Halo!

Warisan Jendral Gak Hui Chapter 23

Memuat...

Tetapi Kiam Ciu dengan tenang dan waspa da telah berkelit. Dengan jurus Kim-siok-liong atau Gunting mas menggunting ekor naga, pemuda itu membelokkan tubuhnya dan ujung golok orang itu menikam angin hingga tubuh laki-laki itu limbung. Kiam Ciu dengan gerakkan cepat sekali menotok siku lakilaki itu.

"Aduh ! Trang..!” terdengar luara jeritan berbareng dengan suara dentangan nyaring goiok yang dipegang laki-laki itu terlepas jatuh.

Namun Kiam Ciu tidak merasa mempunyai ikatan dendam permusuhan dengan laki-laki itu. Maka walaupun lawan dalam keadaan seperti itu, dia tetap diam dan tidak bermaksud membunuhnya. Sedangkan laki-laki itu telah meloncat satu tindak sambil memegang pergelangan tangannya dan mengamati Kiam Ciu. "Tong Kiam Ciu, aku tidak dapat melawanmu dengan senjata. Apakah kau bersedia berkelahi dengan tangan kosong!” seru laki-laki itu.

Kiam Ciu tidak menjawab tantangan itu, dia hanya tersenyum dan menyarungkan pedang. Kemudlan siap siaga menghadapi serangan lawan.

Laki-laki itu telah memasang kuda-kuda. Kemudian setelah melihat bahwa Kiam Ciu menyarungkan pedangnya, maka tantangannya berani diterima dan langsung dia menyerang dengan sepasang tangannya membentuk cakaran.

Laki-laki itu meloncat bagaikin terbang mengarah tubuh Kiam Ciu. Bertepatan dengan loncatan itu pula Kiam Ciu menyaksikan kelebatan bayangan bertubuh kurus dan tinggi. Akhirnya Kiam Ciu berkeyakinan bahwa kelebatan bayangan itu tak lain adalah Li Hok Tian yang telah meminjam tenaga orang yang tengah dihadapinya itu untuk membinasakan Kiam Ciu.

Dalam perkelahian itu Kian Ciu telah mengingat kembali cerita gurunya tentang seorang jago silat yang mempunyai keahlian mempernakan golok dan orang itu buta. Kemudian mengangkat murid yang telah dipeliharanya sejak kecil. Namun akhirnya guru yang buta matanya tetapi baik hatinya itu menjadi sangat kecewa. Murid tunggalnya yang bernama Pit Ki itu kemudian telah mengkhianatinya. Pit Ki telah merajalela, menyebar kejahatan dan keji.

Disamping Pit Ki berhati keji juga bersifat curang dan licik. Ketika itu ternyata menyerang Kiam Ciu tidak dengan tangan kosong benar-benar. Tetapi melancarkan serangannya dengan lima butir bola baja yang beracun, lima bagian yang terlemah dan berbahaya pada tubuh Kiam Ciu yang diarahnya untuk kebinasaan pemuda itu. Muka ketika pemuda itu dengan cepat dapat menangkap kilatan senjata rahasia itu, Kiam Ciu mengerahkan ilmu Bo-kit-sinkong dan menggerakan tinju tangan kanan kearaa benda-benda yang tengah meluncur itu. Hantaman dahsyat yang dilambari ilmu Bo-kit-sin-kong itu begitu hebatnya meluncur dan menggempur kedepan. Lima butir bola besi itu telah terhalau dan Pit Ki sendiri terdorong ke belakang beberapa langkah. Untung tidak terjengkang.

Berbareng dengan itu terdengar pula sebuah jeritan tinggi. Tahu-tahu tampak seorang kakek yang berambut panjang digelung dan berwarna putih seluruhnya. Kakek itu tampaknya buta dan berdiri diantara Pit Ki dan Kiam Ciu.

Li Hok Tian yang sejak tadi menyaksikan jalannya pertempuran antara Kiam Ciu dengan Pit Ki dan bersembunyi dibaiik batu besar. Kini orang itu keluar dari persembunyiannya dan ingin menyaksikan kakek buta itu.

Tong Kiam Ciu yakin bahwa kakek itu adalah guru Pit Ki. Sedangkan Pit Ki sendiri untuk sesaat masih ternganga dan wajahnya masih pucat memandang kearah kakek itu bergantian memandang Kiam Ciu. Tetapi ketika semuanya telah dapat dikuasai dan warna merah membersit di wajahnya barulah laki-laki itu terseru : "Suhu! Kukira siapa tadi yang datang.. .!” seru Pit Ki dengan suara gugup dan berlutut di hadapan gurunya.

"Ya.. benar aku yang datang, ternyata kau tidak silap dan masih mau mengakui aku sebagai suhumu..” sambung kakek itu sambil tersenyum dan mengangguk kearah Pit Ki.

Saat itu baik Kiam Ciu maupun Li Hok Tian terdiam. Kekek berambut putih itupun sama sekai! tidak mempedulikan orang lain. Dia mengutamakan urusannya. Ialah hubungan antara guru dan murid. Urusan perguruan yang sangat mendesak dan harus lekas-lekas diselesaikan.

"Pit Ki.. aku telah memelihara kau semenjat kau masih anak-anak. kupelihara dengan penuh kasih sayang dan harapan. Sebenarnya aku menaruh harapan besar kepadamu. Tetapi.. . tetapi kau telah minggat dari rumahku. Kau telah turun gunung dengan tujuan untuk menumpuk harta kekayaan dan mencari nama besar. Kau telah tersesat terlalu jauh. Aku telah mendengar dalam beberapa hari saja kau telah banyak membunuh jago-jago silat dikalangan Kang-ouw! Kau membunuh mereka dengan cara licik dan keji. Perbuatanmu itu sangat terkutuk Pit Ki ! Jika kau masih memandang aku sebagai guru dan masih menghormati, marilah ikuti aku kembali ke gunung. Aku dapat mengampuni segala kesalahanmu. Aku dapat mengampuni perbuatan-perbuatanmu yang lampau !”

seru kakek itu dan menunggu jawaban dari muridnya itu.

Namun sampai beberapa saat kakek itu menunggu tidak mendengar jawaban Pit Ki. Seaat suasana menjadi lengang tetapi tegang.

"Aku menyuruhmu untuk ikut pulang ke gunung! Apakah kau tidak mendengarnya?” seru kakek itu dengan suara lantang dan membentak.

Pit Ki meloncat berdiri dan memandang suhunya serta menyahut.

"Suhu.. . aku tidak mau turut!” seru Pit Ki dengan suara keras.

"Hai ! Jadi kau membangkang?” seru kakek itu dengan mulut melongo.

Tiba-tiba Pit Ki telah mencabut goloknya Dengan sebuah loncatan dia telah menyerang gurunya. Serangan yang keji mengarah jalan darah kematian suhunya yang selama belasan tahun mengasuh dengan kasih sayang.

Perbuatan itu membuat Tong Kiam Ciu maupun Li Hok Tian jadi terperanjat sekali. Sikakek buta meloncat kesamping menghindar serangan itu. Kakek itu memiringkan tubuhnya dan memaki kearah Pit Ki.

"Kau berani menyerang dan akan membunuhku ?!” seru kakek itu. Sambil membentak lantang dan meloncat menerkam kearah Pit Ki. Pit Ki sama sekali tidak menduga akan gerakkan itu, Tanpa terduga goloknya telah jatuh ke tangan suhunya. "Bunuhlah aku sekarang juga!” seru Pit Ki yang tidak berdaya itu.

Namun kakek buta itu tidak ingin membunuh muridnya itu. Sejenak biji mata kakek itu bergerak-gerak. Wajihnya berubah tampak sangat tua dan membayangkan kepedihan yang luar biasa.

Diangkatnya golok Pit Ki, kening kakek itu berkerut. Kemudian golok itu dicentilnya dengan jari telunjuk. Terdengar deringan nyaring dan dentangan benda jatuh. Golok itu telah terputus menjadi dua.

"Nah, kau perhatikan golokmu ini Pit Ki. Seperti golok ini jugalah hubungan kita selanjutnya. Antara aku dengan kau sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi.

kau bukan lagi sebagai muridku !” seru kakek itu.

Kemudian hulu golok itu dilemparkan ketanah, bersamaan itu pula kakek itu berkelebat menghilang, hanya angin hembusan yang terasa sejuk menerpa wajah mereka yang berada ditempat itu. Pit Ki dan Li Hok Tian terpesona menyaksikan semua kejadian yang diperbuat kakek iiu.

Pada saat itu maka segeralah Kiam Ciu dengan diam-diam menghampiri kudanya. Kemudian menyemplaknya duduk dipunggung kuda itu. Dia tidak mau berurusan dengan kedua yang tidak karuan itu dan ingin segera berlalu dari tempat iiu. Ketika tali kekang kudanya ditarik dan dibentakan maka kuda itu telah mengetahui maksud tuannya. Segeralah kuda putih yang cerdik itu meninggalkan tempat pertempuran dan memasuki hutan, meninggalkan kedua orang itu dalam keadaan terpesona. Kiam Ciu meninggalkan mereka dengan diam-diam. Sepanjang malam Kiam Ciu menempuh rimba lebat dan gelap, mata dan telinganya tidak pernah ferlena. Dia selalu waspada, karena dia tahu bahwa didalam hutan itu sering terjadi hal-hal diluar dugaan. Binatang maupun orangorang jahat yang selalu mengintai siapapun adanya yang berani menempuh dalam hutan lebat itu. Sebenarnya Kiam Ciu akan menyerahkan pening kuningan partai Bu-tong kepada Li Hok Tian. Namun ketika menyaksikan perbuatan Li Hok Tian yang kejam itu, niat K.iam Ciu lalu diurungkannya. Kini dia bertekad untuk pergi ke markas besar partai Bu-tong. Dia akan menemui pemimpin Bu-tong Pay dan akan menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Dalam perjalanan itu dengan tiada terasa dia telah berjalan jauh sekali. Hawa sejuk menjelang pagi telah menyentuh-nyentuh kulit tubuh pemuda itu. Barulah sadar Kiam Ciu ketika terdengar suara burung hutan yang ramai berkicau Ditariknya tali kekang dan kuda itu berhenti. Kiam Ciu menarik nafas panjang.

Segar dan bau harum kembang-kembang tertiup angin. Kiam Ciu memeriksa keadaan disekelllingnya. Semunya dalam keadaan tenang dan burung-burung bergembira. Kemudian Kiam Ciu melanjutkan langkahnya! Mengentak kudanya untuk melanjutkan perjalnan! Tiada lama kemudian, tampaklah sebuah bangunan tua yang sebagian telah menjadi reruntuhan !.

Selelah Kiam Ciu menghampiri bangunan itu maka segeralah menghentikan kudanya dan pemuda itu turun dari punggung kudanya, Diperiksanya keadaan itu. Kuda putihnya dibiarkan lepas dan mencari makan merenggut rumputrumput muda yang banyak terdapat disekeliling bangunan itu., Sedangkan Kiam Ciu bermaksud untuk beristirahat sebentar, Sambil menggigit-gigit bunga rumput dan menggeletak dengan berbantalkan tapak tangannya, Kiam Ciu istirahat dan memandang keatas. Walaupun langit lerhalang oleh dedaunan namun pemuda itu tetap memandanginya. ! Anganangannya melayang-layang menyusup dicelah dedaunan dan menyembul keangkasa diantara mega-mega! Kiam Ciu kembali teringat kertas yang bergambarkan gadis umur lima belasan! Kertas itu lalu dikeluarkannya dari dalam saku, dipandarginya gambar itu.

Kiam Ciu berusaha untuk memecahkan teka-teki gambar gadis itu. Namun smpai sekian lamanya dia tidak berhasil. Bahkan yang terbayang kini gambaran wajah adiknya Ji Tong Bwee. Kiam Ciu berusaha untuk memejamkan mata.

Namun bayangan peristiwa-peristiwa yang baru dialaminya mengganggu terus.

Hingga pemuda itu sukar sekali unuk menghalau gangguan bayangan itu.

Dalam keadaan itu tiba-tiba dia menangkap suara langkah mendekatinya.

Langkah yang sangat halus itu bertambah dekat. Maka Kiam Ciu lalu bangun dan memeriksa keadaan disekeliling bangunan itu. Ternyata langkah itu telah lenyap. Kiam Ciu berhenti sejenak dan memasang ketajaman telinganya untuk mendengarkan Iangkah-langkah yang tadi didengarnya itu. Namun Iangkahlangkah itu telah lenyap.

Kembali pemuda itu ke tempat semula dan bermaksud untuk meneruskan beristirahat. Dibaringkan tubuhnya diatas rerumputan yang tebal. Ketika matanya memandang keatap bangunan itu, dia terperanjat ketika dia menyaksikan seorang pemuda yang mengenakan pakaian compang-camping dan rambutnya panjang terurai. Pemuda yang duduk ongkang-ongkang diatap rumah bobrok itu tampak tersenyum.

"Hey apakah kau yang melemparku dengan kertas bergambar gadis Itu?”

seru Kiam Ciu sambil meloncat berdiri.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment