Halo!

Warisan Jendral Gak Hui Chapter 34

Memuat...

Mendengar hinaan itu hati Tong Kiam Ciu sangat panas. Maka segeralah pemuda itu mencabut pedang Kiam-kong-sai-giok-kiam. Dia telah bertekad untuk membinasakan Kwi Ong.

"Dan pengkhianat itu akan menyaksikan kau binasa ditanganku!” sahut Kwi Ong dengan nada penuh kepastian.

Tong Kiam Ciu meloncat menyerang dengan pedangnya. Kwi Ong tidak sampat mengelakkan serangan itu. Karena serangan pemuda itu dengan tibatiba dan cepat sekali. Walaupun begitu ujung pedang Kiam Ciu berhasil juga mengenai dada Kwi Ong. Namun kakek itu ternyata tidak menderita luka sedikitpun. "Oh, rupa-rupanya kakek itu mempunyai ilmu kekebalan!” pikir Kiam Ciu dengan waspada pula telah mengerahkan Ilmu Bo-kit-sin-kong untuk menjaga kemungkinan serangan keji yang dilancarkan oleh Kwi Ong dengan tiba-tiba.

Sambil memutar tubuh Kiam Ciu mengirimkan serangan dengan jurus Sangliong-pi-ji atau sepasang naga membentangkan sayap. Tampak Kiam Ciu sambil meloncat memutarkan pedangnya dan menyerang lawan dengan gerakan sangat cepat sekali. Tetapi Kwi Ong dengan pedang Gin Kiam ditangan kanan telah terlebih dahulu menyerang dengan jurus Ngo-hong-tiauw-yang atau lima ekor burung cenderawasih berpaling ke matahari. Terlihatlah kakek itu berloncatan lincah sekali. Menghindar atau menyerang Tong Kiam Ciu, sambil matanya mendelik menantikan kelengahan lawan.

Pertempuran sudah berjalan sampai dua jurus. Kwi Ong merasa heran sekali ternyata Kiam Ciu tangguh juga, ilmu Ngo-hong-tiauw-yang pemimpin suku Biauw itu ternyata belum dapat melukai Tong Kiam Ciu.

"Hemm, bocah ini ternyata mempunyai Ilmu Bo-kit-sin-kong. Kalau tidak mana mungkin dia selalu luput dari seranganku” pikir Kwi Ong.

Kemudian dengan satu gerakkan cepat sekali kakek itu telah menerkam leher Tong Kiam Ciu dengan tangan kiri. Dibarengi teriakkan dan melancarkan ilmu Tai-lik-kim-kong eng-jiauw-kang (ilmu cakaran garuda sakti). Ilmu cengkaraman itu didahului dengan dorongan yang maha dahsyat, sehingga Tong Kiam Ciu tidak dapat maju. Pemuda itu terdesak mundur teras. Akhirnya Tong Kiam Ciu terdorong jatuh ketanah dengan kepala terasa pening setali.

"Oh celaka, baru berhasil melawan tiga jurus aku sudah dapat dijatuhkan. Apa mungkin aku melawan sampai sepuluh jurus” pikir Kiam Ciu dengan cemas.

Pada saat itu juga Kwi Ong telah melemparkan pedangnya kearah tubuh Kiam Ciu, Namun Kiam Ciu tidak sempat untuk mengelakkan serangan yang datangnya dengan tiba-tiba dan tidak terduga itu.

Sebuah jeritan dan dibarengi sesosok tubuh melayang kemudian jatuh ketanah dengtn bermandikan darah. Sosok tubuh itu tiada lain adalah tubuh Gin Ciu yang telah lebih waspada akan muslihat gurunya dan gadis itu bermaksud untuk melindungi Kiam Ciu dari tikaman pedang.

Gin Ciu menggeletak dengan pedang tertancap ditubuhnya, Kiam Ciu mendekap dan menangisinya. Tong Kiam Ciu meloncat berdiri dan berseru.

"Bedebah keji Urusan kita belum selesai !” seru Kiam Ciu sambil meloncat menerkam Kwi Ong. Tetapi Kwi Ong dengan cepat mengelak dan meloncat kesamping, Kiam Ciu menerkam tempat kosong hingga sempoyongan hampir tidak dapat menguasai tubuhnya dan hampir tertelungkup jatuh.

Kwi Ong telah memperhitungkan kejadian itu. Maka dengan sekali loncat dan cepat sekali dia telah mencabut pedang Gin-kiam dari tubuh Gin Ciu dan langsung memutar tubuh menyerang punggung Tong Kiam Ciu.

Menyaksikan itu Kim Ciu menjerit memperingatkan Kiam Ciu. Mendengar seruan itu dengan cepat Kiam Ciu menjatuhkan diri menggelundung di tanah untuk menghindari bacokan pedang Kwi Ong.

Orang yang berjiwa kasar dan keji itu menjadi sangat gusar karena usahanya untuk membinasakan Tong Kiam Ciu dapat dihalang-halangi lagi. Kegagalannya kali ini sangat menggusarkan hatinya. Kwi Ong segera memperbaiki serangannya. Namun Tong Kiam Ciu telah meloncat dengan pedang Kim-kong-sai-giokkiam di tangan kanan menyerang tangan Kwi Ong yang menggenggam pedang Gin Kiam dengan jurus Giok-ciang-cui-kiam.

"Trang!” terdengar suara dentangan nyaring, "Oh!” terdengar pula suara tertahan meluncur dari mulut Kwi Ong.

Pedang Gin Kiam terputus jadi dua, dan ujungnya jatuh ke tanah. Ternyata serangan Tong Kiam Ciu sangat hebat. Menyaksikan pedangnya terkutung itu dia merasa sangat gusar sekali. Maka dengan mengembangkan ilmu Tai-likkim-kong eng-jiauw-kang dan hembusan angin dari kelima jari-jemari tangan kirinya yang dahsyat sekali menyerang Kiam Ciu.

Tong Kiam Ciu mengerahkan ilmu Bo-kit-sin-kong untuk menahan serangan lawannya itu. Namun serangan tenaga dalam lawan itu sangat luar biasa hebatnya. Selain terdorong juga mulai dia kehilangan tenaganya dan menjadi sangat lemah. Kemudian kedua matanya menjadi sangat kabur. Terhuyung tubuh Kiam Ciu limbung tiada bertenaga dan tiada mampu lagi untuk berdiri.

Akhirnya dia terjatuh jua.

"ha-ha-ha ! Anak ingusan yang sombong !” seru Kwi Ong dengan bangga dan telah yakin dia dapat mambinasakan Kiam Ciu.

Dengan langkah perlahan-lahan dia mendekati tubuh Kiam Ciu yang sudah tidak bertenaga lagi. Pemuda itu hanya mendengarkan semua suara tetapi todak berdaya lagi untuk melawannya.

Kwi Ong melangkah dengan langkah-langkah pasti. Pedang yang lelah buntung itu dilemparkan ke lantai menimbulkan suara dentaman nyaring.

Kemudian kedua belah tangannya membentuk cengkeraman dengan mata melotot akan menerkam leher Kiam Ciu. Wajah Kwi Ong tampak seram sekali.

Tong Kiam Ciu telah pasrah dan menunggu ajalnya tiba ! Tiba-tiba dari atas telah melayang sesosok tubuh dan berdiri diantara Kiam Ciu dan Kwi Ong. Orang yang baru datang dan berdiri menengahi dua orang yang sedang bertempur itu adalah seorang nenek yang berpakaian compangcamping. Nenek itu ialah Shin Kai Lolo.

Dengan tenang nenek itu memandang kearah Gin Ciu yang telah tewas.

Kemudian menarik nafas panjang dan mengeluh.

"Hemmm . . . sayang sekali aku datang terlambat” seru wanita tua itu dengan suara seenaknya. Kemudian berpaling kearah Kiam Ciu. Melangkah mendekati Tong Kiam Ciu dan memijit leher pemuda itu. Cara membebaskan jalan darah yang luar biasa itu sangat mengagumkan.

Kwi Ong bagaikan kena pesona hingga tidak berbuat apa-apa dan memandang nenek itu dengan mata tak berkedip dan mulut ternganga tanpa disadarinya. Begitu pula semua orang yang berada ditempat itu menjadi terpaku dan terpesona. Dalam beberapa saat kemudian Tong Kiam Ciu telah terbebas jalan darahnya. Kembali dia dapat menguasai keadaan dan meloncat berdiri. Setelah itu memberi hormat dengan membongkokan tubuhnya kearah nenek Shin Kai Lolo. Sembari tersenyum penuh rasa terima kasih.

Berbareng dengan itu pula Kwi Ong telah tersadar dari pengaruh pesona Shin Kai Lolo. Maka segeralah dia menegur dan marah.

"Hey tua bangka ! Kau ini siapa dan darimana kau datang ?” seru Kwi Ong dengan suara gusar sekali.

"Itu urusanku sendiri, kau tak perlu menanya!”

"Kau telah datang ke markasku, aku berhak menanya !” seru Kwi Ong membentak nenek itu dengan mata melotot.

"Hi-hi-hi-hik!” nenek itu tertawa nyekikik. "Desa Sing-Kiauw-Cong ini bukan daerahmu ! Kau telah datang ke tempat ini dan merampasnya !”

Kemudian nenek itu terdiam sejenak. Kwi Ong akan membuka mulut untuk mendamprat Shin Kai Lolo yang lancang dan mencampuri urusannya. Namun nenek itu telah mendahului berbicara.

"Kau telah memasang perangkap Soan-hong-li-bu-ceng dan kau telah berhasil menangkap beberapa orang jago silat. Namun kau tidak akan dapat menjebakku ! Karena perangkapmu ternyata mudah sekail untuk dilepasnya asal asal mengingat-ngingat kunci rahsianya. Ialah menjumpai pohon bambu membelok kekanan, menjumpai batu memhelok kekiri, menjumpai semak belukar berjalan mundur lima langkah dan menjumpai pohon cemara berjalan maju. Ya bukan ? Hee he-he he perangkap soal kecil !” seru nenek itu dengan tertawa-tawa. Nenek itu diam lalu dia memandang Kwi Ong sejenak. Kemudian memandang kearah Gin Ciu dan berseru lagi.

"Aku datang kesini untuk mencari tiga orang kawanku. Kalau seandainya aku datang lebih pagi, gadis itu tidak akan binasa!” seru nenek itu yang menampakkan sesalannya atas kematiannya Gin Ciu itu.

Kemudian Shin Kai Lolo menepuk tangan. Bertepatan dengan berakhirnya tepukan tangan itu maka tampaklah kelebatan bayangan tiga sosok tubuh terjun di arena pertempuran itu.

Eng Ciok Taysu kemudian Tie kiam-su-seng dan seorang lagi jago silat wanita Siok-siat-Shin-Ni. Semua yang berada ditempat itu terperanjat dengan munculnya ketiga orang itu. Karena ketiga orang itu adalah tawanan Kwi Ong yang disekap dalam tempat tertutup.

"Kau, sekalian telah berani menerjang masuk kemarkasku. Maka kalian jangan harapkan dapat keluar dengan selamat dari perangkapku!” seru Kwi Ong kemudian tampak kakek keji itu meloncat menyerang Shin Kai Lolo.

Namun nenek itu hanya tertawa-tawa seenaknya menerima serangan itu. .

Seolah-olah memandang ringan ilmu lawannya. Serangan-serangan yang dilancarkan dengan cepat dan bertubi-tubi itu telah dipapaki oleh nenek itu dengan mendorongkan kedua tinjunya bergantian, Ternyata serangan tinju Kwi Ong dapat dibuyarkannya. Shin Kai Lo!o yang pernah menggemparkan dunia Kang-ouw beberapa puluh tahun lamanya itu, saat itu sedang menguji kehebatan serta kelihayan ilmu silai Kwi Ong yang keji. Dia telah mengukur sampai dimana kehebatan ilmu siiat kepala suku Biauw itu. Kemudian Kwi Ong mengerahkan ilmu Tai-lik-kim-kong eng-jiauw-kang, semua orang menyaksikan pertempuran dua orang jago silat dari kalangan tua yang hampir seimbang ilmunya itu dengan penuh kekaguman dan menahan nafas. Karena serangan-serangannya dapat dielakkan dengan tepat. Lagi pula Shin Kai Lolo menghindari seranganp-serangan itu sambil tertawa, maka Kwi Ong merasakan dirinya dipandang ringan oleh lawan, Kwi Ong mengerahkan seganap kekuatan dan ilmunya yang sangat diandalkan itu untuk membinasakan lawan. Dengan meningkatnya kemarahan Kwi Ong itu. maka kini serangan kakek itu bertambah dahsyat. Kini terasa angin cengkeraman yang berhawa panas menyerang Shin Kai Lolo. Serangan itu bertambah mendesak. Diam-diam nenek yang cerdik itu telah dapat mengukur ilmu lawannya. Ternyata Kwi Ong berada setingkat diatasnya, Maka nenek itu lalu berseru menahan serangan lawan "Tunggu! Kita hentikan dulu pertempuran ini !”

"Apa ?! Apakah kau sudah gentar melawan aku?” seru Kwi Ong sambil mengejek Shin Kai Lolo. "Hee-hee-he Aku tidak takut, kau Kwi Ong telah datang di daerah pertengahan, maka aku yakin bahwa kita akan sering bertemu lagi, ya bukan ?!”

seru Shin Kai Lolo tampak tenang kata-katanya.

"Aku sudah katakan bahwa kalian tidak akan dapat keluar hidup-hidup dari tempat ini!” seru Kwi Ong dengan lantang.

Mendengar jawaban itu Shin Kai Lolo harus menggunakan siasat.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment