Halo!

Tiga Dara Pendekar Siauw-lim Chapter 28

Memuat...

Tiba-tiba ia mendengar suara tindakan kaki di belakangnya dan ketika ia menengok, ia melompat dengan girang. Ternyata, Hwe Lan yang datang itu.

“AH, kau...Nona Hwe Lan?” katanya.

“Kongcu, aku datang sengaja mencarimu untuk menuturkan riwayat hidupku untuk menuturkan riwayat hidupku dan juga untuk minta tolong kepadamu.”

Bukan main girang hati Cong Hwi mendengar ini, seakan-akan suara ini datang dari bulan yang kini tersenyum indah.

“Katakanlah, Nona. Pertolongan apakah yang kau kehendaki? Tentu akan kulakukan sedapat mungkin.”

Hwe Lan lalu menceritakan riwayatnya secara singkat. Ia menuturkan betapa ia dan kedua saudaranya adalah anak pemberontak Yap Sian Houw, seorang tokoh Siauw-lim-pai yang dimusuhi oleh para perwira. Ia ceritakan pula bahwa Nyo Hun Tiong pernah menolong jiwa mereka bertiga ketika masih kecil, betapa kemudian mereka belajar silat di bawah pimpinan Yap Sian Houw, Thian Hwa Nikouw, dan akhirnya digembleng oleh Toat-beng Sian-kouw, kemudian ia menuturkan pula betapa Yap Sian Houw yang mereka anggap sebagai ayah sendiri itu telah dibunuh oleh seorang perwira she Lee yang pandai mempergunakan panah.

“Demikianlah,” ia menutup penuturannya. “Kami bertiga telah bertekat untuk mencari perwira she Lee itu untuk membalas dendam ini. Dan itu pula yang membuat kami bertiga menyerbu pasukan Kim-i-wi yang membongkar kuburan Nyo Hun Tiong Tahiap. Kami sama sekali tidak bermaksud memberontak terhadap Kaisar, sakit hati karena terbunuhnya banyak orang yang kami anggap sebagai orang tua dan penolong.”

Souw Cong Hwi mengangguk-angguk mendengar penuturan ini. Hatinya amat terharu dan kasihan terhadap gadis yang malang ini. terutama sekali karena gadis ini adalah murid Toat-beng Sian-kouw sedangkan pendeta wanita itu adalah kawan baik sekali dari gurunya sendiri, bahkan ia pernah bertemu muka satu kali dengan pendeta wanita yang sakti itu.

“Kalau begitu, sebenarnya kita adalah orang sendiri,” katanya setelah penuturan gadis itu habis. “Aku kenal gurumu itu karena Toat-beng Sian-kouw adalah sahabat baik dari Suhu.”

“Siapakah suhumu?” tanya Hwe Lan tertarik. “Suhuku adalah Pat-jiu Sin-kai Kwee-Sin.”

“Aku pernah mendengar guruku menyebut nama ini. pantas saja ilmu silatmu demikian lihai.”

“Ah, jangan terlalu memuji, Nona. Sekarang, ceritakanlah, pertolongan apakah yang dapat kulakukan untukmu? Dan kalau kau tidak berkeberatan, katakanlah sebetulnya kau ini anak siapakah? Siapakah ayah ibumu? Kau belum menceritakan hal ini tadi. Hanya kuketahui bahwa mendiang Yap Sian Houw adalah ayah angkatmu.” Mendengar pertanyaan ini, tiba-tiba berubahlah wajah gadis itu, ia menjadi pucat dan hanya kekerasan hatinya yang dapat membuat ia kuat menahan jatuhnya air mata. Ia nampak terharu sekali.

Cong Hwi terkejut melihat hal ini. “Nona Hwe Lan, maafkan kalau pertanyaanku ini kau anggap kurang ajar.”

Hwe Lan menggeleng kepalanya dan setelah ia dapat menetapkan kembali hatinya, ia menjawab, “Souw- kongcu, kau adalah seorang yang telah banyak melepas budi kepadaku, perlu apakah aku harus menyembunyikan sesuatu lagi? Baik, kau ketahuilah. Memang benar bahwa Yap Sian Houw hanyalah ayah angkatku, sedangkan ayah kandungku sendiri pun telah terbunuh oleh perwira she Lee itu. Ketika hal itu terjadi, kami bertiga masih kecil dan kami tertolong oleh Nyo-taihiap yang kuburannya dibongkar oleh perwira- perwira Kim-i-wi itu! Sekarang kau mengerti mengapa kami bertiga mengamuk melihat kuburan penolong itu dibongkar orang. Kami masih demikian kecil sehingga kami tidak ingat lagi siapakah orang tua kami yang sebenarnya, bahkan kami tidak tahu lagi siapakah she (nama keturunan) kami!” Sampai di sini, Hwe Lan tak dapat menahan lagi keluarnya dua titik air mata dari pelupuk matanya.

“Karena itu, Kongcu,” akhirnya ia dapat melanjutkan kata-katanya, “Tolonglah beritahukan kepadaku, di mana tempat tinggal perwira bangsat she Lee itu, karena aku tidak sabar lagi menanti kedatangan enci dan adikku. Aku hendak membalas dendam sekarang juga!”

Cong Hwi terkejut mendengar ini. “Nona, kau tidak tahu! Perwira she Lee yang kau maksudkan itu tentulah Lee Song Kang yang bergelar Sin-to (Golok Sakti) dan yang berpangkat busu. Siapa lagi kalau bukan dia yang pandai mempergunakan anak panah? Dia memang gagah perkasa dan selain anak panahnya juga ilmu goloknya amat lihai. Akan tetapi, dia sekarang tidak tinggal di kota raja lagi dan telah pindah ke kota Siang- kan-bun di Propinsi Kiang-si untuk menjabat pangkat komandan barisan penjaga di sana. Kau...kau tidak bisa dan tidak boleh pergi ke sana seorang diri!”

Bukan main girang hati Hwe Lan setelah mengetahui tempat tinggal musuh besarnya itu, akan tetapi ia kecewa karena ternyata musuh besarnya itu tidak tinggal lagi di kota raja. Mendengar kalimat terakhir dari pemuda itu yang melarangnya pergi ke sana, kedua matanya terbelalak heran.

“Mengapa tidak bisa? Dan apa sebabnya tidak boleh? Sekarang juga aku mau pergi ke sana!”

“Jangan...! Jangan, Hwe Lan!” Mendengar sebutan namanya ini, tanpa panggilan Nona seperti biasanya, Hwe Lan memandang makin heran dan mukanya menjadi merah. “Kalau kau pergi, hal itu berbahaya sekali,” kata Cong Hwi pula yang tidak sadar bahwa tanpa disengaja ia menyebut nama nona itu begitu saja, “Sebelum kau keluar kota raja, kau tentu telah tertangkap! Penjagaan masih dilakukan keras sekali.”

“Aku tidak peduli. Kalau memang aku akan tertangkap, biarlah, aku tidak takut. Bagaimanapun juga besar bahayanya, aku harus berusaha membalas dendam guruku, dendam orang tuaku, dan aku harus mencari keparat she Lee itu!”

“Hwe Lan...kalau sampai kau terkena celaka...ah, tidak tahukah kau bahwa orang satu-satunya yang akan kehilangan dan akan merasa berduka, adalah aku sendiri...?” Bagaikan mimpi Cong Hwi membuka rahasia hatinya.

Hwe Lan melangkah mundur dengan muka merah. “Apa...? Apa maksudmu Kongcu...?” Cong Hwi menundukkan mukanya dan berkata perlahan,

“Hwe Lan, aku....aku cinta kepadamu, telah kurundingkan dengan ayah ibuku untuk...meminangmu sebagai..isteriku!”

Bukan main terkejutnya hati Hwe Lan mendengar pengakuan ini. Ia melangkah mundur lagi dua tindak dengan mata terbelalak dan muka merah. “Tidak, Kongcu!” katanya dengan napas tersengal. “Aku tidak berharga! Kau seorang putera pangeran, seorang bangsawan yang mulia dan berkedudukan tinggi! Sedangkan aku...aku seorang yatim piatu yang hina dina. Pula, aku harus membalas dendam ini. hanya inilah satu-satunya cita-cita hidupku, yang lain itu aku belum pernah memikirkan!” Setelah berkata demikian, gadis itu lalu berlari menuju ke kamarnya meninggalkan Cong Hwi yang berdiri bengong. Kemudian Cong Hwi teringat bahwa Hwe Lan akan pergi, maka ia cepat bangun berdiri. “Aku harus melarangna pergi, kalau ia sampai celaka...!” Ia tidak dapat melanjutkan jalan pikirannya yang membuatnya berduka dan ngeri ini. Ia lalu berlari ke dalam gedung menemui ayah ibunya dan menceritakan segala percakapannya yang dilakukan demi gadis itu. Pemuda ini dengan muka pucat minta kepada ayah ibunya supaya membujuk gadis itu jangan pergi menempuh bahaya.

Pangeran Souw Bun Ong beserta isterinya lalu pergi ke kamar Hwe Lan dan membujuknya.

“Nona Hwe Lan,” kata Pangeran Souw, “Kami tahu tentang maksudmu membalas dendam dan tentu saja kami tak dapat menghalangi kehendakmu itu. Akan tetapi segala hal harus dilakukan dengan hati-hati dan sempurna. Apakah artinya usahamu membalas dendam kalau kau tertangkap sebelum dapat keluar dari kota? Apakah itu bukan berarti membuang jiwa secara murah? Mari kita bekerja sama kami akan membantumu keluar dari kota. Tunggulah beberapa hari lagi, kami akan mencari jalan yang baik bagimu.”

Mendengar ucapan ini, terpaksa Hwe Lan menurut karena ia anggap bahwa usul ini memang tepat sekali. Pada keesokan harinya, Pangeran Souw lalu mempergunakan pengaruhnya dan ia berhasil mengatur sedemikian rupa sehingga tiga malam kemudian, penjaga pintu gerbang di sebelah utara terdiri dari orang- orang kepercayaannya sendiri yang telah dipesan bahwa malam hari itu ia hendak menyelundupkan seorang pemuda keluar dari kota raja, agar supaya jangan diganggu. Setelah beres, ia lalu memberitahu kepada Hwe Lan yang telah menanti-nanti tak sabar lagi.

“Malam ini kau boleh keluar kota, Nona,” kata Pangeran Souw. “Akan tetapi kau harus menyamar sebagai seorang pemuda dan keluar dari pintu utara. Para penjaga takkan mengganggu lagi. Akan tetapi, berhati- hatilah kau dan semoga kau selamat serta tercapai cita-citamu.”

Nyonya Souw yang telah menganggap gadis itu sebagai keluarga sendiri, sambil mencucurkan air mata berkata,

“Hwe Lan, mengapa kau berkeras hendak pergi? Kau harus kembali lagi, Nak. Kau harus berjanji akan kembali lagi, kalau tidak, aku tidak rela melepasmu pergi...”

Hwe Lan terharu juga melihat kecintaan nyonya ini kepadanya. Ia memeluk nyonya itu dan tidak dapat menahan air matanya sendiri yang mengalir membasahi pipinya. “Aku akan kembali...” bisiknya dan Cong Hwi yang mendengarkan semua itu sambil menundukkan kepalanya, ketika mendengar suara ini lalu mengangkat muka memandang. Pada saat mengucapkan kata-kata itu, Hwe Lan memang memandang kepada pemuda itu, maka untuk sekejab, dua pasang mata, bertemu, mengandung janji yang hanya dimengerti oleh pemiliknya. Kemudian, Hwe Lan lalu mengadakan persiapan, dan dibantu oleh Nyonya Souw, ia menyamar sebagai seorang pemuda yang tampan!

Tanpa diketahui atau diduga sedikitpun oleh Hwe Lan, pada malam hari itu, seorang gadis lain berada pula di dalam kota dan gadis ini bukan lain ialah Siang Lan! Bagaimanakah Siang Lan bisa berada di kota raja? Sebelum menceritakan tentang Siang Lan, marilah kita bersama mengikuti lebih dulu perjalanan Sui Lan, gadis lincah gembira yang termuda di antara tiga dara pendekar Siauw-lim itu agar jangan terlalu lama kita berpisah dari dia!

Sui Lan yang terpisah dari kedua encinya, setelah tak berhasil bertemu dengan Hwe Lan atau Siang Lan, dengan bingung lalu melanjutkan perjalanannya seorang diri. Betapapun juga, ia harus menurut petunjuk gurunya, dan melanjutkan perjalanannya sesuai dengan rencana yang telah diatur, yaitu melalui Propinsi Hu- pei, Ho-nan, Sian-tung, dan terus ke kota raja.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment