seru Kiam Ciu akan melangkah.
Tetapi Lee Cun menaban dan meneruskan kata-katanya.
"Tetapi ini adalah peraturan kita, barang siapa yang telah memasuki tempat ini harus menghadap dulu kepada suhu !” seru Lee Cun.
"Jika aku tidak sudi menghadap suhumu, kau dapat berbuat apa ?” seru Tong Kiam Ciu dengan suara seenaknya dan merendahkan Lee Cun.
Mendengar jawaban Kiam Ciu yang bernada menantang itu, maka Lee Cun kini merubah sikapnya menjadi ramah dan lunak sekali.
"Begini, aku tidak bermaksud berkelahi melawan kau. Tetapi, ada seseorang yang kecewa jika kau tidak mau masuk dulu, Gin Ciu telah meminjamkan kudanya kepadamu, jika hanya untuk menemui saja kau tidak sudi apakah itu tidak akan mengecewakannya ?” seru Lee Cun dengan berhati-hati sekali dan mengarah-arah kelemahan hati pemuda itu.
Ketika ternyata Kiam Ciu tampak agak jinak pula tetapi tiada jawaban dari pemuda itu maka Lee Cun meneruskan kata-katanya.
"Jika kau tidak akan membuat persoalan ini menjadi ruwet dan membuat suatu yang tidak menyenangkan dikemudian bari. Ialah kau tidak ingin membuat tali permusuhan antara kau dan suhuku, maka sebaiknyalah kau masuk dan menemui guruku. Baru kemudian menemui Gin Ciu yang juga menunggumu..”
sambung Lee Cun dengan penuh harapan semoga bujukannya itu dapat mengena. Benar juga Tong Kiam Ciu termakan dengan kata-kata Lee Cun itu.
Tampaklah kini Tong Kiam Ciu tersenyum dan memandang kearah Lee Cun sambil mengangkat bahunya dan tersenyum.
BAIKLAH ! Sebenarnya aku mempunyai banyak urusan yang harus segera kuselesaikan. Maka aku sangat berterima kasih dengan kebaikan hati Gin Ciu Siocia untuk meminjamkan kuda itu dan setelah kuserahkan kembali kuda itu maka aku akan cepat-cepat berlalu. Yah. kalau memang aku harus menemui Gin Ciu Siocia baikiah !” seru Kiam Ciu dengan nada suara lunak sekali.
Tampaklah Lee Cun girang sekali ketika mendengar kata-kata itu. Dia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik sekali. Memang semula dia akan berbuat kasar terhadap Kiam Ciu. Tetapi itu menyalahi perintah suhunya. Dia harus dapat mengatur cara untuk membawa Kiam Ciu menghadap tanpa kekerasan. Seolaholah semuanya itu tidak ada apa-apa yang perlu dikhawatirkan.
Setelah Tong Kiam Ciu menyanggupi untuk menghadap Kwi Ong. Maka segeralah kedua orang itu berjalan bersama. Tetapi ketika sampai di sebuah gerbang lagi. Lee Cun berhenti. Tong Kiam Ciu juga berhenti memandang kearah Lee Cun dengan heran. "Tong Siauwhiap, aku mengantarmu hanya sampai disini saja. Nanti setelah kau keluar dari gerbang ini kau akan melihat pohon bambu, kau berjalanlah dikanan pohon bambu itu kemudian berbelok ke kanan, kau akan melihat sebuah batu, dari batu itu kau berbeloklah ke kiri ! Kemudian kau akan melihat semak belukar, jangan teruskan perjalananmu tetapi kau harus mundur lima langkah, kemudian kau melihat pohon cemara maka teruslah berjalan nanti kau akan disambut oleh seseorang. Nah, Tong Siawhiap hanya petunjuk-petunjuk saja!”
seru Lee Cun dan mengangkat tangan kanan memberi selamat kepada Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu mengangkat tangan pula. Mereka berpisah sampai dipintu gerbang itu. Lee Cun memutar tubuh dan kembali kearah gerbang sedangkan Tong Kiam Ciu melangkah memasuki gerbang itu.
Sebenarnya Kwi Ong adalah pemimpin dari orang-orang suku Biauw.
Seorang yang mempunyai Ilmu silat yang sangat tinggi dan berhati keras serta bersifat kejam. Dia datang dari daerah selatan dengan memimpin orang-orang suku bangsa Biauw. Kwi Ong bermaksud untuk merebut kitab pusaka ilmu silat Pek-seng. Disepanjang perjalanan itu dia belum pernah bertemu dengan lawan yang benar-benar tangguh. Semua lawan-lawannya dalam perjalanannya itu ternyata dapat dikalahkan dengan sangat mudah, sehingga dia berpendapat bahwa orang-orang jajo silat dari daerah tengah itu hanyalah jago godokan belaka. Dia menganggap bahwa cukuplah semua pekerjaan diselesaikan oleh muridmuridnya saja. Tidak perlu dia sendiri turun tangan kalau banya untuk menghadapi jago godokan itu. Maka ia telah mengutus dua-puluh muridnya menuju kekuil Pao-yan-ta untuk merebut peta Pek-seng. Tetapi orang-orang suku Biauw yang dikirimkan kekuil Pao-yan-ta itu tidak pernah kunjung kembali.
Maka karena ingin mendapat berita dengan secepatnya. Diutuslah Gin Ciu dan Kim Ciu menuju ke kuil Pao-yan-ta.
Ketika kakak beradik itu pulang. maka didapat berita bahwa kedua puluh orang utusannya itu telah binasa. Memang sudah menjadi sifat Kwi Ong, dia sangat kejam, pemarah dan keji pula. Dengan cara apapun dia sanggup berbuat asal dapat membinasakan lawannya. Bukan hanya berilmu silat tinggi, tetapi banyak pula akalnya yang keji maupun licik.
Apalagi ketika mendengar cerita tentang Tong Kiam Ciu, seorang pendekar muda yang berilmu tinggi dan berhasil merebut pedang Oey Liong Kiam serta menguasai peta Pek-seng. Kwi Ong telah mengatur siasat untuk memancing Tong Kiam Ciu. Kwi Ong ingin berhadapan sendiri dengan pendekar muda yang liehay itu. Tong Kiam Ciu tidak menduga sama sekali dengan maksud itu. Dia adalah seorang pemuda yang berhati jujur. Maka dia menganggap bahwa semua orang mempunyai sifat jujur pula. Tanpa ragu-ragu lagi Tong Kiam Ciu melangkah.
Semua yang diterangkan oleh Lee Cun terbukli semuanya. Dia melihat taman bunga melihat pohon bambu dan melihat semuanya yang diterangkan oleh Lee Cun. Kianm Ciu menurutkan saja semua petunjuk itu.
Saat itu bulan telah mengembang diangkasa, dengan sinarnya yang redup dan hawa dingin. Tong Kiam Ciu mengingat-ngingat petunjuk Lee Cun. Kini telah sampai di hutan cemara, katanya ada seseorang yang menjemputnya. Sampai beberapa langkah dan dia memasang pendengarannya belum juga terdengar seseorang menegur. Serta tiada seorangpun yang ditemui sejak tadi.
Tetapi ketika itu dengan tiba-tiba ada suara seseorang menegurnya dari arah belakang. Tong Kiam Ciu menahan langkahnya dan memutar tubuh kearah datangnya suara itu. "Siapa itu ?” suara itu menegur lagi.
"Aku Tong Kiam Ciu datang kesini bermaksud untuk mengembalikan kuda milik Gin Ciu Siocia !” seru Kiam Ciu sambil mengamati bayangan orang yang tidak begitu terang. Kemudian terdengar suara orang tertawa. Ketika itu bulan agak terang tersembul dari selumutan kabut. Maka Kiam Ciu dapat menyaksikan wajah orang yang berada tiada jauh dari dirinya itu. Ternyata orang itu telah tua dan berwajah bengis serta pucat. Rambutnya putih tetapi suaranya masih terdengar nyaring sekali. Partanda bahwa orang itu mempunyai ilmu Lwe-kang yang tinggi.
"Aku ini Kwi Ong, pemimpin suku Biauw dari selatan. Aku telah membawa orang-orangku suku bangsa Biauw dari daerah Biauw ciang menuju kedaerah tengah ini untuk sesuatu keperluan "Hey, Tong Kiamt Ciu, apakah benar bahwa peta Pek-seng jatuh ditanganmu ?” seru Kwi Ong dengan suara lantang dan memandang ringan pemuda didepannya itu.
Tong Kiam Ciu adalah seorang pemuda yang masih polos. Dia bersifat jujur, maka pemuda itu lalu menjawab dengan apa adanya.
"Jika kau orang tua telah mengetahui, mengapa kau masib bertanya ?” seru Kiam Ciu dengan memandang kearab orang itu dan hati-hati.
"Ha-ha-ha-hah ! Ternyata kau bernyali besar anak muda !” seru Kwi Ong.
Mendengar suara tawa orang tua itu diam-diam Tong Kiam Ciu telah dapat mengukur sampai dimana kekuatan dan kehebatan tenaga dalam orang yang berdiri dihadapannya itu.
"Aku Kwi Ong telah datang didaerah tengah ini untuk merebut peta Pek seng.
Aku telah menghadapi banyak orang-orang gagah di daerah tengah ini kini mereka sedang bergabung untuk menghadapi diriku ha ha ha ! Nah kini aku memberitahukan kepadamu anak muda ! Bahwa yang telah masuk dalam perangkapku bukannya kau seorang diri, tetapi sebelum kau terperangkap disini.
aku telah menjebak pula seorang ialah Siok Siat Shin Ni yang lihay itu. Maka kau dengar baik-baik kata-kataku, jika kau masih mengharapkan hari cerah maka serahkanlah peta Pek-seng itu kepadaku. tetapi kalau tidak kau akan mati konyol ditempat ini !” seru Kwi Ong dengan suara sombong dan memandang rendah orang yang didepannya itu.
Mendengar ancaman itu Tong Kiam Ciu tidak merasa gentar. Maka dengan sikap menantang dan penuh kewaspadaan Tong Kiam Ciu berseru.
"Hey Kwi Ong ! Ternyata kau sendiri tidak mampu untuk mengambil peta Pek seng dengan kekuatan ! Sekarang peta itu telah jatuh ketanganku. Kalau kau memang benar-benar menginginkan peta itu marilah kau datang kepadaku!”
seru Tong Kiam Ciu sambil berkacak pinggang menantang kearah Kwi Ong.
Mendengar kata-kata tegas dari seorang jago silat yang masih sangat muda itu, Kwi Ong merasa terperaniat juga.