari dalam kamar Ruangan di gedung Li Cun Goan seluruhnya terdiri dari kamar-kamar yang mempunyai perabotan lengkap, sekarang terdengar suara gedebak-gedebuk yang tidak beraturan .

Dapat dibayangkan bahwa kursi dan meja di dalamnya pasti menjadi sasaran amukan beberapa orang itu .

Wajah pemilik gedung yang gemuk itu terus berkerut-kerut, hatinya terasa sakit membayangkan barang-barangnya hancur berantakan .

Mulutnya berkomat-kamit mengucapkan nama Buddha .

Ke empat laki-laki yang terdiri dari para penyelundup garam itu membentak dengan suara keras, seperti sedang berlangsung suatu pertarungan yang berlangsung sengit sekali, tetapi tidak terdengar sedikit suara pun dari mulut si tamu itu sendiri .

Para tamu menepi jauh-jauh, mereka tidak ingin terkena getahnya .

Tiba-tiba terdengar suara jeritan histeris dari mulut seseorang, agaknya salah satu dari keempat orang yang menyerbu masuk .

Si bocah kecil yang ditendang oleh laki-laki bertubuh kekar tadi tentu saja kesakitan setengah mati, Bagian selangkangannya benar-benar terasa ngilu dan perih .

Dalam keadaan marah, dia melihat si bocah berusaha merangkak bangun, tinjunya segera menghantam kedepan .

Bocah itu mengelak ke samping untuk menghindarkan diri .

Laki-laki kekar itu mana sudi menyudahi urusannya begitu saja, dia segera melayangkan dua kali tamparan ke pipi kiri kanan bocah itu .

Tubuh sang bocah sampai melintir saking tidak dapat menahan diri .

Para tamu yang lain serta wanita-wanita penghibur di gedung itu dapat melihat sepasang mata si laki-iaki kekar yang beringas .

Kalau dia memukul terus beberapa kali lagi, sang bocah pasti akan terkapar mati .

Tapi tidak ada satu pun yang berani mencegah atau menasehatinya .

Tampak laki-laki kekar itu kembali mengangkat tangannya ke atas dan siap dihantamkan ke bawah .

Bocah laki-laki itu nekad menerjang ke depan, tapi tidak ada jalan lagi baginya untuk meloloskan diri .

Akhirnya dia terpaksa mendorong pintu kamar sebelah timur itu dan menerobos ke dalam .

Para tamu dan yang lainnya mengeluarkan seruan tertahan Laki-Iaki itu berniat mengejarnya, tapi akhirnya niatnya ia batalkan, mungkin karena takut menjadi sasaran perkelahian di dalam .

Begitu menyelinap ke dalam kamar, si bocah tidak dapat melihat jelas pemandangan di dalamnya .

Hanya terdengar suara benturan senjata yang nyaring .

Trang! Timbul beberapa percik bunga api, tampak seorang laki-laki brewokan sedang duduk di atas tempat tidur .

Kepalanya diikat dengan sehelai selendang putih, tampangnya menyeramkan .

Si bocah sampai mengeluarkan seruan tertahan Begitu percikan bunga api padam, keadaan di dalam kamar menggelap kembali .

Hanya sinar lentera dari luar kamar yang menyorot suram Perlahan-lahan pandangan mata baru terbiasa dan mulai dapat melihat keadaan di dalam kamar tersebut .

Di antara keempat orang yang menyerbu masuk, sekarang hanya tinggal dua orang yang masih bertahan, yakni laki-laki yang membawa pecut dan si orang tua yang menggunakan sebatang pedang pendek .

Mereka sedang berkelahi dengan seru .

Si bocah berpikir dalam hati: "Bagian kepala orang itu sudah terluka, berdiri saja tidak genah, pasti ia tidak akan sanggup melawan para penyelundup garam ini lebih Iama .

sebaiknya cepat-cepat melarikan diri, tapi entah bagaimana keadaan mak?" Mengingat ibunya yang dihina sedemikian rupa, kemarahan dalam hatinya meluap lagi .

Tanpa sadar dia memaki-maki seenaknya "Penjahat busuk! Turunan banci! Aku sumpahi agar delapan belas keturunanmu berbau busuk! Garam selundupanmu pasti banyak sekali .

Kalau istri, nenek, emakmu mati, kuburkan saja dengan garam .

Kalau dagingnya sudah asin, bawa ke pasar untuk dijual, satu kilo tiga picis pun tidak ada yang sudi membeli daging busuk keluargamu itu...!" Laki-laki bertubuh kekar yang terdiri di luar kamar jadi gusar mendengar makian si bocah yang kasar, tapi dia tetap tidak berani menerjang masuk ke dalam kamar .

Orang yang duduk di atas tempat tidur itu tiba-tiba menggerakkan goloknya ke depan .

Bacokannya tepat menikam ke bahu kiri si taki-laki kekar yang membawa pecut, akibatnya tulang pundak si kekar itu tertebas putus seketika .

Dalam waktu bersamaan, si orang tua juga maju ke depan satu tindak, pedang pendeknya dihunjamkan ke dada orang yang duduk di atas tempat tidur .

Dengan sigap orang itu mencabut goloknya dari bahu si laki-laki kekar kemudian mengayunkannya ke samping untuk menangkis serangan pedang pendek si orang tua, sekaligus tangan kirinya mengirimkan pukulan sebanyak tiga kali berturut-turut .

Si orang tua rupanya tidak menyangka dalam keadaan terdesak seperti itu, si brewok itu masih sempat menyerangnya .

Dadanya langsung terhantam, mulutnya memuncratkan darah segar dan tubuhnya terpental keluar kamar .

Laki-laki bertubuh kekar yang tulang pundaknya hancur memang sudah terluka parah, tapi masih nekad juga .

Dia ayunkan pecut bajanya ke depan .

Kali ini si brewok yang duduk di atas tempat tidur tidak melakukan gerakan apa-apa, kemungkinan tenaganya sudah habis terkuras .

Bila pecut itu sampai mengenai tubuhnya, tidak ayal lagi pasti selembar nyawanya sulit dipertahankan .

Melihat situasi yang demikian kritis, timbul perasaan senasib sependeritaan dalam hati si bocah cilik .

Tanpa berpikir panjang dia langsung menerkam sepasang kaki si lakilaki kekar itu dan menariknya erat-erat .

Bayangkan saja, tubuh laki-laki itu paling tidak ada dua ratusan kati, sedangkan si bocah cilik itu kurus kering, Dalam keadaan biasa, mana mungkin dia sanggup menahan tubuh orang itu, tetapi laki-laki kekar itu memang sudah terluka parah .

Serangannya ini juga menggunakan sisa tenaga yang terakhir .

Begitu ditarik oleh si bocah cilik, tubuhnya langsung terjengkang ke belakang dan tidak bergerak lagi .

Laki-laki brewokan di atas tempat tidur itu segera berseru dengan lantang .

"Kalau memang bernyali, masuklah kalian semua ke dalam!" Bocah cilik itu menggoyangkan tangannya berkali-kali, maksudnya agar laki-laki itu tidak menentang penyelundup garam lainnya yang ada di Iuar .

Pada saat si orang tua terpental keluar, pintu kamar itu sempat terbuka sekejap lalu mengatup kembali .

Sampai sekarang pintunya masih bergerak kesana kemari .

Dengan bantuan sorotan lemah dari lentera yang tergantung di luar, orang-orang dapat melihat seluruh wajah si brewok penuh dengan noda darah, tampangnya sungguh menyeramkan .

Tetapi mereka hanya dapat melihat sekelebatan, apa sebenarnya yang terjadi di dalam kamar mereka tidak tahu, Beberapa orang penyelundup garam lainnya hanya saling pandang dengan bimbang .

Terdengar si brewok berkata lagi dengan keras .

"Anak kura-kura, kalau kalian tidak berani masuk ke dalam, sebentar lagi lohu akan keluar dan membantai kalian satu per satu!" Mendengar kata-kata itu, orang-orang yang masih berdiri di luar segera mengangkat tubuh rekannya yang terluka dan lari meninggalkan gedung itu dengan terbirit-birit .

Si brewok tertawa terbahak-bahak, kemudian berkata dengan suara perlahan: "Anak, cepat kau rapatkan pintu kamar!" Si bocah memang sudah mempunyai pikiran yang sama .

Karena itu dia segera mengiakan dan merapatkan pintu .

Setelah itu perlahan-lahan dia menghampiri tempat tidur, samar-samar tercium bau amis darah .

"Kau.. .

kau..." Si brewok seperti ingin mengatakan sesaatu, tetapi kekuatannya sudah hampir habis, tubuhnya limbung beberapa kali dan hampir saja terjerembab jatuh di tanah .

Si bocah terkejut setengah mati, cepat-cepat dia menghambur ke depan dan menahan tubuh si brewok .

Tubuh orang itu sangat berat Dengan segenap tenaga si bocah meletakkan kepala orang itu di atas bantal .

Si brewok mengatur pernafasannya beberapa kali .

Tampaknya dia merasa agak baikan .

Sesaat kemudian baru dia berkata .

"Aku sudah membunuh beberapa orang penyelundup garam itu, sekarang tenagaku masih belum puIih .

Kalau rombongan itu datang lagi membawa tenaga bantuan, bahaya sekali, sebaiknya aku menyingkir dulu, ya.. .

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment