Kaki Tiga Menjangan Chapter 01

NIC

Sejak masa purbakala, kota Yang-ciu sudah terkenal sebagai daerah istimewa .

Apalagi sekarang, sepanjang hari kota Yang-ciu selalu ramai, Berbagai toko memenuhi sepanjang jalan .

Tahun pertama kedudukan kaisar Kong Hi dari dinasti Ceng, Di samping telaga Siu Sai, Yang-ciu, ada sebuah bangunan besar tempat hiburan .

Saat ini baru masuk musim semi, lentera-lentera tergantung menerangi seluruh tempat itu .

Bangunan yang bernama Li Cun Goan mengumandangkan berbagai jenis suara .

Ada ketukan bambu, ada suara teriakan para laki-Iaki yang sedang bertaruh kepalan tangan .

Ada pula suara tertawa cekikikan .

Maklumlah, Li Cun Goan memang menyediakan banyak wanita penghibur .

Ada juga yang sudah setengah mabuk sehingga bernyanyi-nyanyi dengan suara sumbang, Pokoknya suasana bising sekali sampai di taman pun terdengar jelas .

Tiba-tiba, dari arah utara dan selatan terdengar suara bentakan serentak .

"Para sahabat yang ada di dalam gedung, para nona-nona cantik dan teman-teman yang sedang menghamburkan uang, harap dengarkan: Kami ingin mencari seseorang! Tidak ada urusannya dengan kalian semua .

Siapa pun tak boleh berkoar-koar atau ribut-ribut, siapa yang tidak mendengar perintah kami, jangan salahkan apabila kami mengambil tindakan keras!" Suasana hening seketika .

Tetapi sesaat kemudian terdengarlah suara jeritan beberapa orang wanita dan suara teriakan laki-Iaki yang keras .

Keadaan di tempat itu jadi kacau tidak karuan .

Di tengah-tengah ruangan Li Cun Goan itu ada belasan laki-laki yang duduk mengitari tiga buah meja, Di samping masing-masing ditemani seorang wanita penghibur .

Mendengar suara bentakan tadi, wajah mereka semuanya berubah .

"Ada apa?" "Siapa?" "Apakah ada pemeriksaan dari pihak kerajaan?" Berbagai pertanyaan tercetus serentak .

Dalam waktu yang bersamaan terdengar suara ketukan keras di pintu, para pelayan dan wanita penghibur jadi bingung .

Untuk sesaat mereka tidak tahu apa yang sebaiknya dilakukan .

Apakah harus membuka pintu atau membiarkannya saja" Terdengar suara benturan yang keras, rupanya pintu ruangan itu sudah didobrak sehingga terbuka .

Disusul dengan masuknya belasan laki-laki bertubuh kekar .

Para laki-laki itu mengenakan pakaian yang ringkas, kepala diikat dengan selendang putih .

Tangan masing-masing membawa golok yang berkilauan menandakan tajamnya .

Ada pula beberapa orang yang membawa pentungan besi .

Sekali lihat saja para tamu maupun wanita penghibur di dalam gedung itu sudah mengenali mereka sebagai para begajul yang biasa malang melintang di sekitar wilayah itu .

Agaknya mereka tidak dapat disamakan seperti begajuI-begajuI biasanya, karena rombongan itu berkumpul di bawah naungan seorang pemimpin dan mereka hanya mengadakan jual beli garam selundupan .

Pada zaman itu, baru terjadi peralihan dinasti, harga garam tinggi sekali .

Siapa yang bisa menyelundupkan garam dan kemudian menjualnya dengan harga di bawah pasaran, akan menjadi kaya raya .

Rombongan inilah penyelundup garam tersebut kecuali itu mereka tidak pernah merampok ataupun melakukan kejahatan lainnya .

Meskipun demikian, kegarangan mereka kali ini berbeda dengan biasanya .

Hal ini membuat para tamu maupun wanita-wanita penghibur di Li Cun Goan itu bertanyatanya apa kemauan mereka sebenarnya .

Seorang laki-laki berusia kurang lebih lima puluhan tahun segera keluar dari rombongan itu .

"Para sahabat sekalian, maafkan gangguan kami ini!" Selesai berkata, dia segera menjura ke kiri dan kanan, kemudian berteriak lagi dengan suara Iantang .

"Sahabat she Ci dari Tian-te hwe, Cia lao-liok apakah ada di sini?" Matanya mengedar di antara para tamu .

Para tamu yang bertemu pandang dengan sinar matanya, langsung ciut hatinya .

Tetapi mereka berpikir dalam hati, Mereka toh hanya mencari orang yang berkecimpungan dunia kangouw, pasti tidak mencampur adukkan urusannya dengan orang lain yang tidak bersangkutan .

Laki-laki setengah baya tadi berteriak sekali dengan suara keras .

"Cia lao-liok, sore ini di tepi telaga Siu Sai, kau mengoceh sembarangan mengatakan bahwa kami para penyelundup garam Yang-ciu terdiri dari orang-orang yang tidak berguna .

Tidak berani membunuh petugas kerajaan, hanya berani main belakang .

Mengadakan usaha yang pengecut .

Di sana kau berteriak-teriak seenak perutmu dengan mengatakan bahwa apabila kami tidak puas, boleh datang ke Li Cun Goan untuk mencarimu Nah, sekarang kami sudah datang, Cia lao-liok, kau toh seorang pentolan dari Tian-te hwe, mengapa sekarang menjadi anak kura-kura yang menyurutkan kepalanya?" Para laki-laki yang datang bersamanya seperti beo yang latah berteriak serentak: "Pentolan dari Tian-te hwe, mengapa jadi kura-kura yang menyurutkan kepalanya?" "Eh, kalian semua! sebetulnya kalian dari Tian-te hwe atau Sut-thau hwe (perkumpuIan menyurutkan kepala)?" teriak yang lainnya .

"Kata-kata itu hanya diucapkan oleh Cia lao-liok seorang, tidak ada urusannya dengan orang lain .

Meskipun kami hanya mencari sesuap nasi dari beberapa patah kata dan tidak sanggup bersaing dengan segala Tian-te hwe, tapi setidaknya kami bukan orang-orang seperti kura-kura yang hanya bisa menyusutkan kepalanya dalam batok!" kata laki-laki setengah baya yang pertama tadi .

Setelah menunggu beberapa lama, masih tidak terdengar sahutan dari orang yang dipanggil Cia lao-liok, laki-laki setengah baya tadi membentak lagi .

"Cari ke setiap bagian bangunan ini, Kalau bertemu dengan Cia lao-liok, undang dia keluar! Diwajah orang ini ada bekas bacokan golok yang cukup panjang, mudah dikenali!" Tiba-tiba dari kamar sebelah timur berkumandang suara yang serak tapi gagah .

"Siapa yang pentang mulut keras-keras di sini, mengganggu ketenangan lohu saja?" "Cia lao-liok ada di sini!" "Cia lao-liok, cepat menggelinding keluar!" teriak rekan-rekan laki-laki setengah baya tadi .

"Maknya! Anjing tua itu nyalinya sungguh besar!" teriak yang lainnya .

Orang di dalam kamar sebelah timur itu tertawa terbahak-bahak, "Lohu bukan she Cia, tetapi mendengar kalian memaki-maki Tian-te hwe, telinga tua ini jadi gatal .

Meskipun lohu bukan orang Tian-te hwe, tapi maklum bahwa setiap anggota Tian-te hwe terdiri dari laki-laki sejati .

Kalian yang bermulut ember bocor masih tidak pantas menenteng sepatu mereka atau menceboki pantat mereka sekalipun!" Rombongan yang datang itu marah sekali, mereka memaki-maki serabutan .

Tiga di antaranya langsung mengayunkan golok dan menerjang ke kamar sebelah timur .

Sesaat kemudian terdengarlah suara mengaduh dan mengerang dari mulut mereka .

Satu per satu melayang keluar lalu terbanting di atas tanah, Golok seorang di antaranya membentur kepala sendiri sehingga darah segar bercucuran, kemudian ia pun semaput seketika .

Enam orang lainnya ikut-ikutan menerjang ke dalam kamar sebelah timur, tapi mereka menemukan nasib yang sama dengan rekan-rekannya .

Semua terpental kembali dengan mulut mengerang-erang .

Yang lainnya semakin berang, mereka memaki dengan kata-kata yang kotor, tetapi tidak ada seorang pun yang berani menerjang ke dalam kamar itu lagi .

Laki-laki setengah baya yang menjadi pimpinan rombongan itu segera melangkah ke depan dan melongokkan kepalanya ke dalam kamar .

Dia melihat seorang laki-laki brewokan sedang duduk di atas tempat tidur kepalanya terikat dengan selendang putih .

Di wajahnya tidak ada bekas bacokan golok, ternyata ia memang bukan Cia lao-liok .

Laki-laki setengah baya itu bertanya dengan lantang .

"Kepandaian saudara sungguh hebat, bolehkah kami tahu siapa she dan nama anda yang mulia?" Orang di dalam kamar itu menyahut dengan setengah mengomel .

"Siapa she dan nama bapakmu, itu pula she dan namaku, Anak kurang ajar! Masa nama bapak tua sendiri tidak tahu?" Tiba-tiba salah satu dari para wanita penghibur yang berdiri di samping tidak dapat menahan kegelian hatinya mendengar ucapan orang dalam kamar, dia tertawa cekikikan .

Salah seorang laki-laki tinggi besar dari rombongan para penjual garam itu segera maju ke depan dan menempeleng pipi wanita yang tertawa tadi sebanyak dua kali, "Perempuan lacur! Apa yang kau tertawakan?" makinya garang .

Wanita itu ketakutan setengah mati dan otomatis tidak berani bersuara sedikit pun, Tiba-tiba dari samping ruangan menghambur keluar seorang bocah laki-laki berusia dua belasan tahun, Begitu sampai dia langsung memaki .

"Kau berani memukul ibuku! Kura-kura busuk, kakeknya kura-kura! Kusumpahi biar tanganmu budukan, korengan, bernanah, lama-lama jadi kutung .

Kumannya menyebar ke mulutmu, tenggorokanmu, biar tertelan nanah busuknya dan ususmu ikut busuk!" Laki-laki bertubuh kekar itu berang sekali .

Tangannya terulur ke depan untuk mencengkeram anak kecil itu .

Ternyata gerakan tubuh si bocah gesit sekali, sekali kelebat dia sudah menyelinap di balik rekan laki-laki itu .

Laki-laki tadi segera menggeser rekannya ke samping sehingga terhuyung-huyung, kemudian tangan kanannya mengirimkan sebuah pukulan ke arah bocah kecil itu .

Wanita penghibur yang kena tempeleng tadi langsung menjerit histeris .

"Ampun, toaya!" Dalam waktu yang bersamaan, si bocah cilik sudah merundukkan tubuhnya, tangan kanannya menjulur ke depan dan mencengkeram bagian selangkangan laki-laki itu, otomatis si tubuh kekar itu menjerit kesakitan .

Kemarahannya semakin meluap-Iuap, tapi si bocah sudah mengelit ke samping, Kemarahan laki-laki itu belum terlampiaskan, Tinjunya melayang ke depan, menghantam wajah wanita penghibur tadi, wanita itu pun pingsan seketika .

Bocah cilik itu langsung menghambur ke depan dan memeluk wanita tadi .

"Mak! Mak!" Laki-laki bertubuh kekar tersebut segera mengulurkan tangannya mencengkeram kerah belakang bocah itu .

Baru saja dia ingin mengangkatnya ke atas dan ingin membantingnya keras-keras, tindakannya sudah dicegah oleh pemimpinnya .

"Jangan bikin onar, lepaskan anak itu!" Meskipun kurang senang, laki-laki itu tidak berani membantah .

Dia meletakkan bocah tadi di atas tanah lalu menendang pantatnya keras-keras sehingga menggelinding beberapa kali lalu membentur tembok .

Pemimpinnya melirik laki-laki kekar itu sekilas lalu berkata dengan lantang .

Posting Komentar