"Kau terkenal sebagai raja iblis, kekejaman serta kekejianmu membuktikan bahwa kau adalah makhluk yag durhaka ! Walaupun begitu kau terkenal sebagai iblis yang senantiasa memegang janji !” seru Shin Kai Lolo dengan suara bersungguh-sungguh. Pujian sebagai iblis yang memegang janji itu membesarkan hati Kwi Ong.
Maka kakek kejam dan keji itu lalu berseru.
"Aku belum pernah mengingkari janji !”
Tong Kiam Ciu akhirnya mengambil kesimpulan bahwa dia harus lekas berlalu dari te,pat itu, Karena dia masih banyak urusan yang harus diselesaikannya. Sedangkan pertempuran antara Kwi Ong dengan Shin Kai Lolo iiu akan berlarut-larut lama sekali. Maka Kiam Ciu akan meengambil kesempatan itu untuk menyelinap pergi meninggalkan tempat itu, Namun niatnya itu akhirnya diurungkannya ketika dia mendengar Kwi Ong berseru lantang.
Walaupun begitu Kiam Ciu tetap bertekad dikemudian hari dia akan mencari Kwi Ong untuk membalaskan dendam atas kematian Gin Ciu serta menumpas kekejian selanjutnya itu.
"Kali ini kalian kuampuni, karena kalian dapat menahan serangan ilmu Tailik-kim-kong eng-jiauw-kang !” seru Kwi Ong kepada orang-orang yang berada ditempat itu termasuk Kiam Ciu.
Mereka saling berpandangan. Belum lagi mereka mengeluarkan kata-kata tiba-tiba terdengar Kwi Ong berseru lagi kepada orangnya sendiri dengan nada memerintah. "Buka jalan ! Antarkan orang-orang ini keluar !” seru Kwi Ong.
Seorang pengawal telah berada didepan dan mempersilahkan Shin Kai Lolo untuk mengikutinya. Yang juga diikuti oleh ketiga jago silat dan juga Tong Kiam Ciu. Mereka akan keluar dari perangkap raja iblis itu.
Dengan mudah mereka telah dapat keluar dengan selamat dari perangkap Soan-hong-li-bu-ceng yang telah dibuat oleh siraja iblis itu.
Setelah sampai diluar Tong Kiam Ciu lalu membongkok hormat kepada Shin Kai Lolo, seraya pemuda itu berseru dengan hormatnya.
"Locianpwee kau telah menolong jiwaku. Budimu takkan kulupakan untuk selama-lamanya, kini perkenalkanlah aku untuk melanjutkan perjalananku dan untuk menyelesaikan tugas-tugas yag masih banyak itu” seru Kiam Ciu dengan suara halus dan sopan sekali.
Sesat kemudian berpaling kearah Eng Ciok Taysu, Tue Kiam suseng dan Siok Siat Shin-ni, kemudian berkata pula kepada mereka itu.
"Karena aku masih berpisah dari kalian”
banyak urusan. maka perkenankanlah aku untuk Setenarnya pemuda itu agak merasa berat untuk pergi begitu saja setelah mendapat pertolongan dari Shin Kai Lolo itu. Namun tugasnya masih banyak, maka memaksa pemuda itu untuk berpisah.
"Tong Kiam Clu masih mengendap luka dalam. Maka marilah ikut aku! Lagi pula muridku . . . .” seru nenek Shin Kai Lolo. Kata-kata itu tidak diteruskannya karena diperhatikannya ternyata Kiam Ciu teiah pergi jauh.
Tong Kiam Ciu sama sekali tidak menghiraukan lagi bujukan Shin Kai Lolo itu. Dia telah bertekad untuk menuju kelembah Si-kok! Tanpa menoleh lagi kebelakang pemuda itu memisahkan diri dari rombongan keempat tokoh-tokoh angkatan tua itu. Tong Kiam Ciu bertekad untuk segera mencapai lembah Si-Kok. Walaupun jalan-jalan sangat sukar ditempuh lagi pula matahari semakin tinggi menjulang, namun tekad pemuda itu yang memperkuat dirinya untuk menempuh segala rintangan. Pemuda itu berjalan dengan langkah-langkah santai tetapi pasti menuju kearah barat daya.
Pegunungan Bu-kong-san telah tampak. Pegunungan itun tampak megah dan angker. Puncak-puncaknya menjulang tinggi, lebih-lebih puncaknya yang bernama Hiong-lu-hong yang tertinggi, seolah-olah mencakar langit.
Pada suatu hari Tong Kiam Ciu telah mendekati puncak tertinggi itu kemudian berhentu sejenak dan memandang keatas. Ia mengeluh dalam hati sambil memandangi puncak pegunungan yang tertinggi itu.
"Hemmm . . . . aku berkelana sudah lama sekali. Tetapi lembah Si-Kok belum juga kutemukan. Menurut keterangan puncak itu tiada jauh dari puncak Hionglu-hong ini . . . “ pikir Kiam Ciu sambil memandang puncak itu dan melihat kiri kanan. Suasana saat itu sangat sepi. Hanya terdengar desau angin meniup daundaun liu. Kiam Ciu mengamati keadaan sekitar tempat itu. Tetapi tiba-tiba dari arah samping terdengar suara keresekan. Maka Kiam Ciu dengan cepat pula memutar tubuh dan menghadap kearah datangnya suara itu. Sekejapan terlihat sesuatu yang bergerak. Ketika diperhatikannya ternyata seekor ular yang berwarna hitam melata dengan cepatnya menjauhi tempat Kiam Ciu berdiri.
Segeralah Kiam Ciu mencabut pedang Kim-kong-sai-giok-kiam dan mengejar ular besar itu, namun ular itu mempunyai kecepatan luar biasa. Terus melata menjauh dan kebawah gunung. Sedangkan Kiam Ciu dengan berloncatan diatas batu mengubernya. Ketika sampai dikaki gunung, segeralah ular itu masuk kedalam mulut guha.
Kiam Ciu bermaksud untuk mengejarnya terus. Teapi ketika pemuda itu sampai diambang mulut guha segeralah terhenti, karena bau anyir dan busuk berhembus dari dalam guha kemudian matanya tertumbuk dengan suatu pemandangan yang sangat mengerikan. Tulang kerangka manusia berserakan di tempat itu. "Oh.. . apakah tempat ini yang dinamakan lembah Si-kok ? (Lembah maut) diluar guha saja sudah begini banyak kerangka manusia, apalagi didalam guha”
pikir Kiam Ciu dengan memandang sekeliling tempat itu.
Sekilas terlihat banyak sekali ular-ular didalam guba itu. Maka Kiam Ciu lalu berpikir lagi. Ular-ular itu telah mendekati Kiam Ciu.
"Jika aku diserang oleh sekian banyaknya ular-ular berbisa ini aku dapat mati konyol ditempati ini” pikir Kiam Ciu dan menoleh kebelakang untuk mengambil langkah. Tetapi ketika ular-ular itu bertambah dekat Kiam Ciu, dengan tiba-tiba mereka berhenti, kemudian beberapa ekor telah memutar kepala dan mengundurkan diri menjauhi Kiam Ciu. Perbuatan itu disusul lagi oleh kawanan ular lainnya. Kiam Ciu memandang kekaran kiri, dia merasa heran dan seolah-olah ada sesuatu yang menakutkan hingga membuat ular-ular itu lari terbirit-birit menjauhi Kiam Ciu. Diantara ular-ular yang beraneka warna itu, terdapat juga seekor ular besar yang berwarna keemas-emasan kulitnya mengkilat. Ular yang berwarna emas itu tidak mau lari jauh. Dia hanya melingkar dan mengarahkan moncongnya kearah Kiam Ciu seolah-olah dia sedang siap siaga menghadapi serangan Tong Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu masih teeheran-heran menyaksikan kejadian itu. Dia sama sekali tidak menduga bahwa karena ia telah memakan akar kering Lok-bwee kim-keng dan karena daya itu menyiarkan bau yang kurang disukai oleh kawanan ular-ular berbisa itu.
Ular emas itu masih tetap melingkar ditanah menantikan serangan Kiam Ciu.
Sedangkan Kiam Ciu sendiri masih memperhitungkan kalau tidak akan mampu untuk menghadapi sekian banyaknya ular-ular berbisa. Walaupun sebagian besar dari kawanan ular itu telah lari menjauh. Tetapi dia yakin kalau terjadi sesuatu ular-ular itu akan balik kembali dan mengeroyoknya.
Ketika Kiam Ciu dalam keadaan terheran dan menimbang-nimbag itu, tibatiba dikejutkan oleh suatu suara dari atas tebing. Suara yang sangat aneh.
Dengan cepat Kiam Ciu meloncat kesamping tampaklah seoraag nenek merayap dari atas jurang menuju kelembah itu. Nenek yang sudah sangat tua usianya itu menuruni tebing itu dengan sikap seperti seekor cicak. Cepat sekali.
Begitu sampai di lembah Si-Kok, segeralah dia merangkak dengan cepat dan menyerang ular emas yang telah siap siaga itu. Ketika merasakan dirinya diserang itu maka segeralah tersembur bisa ganas dari ular emas itu. Tetapi nenek itu rupa-rupanya telah kebal terhadap segala macam bisa, Nenek itu meloncat dan menerkam kepala ular emas. Kemudian ular itu menggeliat dan cengkeraman itu terlepas. Nenek tadi meloncat kekiri dihantam oleh ular emas itu. Tetapi hantaman itu tidak menemui sasaran karena nenek itu telah mendahului meloncat kesamping. Dia berusaha untuk menerkam kepala ular emas itu. Namun ular emas itu berusaha untuk menghindarkan diri dari cengkeraman nenek aneh itu. Kepala ular emas itu terangkat dan terbuka lebar sedangkan dari mului yang berlidah bercabang itu tersembur hawa beracun. Nenek aneh itu bukannya menghindar, malahan menyerang dan menerkam kepala ular besar itu. Ular itu berusaha untuk melepaskan diri dari cwngkeraman lawannya.
Dengan dengusan hebat kemudian satu pukulan ekor yang keras itu telah melontarkan nenek aneh itu ke dinding guha.
Tetapi dengan cepat nenek itu memutar tubuh dan meloncat kembali, Menerkam kepala ular itu dan nenek itu menyemburkan asap hitam dari mulutnya kemoncong ular emas itu. Seketika ular itu tidak berdaya, kemudian dihempaskan oleh nenek aneh itu, Tampak ular emas itu tak bertenaga lagi.
Ketika menyaksikan lawannya sudah tidak berdaya lagi, maka nenek itu segera merangkak kedinding jurang. Memandang dengan puas dia tertawa cekikikan. Seolah-olah dia merasa bangga dengan hasil kemenangannya itu.
Tong Kiam Ciu masih mematung saja dengan terpesona menyaksikan nenek yang aneh itu. Pertempuran antara nenek aneh dan ular emas besar itu disaksikan oleh Tong Kiam Ciu dengan penuh ketakjuban. Ternyata nenek aneh yang tampaknya tidak berguna dan sudah sangat tua itu mempunyai ilmu yang luar biasa.
"Hebat! Hebat sekali. Jika aku dapat menguasai ilmu yang dimiliki oleh nenek itu aku pasti dapat membinasakan iblis Kwi Ong” pikir Kiam Ciu dan matanya berseri-seri memandang nenek aneh itu.
Kemudian dia mengingat-ngingat jurus-jurus yang dimainkan oleh nenek itu ternyaia serupa benar dengan jurus-jurus Bo-kit-sin-kong. Hanya bedanya kalau ilmu nenek itu dapat menyemburkan hawa beracun, tetapi ilmu Bo-kit-sin-kong dapat mengeluarkan tenaga gaib yang dapat menahan serangan beracun. Dua kekuatan yang saling bertentangan.