Warisan Jendral Gak Hui Chapter 37

NIC

Kiam Ciu telah berlalu, Nenek itu memandang kearah punggung Kiam Ciu yang semakim menjauh itu. Tampaklah nenek aneh itu menggeleng-gelengkan kepalanya, suatu keanehan terbersit dimata nenek itu.

Dengan mengerahkan ilmu Bo-kit-sin-kong serta pengaruh akar Lok-bweekim-keng, maka Kiam Ciu dapat menempuh lembah dan memasuki gua maut itu dengan selamat. Walaupun sepanjang jalan sering dia bertemu dengan ular ular besar dan berbisa ganas. Tetapi Kiam Ciu Tidak mendapat cidera apa-apa, Bahkan ular-ular itu banyak yang menjauhinya, Sambil mengerahkan ilmu Gin kang serta berlari cepat, Kiam Ciu telah keluar dari lembah Si-kok dan memanjat tebing puncak Hiong-lu-hong. Kemudian dengan cepat pula telah menjauhi pegunungan Bu-kong.

Selama dalam perjalanan menjauhi pegunungan Bu-kong-san itu. Kiam Ciu sedang membuat rencana. Mana urusan yang harus diutamakan terlebih dahulu.

Dia harus menebus sakit hati ayahnya, merebut pedang Oey Liong Kiam, menumpas Kwi Ong yang telah membunuh Gin Ciu, kemudian untuk mencari kitab pusaka Pek-seng. Urusan perjodohan adiknya Tong Bwee dan mengemban semua amanah guru-gurunya.

Setelah itu barulah dia menemukan jalan yang harus ditempuh terlebih dahulu ialah Mencari Git Siocia atau si Nyonya besar berkereta itu yang telah membawa pedang Oey Liong Kiam. Dia harus merebutnya kembali, barulah kemudian mencari kitab pusaka ilmu silat Peng-seng di kota Pek seng.

Karena seharian dia telah berjalan maka untuk sesaat Kiam Ciu bermaksud istirahat. Ketika melihat sebatang pohon yang rindang, Maka, dia ingin sekali istirahat dibawah pohon itu.

Sambil bersandar pada batang pohon dipinggir jalanan itu. Dia teringat peta Pek seng Kiam Ciu lalu mengeluarkan peta itu dan diamatinya kertas itu. Tetapi dia tidak melihat suatu gambaran. Akhirnya diingat pesan Kwa Si Lokoay bahwa untuk melihat gambar peta Pek-seng itu harus berada ditempat yang gelap.

Maka peta itu lalu dilipat kembali dan dimasukkan kedaiam saku jubahnya.

Tiba-tiba dia teringat kembali kepada nenek Shin Kai Lolo. Dia akan mencari dulu nenek itu. Ternyata nenek aneh itu mempunyai hati mulia juga. Beberapa kali telah menolong dirinya begitu juga muridnya seorang pemuda yang berambut panjang terurai itu tidak kurang anehnya dari Shin-Kai Lolo itu sendiri.

Ketika Kiam Ciu sedang mengenangkan peristiwa-peristiwa yang pernah dialaminya tiba-tiba matanya meuangkap sebuah bayangan berkelebat mendekatinya. Kiam Ciu segera meloncat berdiri. Tahu-tahu didepannya telah berdiri seorang pemuda yang masih sangat muda belia.

"Siapa kau ?” seru Kiam Ciu sambil bersikap waspada.

"Maaf kalau aku mengganggumu. Namaku Ceng Yun Leng. Aku telah mencari seseorang disegenap penjuru. Tetapi hingga kini belum berhasil kujumpai. Orang itu ialah seorang gadis jelita, dialah tunanganku. Kami telah bertengkar dan salah paham, hingga tunanganku itu meninggalkan aku hingga kini kucari-cari belum ketemu, Akhirnya aku mendengar kabar berita bahwa seorang pendekar yang masih sangat muda telah menyimpan gambar itu, apakah Thaihiap ini telah melibat gambar yang kami maksudkan ? Karena menurut ciri-cirinya yang kuterima bahwa pendekar muda yang selalu membawa pedang dipunggungnya itu persis seperti anda. Kalau aku membuat kekeliruan maka sudilah memaafkan!” seru Ceng Yun Leng sambil menghormat.

Tong Kiam Ciu tersenyum mendengar penuturan itu. Dia memandang pemuda itu dengan pandangan menyelidik.

"Memang sekali aku pernah ditimpuk dengan kertas lipatan oleh seorang pemuda yang berambut panjang dan aneh itu ternyata adalah muridnya Shin Kai Lolo. Aku belum tahu sebenarnya siapa pemuda aneh itu . . . ?” seru Kiam Ciu. Tampaklah perubahan wajah pemuda yang baru datang itu ketika mendengarkan kata-kata Kiam Ciu tadi. Dengan nada kegirangan pemuda itu menyahut kata-kata Kiam Ciu.

PEMUDA yang rambutnya selalu terurai itu sebenarnya adalah seorang gadis dan dia itu lah tunanganku. Dia sengaja menyamar sebagai seorang pemuda dengan maksud untuk mengelabui saya. Dia selalu menjauhi diriku. Telah setengah tahun ini aku mencari kemana-mana tetapi tidak kujumpai, Dikalangan Kang-ouw dia terkenal dengan geJar Sio Bie Hu, Apakah Thaihiap dapat menunjukkan kepadaku jejak tunanganku itu ?” seru Ceng Yun Leng dengan penuh harapan. Tong Kiam Ciu berpikir sejenak, kemudian mengerutkan kening dan mengatupkan bibirnya "Menyesal sekali aku tidak dapat memberikan petunjuk itu kepadamu. Karena aku bertemu dengan dia hanya dua kali. Itupun dari jarak jauh . . .” jawab Tong Kiam Ciu menegaskan. Tong Kiam Ciu tidak dapat melanjutkan kata-katanya itu, karena terasa bembusan angin berhawa harum. Ketika itu tampaklah seorang gadis telah berdiri didekat Tong Kiam Ciu.

Hampir terpekik Tong Kiam Ciu ketika menyaksikan gadis yang baru datang.

Karena gadis ttu tiada lain ialah Tong Bwee. Betapa girang hatinya ketika menyaksikan kedatangan adiknya itu, maka segeralah dia menghampiri dan lupa kalau Tong Bwee bukan adiknya yang sesungguhnya. Kiam Cu menubruk dan memeluk gadis itu. Ji Tong Bwee membersit merah wajahnya. Karena galis itu menyadari kalau Kiam Ciu itu bukanlah kakaknya yang sebenarnya. Maka agak tersipu gadis itu karena ditempat itu ada orang lain ialah Ceng Yun Leng. Kiam Ciu didorongnya dan sambil tersenyum gadis itu mengisyaratkan bahwa ditempat itu ada orang lain. Barulah Kiam Ciu menyadari perbuatannya itu. Dia sendiri merasa malu berpaling ke arah Ceng Yun Leog. Tetapi pemuda itu tersenyum dan berpaling kearah lain. "Oh maaf saudara Yun Leng. Kami lama tidak bertemu semenjak masih kanak-kanak” seru Kiam Ciu sambil memperbaiki kekikukannya.

"Sudah lumrah, dua orang yang saling mengasihi” sambung Yun Leng.

"Adik kecil . . . oh adik Tong Bwee, mengapa kau dapat berada disini ? Apakah ayah dan ibu . . . ?” seru dan tegur Kiam Ciu bertubi-tubi tetapi akhirnya terbungkam ketika menyaksikan gadis yang jelita itu hanya tersenyum tetapi terurai air matanya?. Setelah menahan uraian air mata gadis yang bermata lebar dan berpipi merah jambu itu menuturkan kata-kata dengan nada sedih.

"Twa-supek sudah meninggal dunia”

"Hah ?!” seru Kiam Ciu setengah menjerit kaget.

"Sejak kau pergi dulu. Twa-supek lalu jatuh sakit. Karena luka dalam yang dideritanya. Penderitaannya terlalu berat, segala usaba tidak dapat untuk menyembuhkan sakitnya. Dua tahun dia menderita. Sebenarnya ayah dan ibu mengusulkan untuk memanggil kau pulang tetapi Twa-supek tidak setuju.

Sepanjang hari dan sepanjaog waktu Twa-supek selalu mengingat-ngingat kau sebelum menghembuskan napas yang terakhir, menanti-nanti agar kau selalu menjalankan perintah dan amanatnya. Ketika Twa-supek telah dipanggil kejalan Giam-lo-ong maka aku minta ijin kepada ayah dan ibu untuk menyusulmu, setengah tahun aku mengembara untuk mencari jejakmu. Akhirnya aku mendengar kabar bahwa kau telah berhasil dalam pertemuan Bu-lim dalam pesta Bu-lim-tahwee. Kau terkenal dengan gelar Giok-ciang-cui-kiam.. “ seru Ji Tong Bwee sambil tersendat-sendat kata-katanya karena menahan isakan.

Air mata gadis itu masih meleleh kepipinya, air mata keharuan. Mereka dapat dipertemukan dalam suasana tenang. Kiam Ciu dan Tong Bwee merasa syukur kepada Thian karena pertemuan itu.

Tong Kiam Ciu mendengar kisah penuturan Ji Tong Bwee itu dengan seksama dan dengan hati penuh kedukaan.

Karena dia sudah tidak mungkin untuk bertemu lagi kepada suhunya Pekhi-siu-si yang telah mengasuh dengan penuh kasih sayang dan memanjakannya. Budi lubur kakek budiman itu tak akan terlupakan sepanjang hayatnya. Namun kini kakek budiman telah pergi ke Giam-lo-ong. Tinggalah dia harus memenuhi segala bimbingan dan serta pesan-pesannya saja.

Maka kini Kiam Ciu bertekad untuk mengamalkan segala kebaikan dan menindas kejahatan seperti pesan suhunya almarhum.

Ceng Yun Leng ketika itu hanya terdiam dan menundukkan kepala.

Jadinya serba kikuk perasaan pemuda itu, Akan menyaru mengundurkan diri dia tidak sampai hati untuk memotong pembicaraan kedua insan yang ruparupanya telah lama berpisah itu, Begitu pula mau tak mau dia telah mendengarkan kisah sedih itu. Hatinyapun ikut berduka.

Ceng Yun Leng menyaksikan keadaan itu jadinya serba salah. Maka ketika suasana sudah tampak tenang dia baru mulai berbicara.

"Tong Siawhiap. aku tidak akan mengganggu lagi. Idzinkanlah aku minta diri.

Aku yakin bahwa kita kelak akan bertemu lagi” seru Yun Leng dengan sopan dan membungkuk hormat. Ketika pemuda itu memutar tubuh dan akan berlalu, tiba-tiba matanya menyaksikan serombongan orang bersenjata lengkap mendatangi tempat itu.

Yun Leng menahan niatnya dan berbalik melihat kearah Tong Kiam Ciu kemudian melihat kembali kearah orang-orang yang semakin dekat itu.

Ketika rombongan itu bertambah dekat, Tong Kiam Ciu menarik napas panjang dan tersenyum. Begitu juga Yun Leng menjadi terheran-heran tampak ia kerutkan keningnya. Ternyata rombongan itu adalah rombongan orang-orang dari partai persilatan Kim-san yang dipimpin oleh seorang gadis cantik.

Dengan satu isyarat orang-orang yang bersenjata tombak dan pedang itu segera mengurung ketiga orang itu. Tong Kiam Ciu terheran-heran menyaksikan sikap itu. Dia masih teringat beberapa hari yang lampau pernah berhasil dan merobek kedok kulit sinja yang dipakai gadis itu.

"Suheng ! Kebetulan kau ada disini. kau dapat membantuku memberi hajaran orang she Tong ini !” seru gadis itu kepada Yun Leng.

"Sumoi tunggu dulu! Apakah artinya ini?” seru Ceng Yun Leng sambil mengangkat kedua belah tangannya dengan sikap tak mengerti.

Ternyata Ceng Yun Leng adalah saudara sepergutuan dengan gadis itu.

Hanya saja gadis itu memang bersikap angin-anginan dan terlalu dimanja, sehingga tiada seorangpun yang ditakutinya kecuali ayahnya.

Dia telah membawa orang-orang dari partai Kim-sai untuk mengepung dan memberi hajaran kepada Tong Kiam Ciu. Semuanya itu tidak dipahami oleh Yun Leng. "Suheng ! Kau tak usah banyak berbicara dan beralasan ! Ayo kau bantu aku untuk memberi hajaran kepada orang she Tong itu, Dia adalah Tong Kiam Ciu pemegang pedang Oey Liong Kiam !” seru gadis itu dengan nada keras dan lantang. Ceng Yu Leng menjadi serba salah dan bingung menghadapi adik seperguruannya itu. Karena dia tidak mengetahul latar belakang yang sebenarnya dalam kejadian itu. Dia yakin bukan karena pedang Oey Liong Kiam yang terang sudah resmi menjadi haknya Tong Kiam Ciu setelah diperebutkan dalam pertemuan Bu-lim-ta-hwee.

Ketika gadis itu memperhatikan suhengnya tidak beraksi mendengar penuturan bujukannya itu, maka dia yakin bahwa suhengnya tidak mau membantu untuk menghajar Tong Kiam Ciu. Maka segeralah dia memberikan aba-aba kepada para pengikutnya untuk menyerang Kiam Ciu.

Tong Kiam Ciu memperhatikan keadaan itu sejak kedatangan orang-orang Kim-sai dan mengepungnya tadi. Setelah menginsyapi bahwa bakal terjadi sesuatu perkelahian yang tiada ujung pangkalnya. Maka dengan mengerahkan ilmu Bo-kit-sin-kong dia berseru.

"Tahan !” seru Kiam Ciu dilambari dengan Bo-kit-sin-kong, Suara bentaran Kiam Ciu itu berhasil membuat ngeri orang-orang dari partai Kim-sai. Mereka menahan diri. Kemudian terdengar Kiam Ciu berseru lantang memperlihatkan nada amarahnya diarahkan kepada gadis itu sambil menudingkan jari telunjuk tangan kanan.

"Siocia sudah dua kali mengganggu dan merintangiku ! Kali ini lagi ! Dengan tanpa sebab siocia hendak menyerangku, apakah salahku ?. Jika siocia dapat menunjukkan kesalahanku dan ternyata kesalahanku itu terbukti, aku rela dihajar. Aku tidak akan melawan !” seru Kiam Ciu dengan berakhir membuka kedua belah tangannya. Gadis yang manja dan angin-anginan itu menjawab seenaknya.

"Tentu saja ada sebabnya I” seru gadis itu seenaknya.

Dengan berakhirnya kata-kata itu dia telah meloncat menyerang Kiam Ciu.

Sambil memberikan perintah kepada orang-orangnya untuk menyerang. Namun Kiam Ciu waspada dan menggeserkan kaki kanannya kesampiig. Ternyata serangan gadis itu dapat dielakan.

"Jika siocia hendak menyerangku, aku terpaksa untuk melayaninya !” seru Kiam Ciu dengan nada bersungguh-sungguh.

"Siapa takut dengan kamu ?!” seru gadis itu dan balik memutar tubuh.

Posting Komentar