Halo!

Warisan Jendral Gak Hui Chapter 26

Memuat...

Kiam Ciu merasa bahwa dirinya sudah kem bali sehat dan semangatnya pulih kembali. Maka dengan serentak pula dia telah membuka pintu kereta dan meloncat keluar. Kiam Ciu lari memasuki hutan.

Pit Ki dan Li Hok Tian memburunya. Namun wanita muda itu berseru melarang. "Biarkan dia pergi !” seru wanita muda itu dengan suara lantang.

Kedua jaso silat yang kini telah betul-betul terjerat dan menjadi budak wanita muda itu tak berani membantah lagi. Dengan perasaan gemas dan cemburu namun mereka tak berani membantah lagi perintah wanita itu. Bagaikan anjinganjing yang tak berguna, mereka menurut.

Wanita muda itu berdiri diambang pintu kereta yang tengah berhenti dipinggir jalan. Matanya mengikuti panggung Kiam Ciu yang bertambah jauh dan memasuki hutan kemudian menghilang.

"Hemmm Kiam Ciu, kau betul-betul seperti seekor kuda liar yang sukar untuk dijinakkan. Sekali ini aku gagal lagi untuk menguasai kau tetapi lain waktu aku pasti berhasil.. ."“ pikir wanita jelita itu sambil memandang kedalam hutan yang menelan Kiam Ciu. Wanita itu memutar tubuh kemudian tersenyum menatap pedang Oey Liong Kiam yang ditinggalkan oleh Kiam Ciu.

"Aku tak usah bersusah payah mencarinya lagi. Kau pasti akan kembali kepadaku untuk menanyakan pedang pusaka ini” bisik wanita itu sambil mengelus-elus hulu pedang pusaka itu.

Semua pengawal dan pengiring wanita itu tiada yang berani berbicara.

Mereka sangat patuh dan takut untuk mengeluarkan pendapat. Begitu juga Pit Ki dan Li Hok Tian. Mereka membisu dan hanya berbicara dengan hati mereka sendiri-sendiri. Sedangkan Tong Kiam Ciu yang tidak ingin memperhatikan dan tidak ingin terlibat dalam jaringan wanita itu telah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghindarinya. Kini untuk yang sekian kalinya Kiam Ciu dapat terlepas dari jaring-jaring wanita muda dan jelita itu.

Kiam Ciu tahu bahwa dirinya tidak ada yang mengikutinya. Maka dia merasa sangat bergirang hati. Ketika dia melihat kearah kanan maka tampaklah bangunan gubuk yang sadah tidak terpelihara lagi. Dihampirinya gubuk itu, Ditempat itu tadi dia telah beristirahat sebelum kedatangan wanita jelita dan yang selalu mengejar-ngejarnya itu.

Maka kini Kiam Ciu berhenti dan berteduh ditempat itu. Dia hendak bermaksud untuk beristirahat dan memulihkan kembali tenaganya. Karena pil Gin leng-sai-gwat-wan maka luka dalamnya telah sembuh. Sebenarnya Kiam Ciu harus berterima kasih kepada penolongnya. Ialah wanita muda yang berkereta indah itu. Namun hatinya keras dan selalu berhati-hati dalam urusan itu. Karena dia tahu cita-citanya akan kandas karena urusan wanita. Lebih-lebih wanita muda itu tampak luar biasa.

Kembalilah dia terkenang wajah wanita jelita yang menolong mengobati luka dalam dengan pil Cin-leng-sai-wan. Tetapi dengan segera dia menghalaukan bayangan itu dari ingatannya.

"Bunga mawar itu sangat indah tetapi banyak durinya “ dengusnya seorang diri dan tersenyum sambil memandang langit, "aku harus berhati-hati.. . “

Tak terasa tangan Kiam Ciu meraba cincin yang melingkar di jari manisnya, Cincin pemberian adiknya Ji Tong Bwee, Kiam Ciu membayangkan adiknya yang mungil, cantik dan jelita serta menyenangkan itu. Kemudian teringat akan pedang pusaka Oey Liong Kiam yang selalu dibawanya kemana-mana itu, Pedang itu lalu diraihnya. Alangkah terperanjatnya Kiam Ciu ketika meraba hulu pedang itu ternyata lain bukannya Oey Liong Kiam. Dengan perasaan gugup Kiam Ciu bangun dari pembaringannya dan dipegangnya pedang itu. Diamatinya pedang itu, kemudian dicabutnya ternyata Kim-kang-sai-giok-kiam atau pedang baja biasa, Dia yakin bahwa Oey Liong telah ditukar oleh wanita yang berkereta itu. "Sungguh-sungguh wanita yang selalu membuat celaka saja” gumam Kiam Ciu dan mengeluh. Dia masih teringat pesan suhunya bahwa dia harus menjaga Oey Liong Kiam dengan berhati-hati. Tetapi kini ternyata pedang itu telah hilang lalu apa kata suhunya nanti? Pedang itu harus dapat kembali lagi.

Diamatinya Kim-kang-sai-giok-kiam sekali lagi. Terlintas pula wajah wanita muda yang jelita itu. Kiam Ciu jadi gelisah. Bagaimana nanti dia akan menghadapi suhunya kalau dia tidak membawa pedang pusaka Oey Liong Kiam itu ? Kemana pula dia akan mencari wanita berkereta itu ? Berbagai pertanyaan silih berganti. Hatinya bertambah gelisah. Sebenarnya ditempat itu Kiam Ciu bermaksud untuk tidur dan istirahat, tetapi karena kegelisahan hatinya dia tidak dapat tidur. Didalam hutan dan ditempat yang terpencil itu suasananya sangat sunyi.

Pada saat itu mendung telah menebal, kilat gemerlapan bersambung-sambung.

Kemudian turun hujan. Angin deras menggebu-gebu pepohonan.

Dalam suasana hujan itu, tiba-tiba Kiam Ciu menangkap suara gerisik ranting-ranting terpijak. Ketika Kiam Ciu memasang tajam pendengarannya, maka terdengarlah dua orang yang tengah bercakap-cakap sambil berjalan dibawah bujan dalam hutan ditempat yang tiada begitu jauh dari tempat dimana Kiam Ciu berteduh itu. "Bagaimana sekarang? Hujan ini bertambah besar juga, pakaianku sudah basah kuyup semuanya. Padahal untuk mencapai kuil Pao-yan-ta masih sepuluh lie lagi jauhnya. Apakah kita berteduh di rumah bobrok itu dulu sambil menunggu hujan reda?” seru seseorang.

Kiam Ciu duduk dan mengamati kedua orang yang mendatangi tempat dimana dia sedang berteduh itu.

"Betul, betul", sahut yang lain dengan juara bersugguh-sungguh, "kau tak usah merasa kuatir dan gelisah. Partai silatku mempunyai peraturan yang sangat keras. Maka sejak kudirikan selama dua puluh tahun ini belum pernah ada yang berani melanggarnya. Berita tentang peta itu kuterima dari muridku, maka aku berani menjamin kalau berita itu benar. Hanya saja untuk mendapatkannya kita harus sampai selekasnya di kuil itu dan kita dapat mengambilnya"“ seru orang itu dengan suara menekankan keyakinan.

Mereka itu ialah Eng Ciok Taysu dan Tie Kiam-su-seng. Dua orang tokoh silat yang ternama pada masa itu.

"Betul begitu. Tetapi karena tempat penyimpanan peta rahasia Pek-seng itu dapat diketahui oleh muridnya, apakah tidak mungkin kalau tempat itu diketahui juga oleb orang lain ? Jangan-jangan kita terlambat !” seru Eng Ciok Taysu raguragu.

"Makanya kita harus cepat-cepat dan tidak usah berteduh !” seru Tie-kiamsu-seng bersungguh-sungguh.

"Peta rahasia Pek-seng itu sangat penting bagi partai silat Siauw-lim. Jika kita berhasil memperolehnya, aku takkan melupakan jasa-jasamu. Dengan kitab Pek seng ditangan, maka sama saja kita mempunyai Oey liong kiam dan dapat menjagoi dikalangan Bu lim.” seru Eng Ciok Taysu dengan bersemangat.

Mendengar percakapan kedua orang itu Kiam Ciu merasa girang sesali.

Ternyata dengan tidak sengaja dia telah mendapat petunjuk dimana letak kuil Pao-yan-ta. Ternyata letaknya sudah dekat sekali.

Kiam Ciu juga sudah mengetahui bahwa peta rahasia penyimpanan kitab Pek seng itu terpendam didalam kuil Pao-yan-ta dan dijaga sangat kuat. Selama puluhan tahun tak ada seorangpun yang sanggup untuk merebutnya. Namun Kiam Ciu juja ingin mencobanya.

Dalam percakapan antara Eng Ciok Taysu dengan Tie kiam su-seng, Kiam Ciu dapat menarik kesimpulan bahwa Eng Ciok Taysu ingin menjadikan partai silat Siauw-lim menjadi partai silat yang menjagoi dan tak terkalahkan di kalangan Bu lim, Maka sudah selayaknya kalau kakek itu dengan nekad dan berani untuk menempuh kuil Pao-yan-ta yang terkenal itu.

"Sute..” semenjak kau mendirikan pariai silat Tie kiam, kau sudah tidak menaruh perhatian sama sekali dengan partai silatku, Olah karena itu, jika kau menganggap bahwa kau tidak perlu mengikutiku, maka kukira kau lebih baik tidak usah ikut dan aku dapat pergi sendirl I” seru Eng Ciok Taysu.

Namun mereka berjalan terus. Mereka tetap berdua. Tampak seperti dua orang sahabat yang saling membutuhkan dan tiada keretakan. Entahlah kalau sikap itu hanya sikap berpura-pura dari ketua partai silat Tie kiam.

Sebenarnya mereka memang bersaudara seperguruan. Ketika puluhan tahun yang lalu ketua partai Siauw-lim meninggal dunia. Pimpinan partai silat Siauw-lim diserahkan kepada Eng Ciok Taysu. Sebenarnya yang sangat mengharapkan untuk menjadi pimpinan Siauw-lim-pay itu ialah Tia-kiamsuseng. Kenyataannya dia memang malas dan ilmu silatnya dibawah ilmu Eng Ciok Taysu. Maka karena peristiwa itu menjadi kecewa. Namun tidak dapat berbuat apaapa! Maka dia lalu pergi menyingkirkan diri dan berlatih sendiri untuk menambah kekurangannya! Beberapa tahun kemudian dia telah sempurna dan merasa kuat. Maka dia lalu mendirikan partai silat sendiri yang diberi nama Tie kiam-pay. Akibat dari perpecahan itu melemahkan partai Siauw-lim. Sehingga Eng Ciok Taysu harus berusaha dengan susah payah untuk menegakkan kekuatan Siauwlim-pay kembali.

Bertepatan pula pada saat itu muncul seorang jago silat yang luar biasa ilmunya. Dengan mengandalkan ilmu Bo-kit-sin-kong pendekar luar biasa yang berpakaian serba putih itu telah berhasil menjagoi dunia persilatan. Bahkan dia telah berhasil merebut Oey-liong-kiam. Perebutan senjata pusaka itu diadakan setiap sepuluh tahun sekali dalam pertemuan yang diberi nama Bu Lim Ta Hwee, sedangkan pendekar yang berpakaian serba putih dan terkalahkan itu ialah guru Kiam Ciu yang terkenal dengan sebutan Pek-hi-siu-si.

Perpecahan di kalangan Siauw-lim-pay rupa-rupanya hampir berakhir, terbukti dengan kesadaran Tie kiam su-seng yang sengaja menghadap kepada Eng Ciok Taysu sangat tertarik dengan kitab silat Pek seng itu, Maka dengan tidak menghiraukan hujan dan panas dia telah berjalan untuk menuju ke kuil Pao-yan-ta dimana menurut kabar dari murid Tie kiam dalam kuil tersimpan peta rahasia tempat penyimpanan kitab pusaka Pek seng itu.

"Suheng, jika kau mendesak untuk meneruskan perjalanan, akupun tidak berkeberatan, suheng tak usah menjadi gusar hati” seru Tie-kiam su-seng.

Suara kedua orang itu bertambah jauh kedengarannya. Mereka telah meninggalkan tempat itu dan melalui tempat dimana Kiam Ciu berteduh.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment