Halo!

Warisan Jendral Gak Hui Chapter 33

Memuat...

"Suhu . . . . suhu . . . . . “ ampunilah ciciku”

Tetapi Kwi Ong tidak menghiraukan kata-kata itu! Dengan wajah merah membara kaki yang sedang dipeluk dan dicium oleh Kim Ciu itu digerakkannya dengan keras. Kim Ciu terpelanting lima langkah dan terjerembab! Kemudian Kwi Ong mengirimkan pukulan kearah kepala Gin Ciu. Angin pukulan itu kalau sampai mengenai sasarannya akan hancur kepalanya dan setidak-tidaknya akan menjadi cacad seumur hidup kehilangan akal seperti orang gila.

Menyaksikan semua kekejaman Kwi Ong itu, Tong Kiam Ciu segera meloncat kedepan dan memapaki serangan pukulan Kwi Ong itu. Tangkisan Tong Kiam Ciu ternyata tepat. Tampak Kwi Ong terhenyak dengan memegang kepalanya pening. Kwi Ong heran menyaksikan dan merasakan kehebatan tenaga lwe-kang anak muda itu. Kini semua orang memandang kearah Tong Kam Ciu, Namun Kwi Ong masih nekad akan mengirimkan pukulan hukuman kepada Gin Ciu. Tong Kiam Ciu membentak. "Tahan !” seru Kiam Ciu sambil mengangkat tangan kanan.

Ternyaia pemuda itu mengirimkan serangan jurus Pan-wan kiat-cit atau Palu baja-mematahkan dahan. Kini Kiam Ciu dan Kwi Ong berhada-hadapan hanya berjarak satu langkah jauhnya. Tong Kiam Ciu menudingkan tangan sambil berseru. "Ternyata cerita orang tentang dirimu benar juga, kau adalah manusia terkejam yang kujumpai dldunia ini, Kekejamanmu melebihi binatang. Kau telah bermaksud membunuh atau membuat cacad muridmu yang telah mengikutimu selama sepuluh tabun dengan setia. Perbuatanmu itu melebihi perbuatan binatang buas !” seru Tong Kiam Ciu dengan gutar.

Dua orang murid lainnya yang berdiri dibelakang Kwi Ong setelah mendengar suhurya dicaci dan dikatakan seperti binatang oleh Tong Kiam Ciu itu dia menjadi gusar sekali. Tetapi untuk menyerang dan mencampuri urusan itu di hadapan suhunya dia tidak berani.

Gin Ciu yang nyaris dari malapetaka dan mendengar kata-kata Kiam Ciu itu menjadi sangat terharu. Dia kagum dengan keberanian pemuda itu dalam saatsaat yang sangat mengerikan dan suhunya dalam keadaan marah. Ternyata hati Kiam Ciu sangat mulia dan tabah. Gin Ciu merasakan bahwa pandangan dan perasaannya terhadap keperwiraan Kiam Ciu tidaklah meleset. Tetapi dia merasa sangat khawatir, jangan-jangan nanti dia akan dibinasakan oleh suhunya yang berilmu lihay itu. Maka tampak gelisahlah Gin Ciu setelah memikirkan nasib Kiam Ciu itu. Dia harus berusaha untuk mencegah jangan sampai Tong Kiam Ciu dapat dicederakan oleh suhunya nanti.

"Anak muda, ketahuilah bahwa peraturan partai silatku tidak membenarkan muridnya yang manapun melanggarnya. Peraturan kami sangat keras. Maka persoalan ini adalah persoalan kami, kau tidak berhak untuk campur tangan dalam urusan ini !” seru Kwi Ong dengan tegas.

"Hah !” sambung Tong Kiam Ciu, "diantara orang-orang Han tidak membiarkan perbuatan yang tidak senonoh. Maka aku akan menghadapi kau untuk mencegah kekejamanmu. Meskipun Untuk itu aku harus hancur lepur. Lebih baik hancur daripada menyaksikan kejahatan dan kekejaman didepan mataku !” seru Tong Kiam Ciu dengan bersungguh-sungguh.

Selama ini Kwi Ong belum pernah menyaksikan seorang anak muda yang seberani Tong Kiam Ciu. Dalam hati kakek kejam itu mengagumi keberanian dan ketegasan Kiam Ciu. "Jadi kau akan turut campur tangan dalam urusanku ?!” bentak Kwi Ong dengan suara keras dan nyaring, "Aku mengagumi keberaniamu, karena menghargai keberanianmu itu aku akan menghadapimu dengan sarat. Jika kau dapat menahan serangan-seranganku sebanyak sepuluh jurus maka aku akan mengampuni Gin Ciu. Bukan saja mengampuni Gin Ciu tetapi kau akan kuantar keluar diri perangkap ini dan membebaskan tiga jago silat dari kurungan perangkapku !” seru Kwi Ong dengan diselingi pandangan tajam dan senyumsenyum bibirnya.

Dimata Kwi Ong memandang Tong Kiam Ciu hanya bermodalkan keberanian dan ilmunya pastilah belum seberapa. Dia yakin bahwa Kiam Ciu takkan mungkin dapat melawannya dalam dua jurus pasti telah dapat dihancurkannya.

Mendengar penuturan Kwi Ong tadi bahwa didalam perangkap Kwi Ong itu telah terkurung tiga orang jago silat bukan hanya Siok-soat Shin-ni. Lalu dua orang lainnya lagi siapa?. Maka Tong Kiam Ciu dengan tenang menjawabnya: "Baiklah aku akan melawanmu dengan syarat-syarat tadi !”

"Ha ha hah ! Inilah yang orang katakan kau bermata buta anak muda ! Jalan ke surga kau tidak tahu, tetapi ke neraka yang tiada pintunya kau berusaha untuk memasukinya. Nah, sekarang terimalah hajaranku ini!” seru Kwi Ong dengan suara lantang dan meremehkan.

Tetapi ketika Gin Ciu melihat sikap suhunya itu, segeralah gadis itu meloncat dan memeluk kaki suhunya seraya meratap.

"Suhu . . . suhu . . jantan bunuh dia. Akun yang bersalah maka bunuhlah aku!”

seru gadis itu dengan meratap.

Tetapi Kwi Ong yang berwatak kasar itu sudah terlanjur menentukan sikapnya sendiri. Maka dengan satu gerakan cepat bagaikan kilat dia telah menggerakkan kakinya dan Gin Ciu terlempar jauh serta jatuh tertelungkup mencium lantai. "Anak sambal ! Pergi ! Jangka merintangi aku lagi !” seru Kwi Ong.

Gin Ciu dalam keadaan terluka dalam memuntahkan darah. Tong Kiam Ciu meloncat menubruk gadis itu untuk menolongnya. Tetapi dua bayangan telah mendahuluinya. "Cici mengapa kau masih juga.. .” Kim Ciu menubruk cicinya seraya meratapi dengan tersedu-sedu. Gin Ciu mengusap rambut adiknya dengan bibir tersenyum seolah-olah tidak dirasakannya luka didalam tubuh gadis itu. Kemudian jari telunjuk tangan kanan ditekankannya ke mulut adiknya serta menggelengkan kepala seolah-olah dia melarang adiknya jangan bicara lagi.

Dalam pada itu tampak sebuah bayangan pula terjun karena itu. Seorang jago silat suku bangsa Biauw telah berdiri dihadapan Kiam Ciu.

"Aku Pak Lu menantangmu anak muda. Tidak usah suhuku turun tangan cukup aku serorang sanggup untuk menghadapimu !” seru laki-laki itu dengan suara lantang dan sinar mata tajam.

Tong Kiam Ciu haaya tersenyum menyaksikan sikap orang didepannya itu.

Sejenak dia memandaag kearah Gin Ciu kemudian Kwi Ong dan ditatapnya wajah laki-laki yang bernama Pak Lu.

"Aku bersedia bertempur melawan siapa saja !” seru Kiam Ciu.

Mendengar jawaban itu hati Pak Lu bertambah gusar. Dengan loncatan panjang dia menyerang Kiam Ciu kemudian mengirimkan pukulan kearah kepala Kiam Ciu. Tetapi dengan jurus Gwat-ji-sing-koan (Bulan berpindah dan bintang berputar) Tong Kiam Ciu menangkis serangan itu dengan tangan kiri. Kemudian tangan kirinya mengirimkan pukulan kearah dada Pak Lu.

Secepat kilat Pak Lu meloncat kesamping menghindari serangan Kiam Ciu sambil merundukkan kepalanya. Namun serangan Kiam Ciu tidak urung mengenai pundaknya juga. Setelah merasakan bahwa serangan lawan ternyata hebat juga, maka dengan sigap pula Pak Lu menarik senjatanya yang berupa rantai baja dari pinggangnya.

Pak Lu memutar-mutarkan senjata rantai baja itu. Suaranya mendesingdesing dan menimbulkan angin yang terasa dingin. Tampaknya sangat cepat sekali permainan senjata rantai itu.

Tong Kiam Ciu bergerak dengan teratur dan matanya waspada mengamati gerakan-gerakan senjata lawan itu. Dengan sebuah loncatan pula Pak Lu menyerang Tong Kiam Ciu sambil menyabetkan rantainya.

Serangan itu dapat dielakkan dengan cepat, sambil meloncat mundur Tong Kiam Ciu mencabut pedang Kim-kong-sai-giok-kiam. Kemudian dengan jurus Lik-cing-kiam hoat dia menusuk lambung Pak Lu dengan cepat sekali. Serangan yang tiada terduga itu ternyata berhasil.

"Crak ! Aduh !” terdengar suara tusukan pedang itu berbareng dengan jeritan Pak Lu dan muncratnya darah segar dari lambung laki-laki itu kemudian tubuh laki-laki itu limbung. Rantainya masih tergenggam dan akhirnya terjatuh didepan Tong Kiam Ciu. Semua yang berada di tempat itu untuk sesaat terpaku terpesona menyaksikan kecepatan permainan pedang Tong Kiam Ciu itu. Begitu pula Kwi Ong merasa kagum dengan ilmu pedang anak muda itu. Yang paling kelihatan bergembira adalah Gin Ciu dan Kim Ciu, karena kedua gadis itu kini merasa yakin bahwa Kiam Ciu pasti dapat menghadapi suhunya dalam sepuluh jurus.

Pak Lu yang bersifat keras kepala itu telah bangun kembali. Dengan tubuh condong dia berusaha untuk membinasakan Kiam Ciu Namur Tong Kiam Ciu tidak melawan, pemuda itu hanya berusaha untuk meloncat kesamping menghindari ayunan senjata rantai baja. Bersamaan mengayunnya senjata itu, maka robohlah Pak Lu dan binasa.

Menyaksikan kejadian itu, beberapa orang pengawal suku Biauw itu telah maju untuk membantu Pak Lu. Tetapi Kwi Ong mengangkat tangan dan mencegahnya. Orang-orang itu membatalkan niatnya dan dengan patuh mundur tetapi hati mereka kecewa.

"Hey Tong Kiam Ciu ! Ilmu pedangmu ternyata hebat juga. Sekarang.. . . .” seru Kwi Ong dia mencari-cari, kemudian memandang kearah Kim Ciu. "ambil pedang cicimu !” Kim Ciu ragu-ragu untuk mengambil pedang cicinyi. Dia tidak tahu harus bersikap bagaimana. Sehingga dia ragu-ragu untuk menyerahkan pedang itu kepada suhunya. "Lekas !” seru Kwi Ong dengan suara lantang membentak.

Kim Ciu terpaksa mengambil pedang Gin Ciu dan berdiri kemudian menyerahkan pedang itu kepada suhunya.

Kwi Ong menerima pedang itu, kemudian memandang kearah Gin Ciu dan berseru : "Gin Ciu aku memberikan kesempatan kepadamu untuk menebus kesalahanmu. Dengan pedang ini kau harus dapat melukai Tong Kiam Ciu. Jika kau dapat melukainya maka aku akan mengampunimu !”

Kemudian Kwi Ong menoleh kearah Tong Kiam Ciu.

"Tong Kiam Ciu kau dengar baik-baik! Kau, harus melawan gadis itu! Jika kau kalah kau harus binasa..!” seru Kwi Ong kemudian melemparkan pedang itu kemuka Gin Ciu. Kakek sakti yang keji itu telah tahu gelagat bahwa muridnya dengan diamdiam telah jatuh cinta kepada Tong Kiam Ciu. Maka dia harus mencegahnya.

Karena dengan hubungan cinta itu cita-cita Kwi Ong akan mengalami kegagalan.

Dia memaksakan Gin Ciu untuk melawan Kiam Ciu. Jika gadis ini ingin hidup maka dia harus berani melawan orang yang dicintai itu. Karena Kwi Ong yakin kalau seseorang itu pastilah takut mati ! Apalah artinya cinta itu, orang pasti lebih cinta kepada dirinya sendiri.

Tetapi kenyataannya diluar dugaan kakek itu. Gin Ciu telah memungut pedangnya dan berdiri. Kemudian ia berseru kepada suhunya.

"Suhu ! Aku telah mengaku salah dan bersedia menerima hukuman. Tetapi mengapa suhu memaksa diriku untuk melawan dia ?” seru Gin Ciu.

Kwi Ong mendengar seruan gadis itu jadi bertambah gusar. Maka dengan mata melotot dia membentak kearah Gin Ciu. Sedangkan Gin Ciu sudah kehabisan akal dan tidak berani untuk mendurhakai untuk kedua kali terhadap suhunya. Maka lebih baik dia binasa ditangannya sendiri. Pedang itu diangkatnya dan dia bermaksud untuk menggorok lehernya sendiri. Namun dengan tangkas Tong Kiam Ciu mengirimkan hantaman sisi tapak tangan kiri kearah siku Gin Ciu.

Pedang terlempar jatuh. "Oh jadi kau mau membunuh diri?”

'Tidak ! Kau harus mati dengan menanggung siksaan terlebih dahulu !” seru Kwi Ong dengan mencibir. Suasana menjadi sangat tegang. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Begitu juga Tong Kiam Ciu yang sudah merasa muak dengan menyaksikan sikap Kwi Ong yang keterlaluan dan keji itu.

"Hey Tong Kiam Ciu. cabut pedangmu dan hadapi aku. Dalam sepuluh jurus akan kubuktikan bahwa kau tidak berarti apa-apa bagiku !” seru Kwi Ong dengan nada suara sombong sekali.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment