“Koksu yang mulia, tolonglah jiwa kami...” Akan tetapi belum habis mereka berteriak, mereka menjerit dan roboh dengan punggung mereka bolong-bolong karena ditembusi beberapa butir thi-lian-ci yang dilepas oleh Hwe Lan secara luar biasa sekali!
“Omitohud! Ganas sekali...!” Wai Ong Koksu berseru melihat sepak terjang Hwe Lan ini. “Gadis liar dari manakah kau berani sekali mencelakai perwira-perwira kerajaan?”
Akan tetapi, ketika melihat bahwa tiga orang yang datang ini juga pihak musuh, karena yang dua berpakaian seperti perwira, Hwe Lan tidak banyak cakap dan kembali tangannya bergerak menyebar thi-lian-ci ke arah Wai Ong Koksu dan Gui Busu yang datang lebih dulu.
Gui Kok Houw melompat ke kiri dan mengelakkan diri dari sambaran thi-lian-ci, akan tetapi Wai Ong Koksu tidak mengelak dan hanya mengebutkan tangan bajunya ke arah dua butir thi-lian-ci yang menuju ke arah matanya. Thi-lian-ci yang lain, yakni ada dua butir lagi yang menuju ke arah dadanya, ia biarkan saja dan ketika dua butir biji teratai besi mengenai badannya, senjata rahasia kecil ini terpental dan runtuh ke atas tanah!
Hwe Lan menjadi terkejut sekali melihat kelihaian perwira tua yang gundul ini. ia telah menyambit dengan membidik jalan-jalan darah, akan tetapi ternyata sambaran thi-lian-ci yang dilepaskannya tadi mengenai bagian anggota badan lain. Ia takkan heran melihat kekebalan kakak itu, akan tetapi karena ia maklum bahwa senjata rahasianya dengan tepat menghantam jalan darah, maka ia dapat menduga dengan terkejut bahwa kakek ini tentulah memiliki ilmu Pi-ki-hu-hiap (Menutup Hawa Melindungi Jalan Darah), semacam ilmu khi-kang yang baru saja diajarkan oleh gurunya dan baik ia sendiri, maupun kedua saudaranya, belum dapat mempergunakannya dengan baik! Ia maklum bahwa kini ia menghadapi lawan yang bukan main lihainya, sedangkan gerakan Gui Kok Houw ketika mengelak sambaran thi-lian-ci tadi saja cukup menunjukkan bahwa orang tinggi besar muka kuning ini pun memiliki ilmu kepandaian yang tinggi.
Akan tetapi, Hwe Lan memang seorang gadis yang mempunyai keberanian yang luar biasa dan memang sudah menjadi wataknya tidak mau kalah terhadap lawan, maka ia sama sekali tidak merasa takut dan bersiap sedia menghadapi pertempuran yang bagaimana berbahayanya pun!
Pada saat itu, seorang di antara dua orang perwira yang tadi roboh oleh thi-lian-ci yang disambitkan Hwe Lan, dapat merangkak bangun dan segera berseru,
“Koksu....dia...perempuan itu...dia adalah pemberontak Siauw-lim-pai...!”
Mendengar ucapan ini, berubalah wajah Wai Ong Koksu. Dia memang menaruh hati dendam dan membenci Siauw-lim-pai, apalagi sebagai guru negara ia harus membasmi setiap pemberontak.
“Bagus, biar aku tangkap dia!” Sambil berkata demikian, tiba-tiba tubuh kakek tua ini berkelebat dan sepasang ujung lengan bajunya menyambar ke arah kedua pundak Hwe Lan menyerang jalan darah Kin-ceng-hiat. Serangan ujung lengan baju ini demikian keras, sehingga sebelum pukulan sampai, angin pukulannya telah terasa oleh Hwe Lan.
Gadis ini terkejut sekali dan maklum bahwa tenaga khi-kang kakek ini tak boleh dibuat main-main, maka ia lalu mengandalkan ilmu meringankan tubuh, mengelak ke kiri dengan cepat, kemudian dari kiri ia membalas dengan serangan pedang dalam gerak tipu merak sakti mematuk cacing. Pedangnya dari arah kiri meluncur cepat bagaikan anak panah menusuk lambung lawan. Wai Ong Koksu cepat memutar lengan bajunya dengan sabetan keras. Ia bermaksud untuk melibat pedang gadis muda itu untuk kemudian dirammpas, akan tetapi ia menjadi terkejut sekali karena gadis itu dengan gerakan yang luar biasa cepatnya menarik kembali pedangnya dan kini menusuk lagi ke arah mata!
“Bagus” teriaknya memuji dan timbul keheranan besar dalam hatinya, karena sungguh tak pernah ia menyangka bahwa gadis ini memiliki ilmu silat yang demikian hebat. Karena tusukan ke arah matanya itu amat cepatnya, terpaksa untuk mengelak ia harus menarik kepalanya ke belakang dan berbareng dengan gerakan ini, kedua tangannya bergerak ke depan sehingga ujung lengan bajunya yang panjang itu menyambar ke arah pinggang Hwe Lan! Makin kagum dan terkejutlah hati Wai Ong Koksu melihat bagaimana gadis itu melepaskan diri dari serangannya ini. Dengan gin-kang yang luar biasa, tiba-tiba Hwe Lan melompat ke atas sehingga sambaran dua ujung lengan baju itu lewat di bawah kakinya, kemudian bagaikan seekor burung terbang, dara itu menukik dengan kepala ke bawah dan menyambar dari atas dengan pedang diputar-putar menyerang kepala yang gundul dari Wai Ong Koksu.
“Benar-benar lihai!” Kakek gundul itu berseru dan cepat ia melompat ke belakang untuk menghindarkan diri dari serbuan dari atas ini. Ia benar-benar terkejut melihat betapa baiknya gerakan garuda menyambar ular yang dilakukan oleh gadis itu, dan tahulah ia bahwa untuk mengalahkan gadis ini, ia harus mempergunakan sebagian besar dari kepandaiannya. Maka Wai Ong Koksu lalu menggulung lengan bajunya yang panjang kemudian sambil berseru keras ia menyerang dengan kedua tangannya! Guru besar ini masih merasa sungkan dan malu untuk mempergunakan senjatanya, yakni tongkatnya yang tadi ia tancapkan di atas tanah, karena ia tidak mau ditertawakan orang-orang gagah. Masa seorang guru negara yang berkepandaian tinggi seperti dia harus mempergunakan senjatanya untuk menghadapi seorang dara muda yang lebih patut disebut anak-anak ini.
Kakek ini bergerak maju dengan langkah yang tetap dan cepat sedangkan kedua lengannya bergerak-gerak secara luar biasa sekali sehingga menimbulkan angin menyambar-nyambar. Hwe Lan terkejut juga melihat gerakan ini dan tahulah ia bahwa kakek yang lihai ini hendak melawannya dengan ilmu silat Kong-ciu-cip-ban- kiam (Dengan Tangan Kosong Memasuki Laksaan Padang)! Ia pernah melihat gurunya mendemonstrasikan ilmu silat yang lihai ini dan pernah pula mempelajarinya, akan tetapi karena sukarnya gerakan ilmu silat ini, maka kepandaiannya dalam ilmu silat ini masih jauh dari sempurna. Kini ia melihat betapa kakek ini menggerakkan tangannya sedemikian rupa sehingga menurut penglihatannya, tidak kalah oleh gurunya sendiri!
Akan tetapi, dalam kamus hati Hwe Lan tiada terdapat kata-kata gentar atau takut. Ia memutar pedangnya dan memainkan ilmu pedang Bidadari Menyebar Bunga, semacam ilmu pedang yang diciptakan oleh gurunya. Ilmu pedang ini berdasar ilmu pedang Tat Mo Kiam-hoat dan Lian Gi Kiam-hoat, maka gerakannya pun aneh dan sukar diduga perubahannya. Melihat gerakan pedangnya yang hampir sama dengan gerakan pedang cabang persilatannya sendiri ini, Wai Ong Koksu menjadi kaget, akan tetapi ia terheran-heran karena setelah diperhatikan, ternyata berlainan juga. Memang, Lian Gi Kiam-hoat adalah ilmu pedang dari Bu-tong-pai sehingga tentu saja ilmu pedang ini dimengerti baik oleh Wai Ong Koksu yang menjadi pentolan Bu-tong-pai. Maka heranlah kakek ini menyaksikan ilmu pedang yang aneh ini, aneh dan lihai sekali sehingga biarpun ia mempergunakan ilmu silat Kong-ciu-cip-kiam yang biasanya cukup kuat untuk menghadapi keroyokan belasan orang yang berpedang dengan hanya bertangan kosong saja, akan tetapi menghadapi ilmu pedang Hwe Lan, kakek gundul ini benar-benar merasa terdesak! Wai Ong Koksu sama sekali tidak takut akan pedang Hwe Lan, karena pedang ini adalah pedang biasa yang takkan dapat melukai tubuhnya yang kebal dan ia memiliki ilmu Pi-ki Hu-hiat (Menutup Hawa Melindungi Jalan Darah) sehingga ia pun tidak takut terhadap totokan. Akan tetapi Hwe Lan yang amat cerdik dan tahu akan kelihaian lawan, selalu menunjukkan pedangnya pada bagian- bagian tubuh yang lemah. Pedangnya berkelebat menyambar ke arah mata, leher, pusar dan urat-urat besar yang tersembul di bawah kulit sehingga akan dapat terputus oleh pedangnya.
Biarpun Wai Ong Koksu tidak terdesak atau terancam oleh pedang Hwe Lan, akan tetapi kakek ini maklum bahwa dengan bertangan kosong saja, agaknya amat sukarlah baginya untuk mengalahkan gadis luar biasa ini. Kalau sampai ia tidak berhasil mengalahkan, apalagi kalau sampai ia terluka oleh gadis ini, alangkah akan malunya! Lebih baik ia mempergunakan senjatanya, Wai Ong Koksu berpikir. Tak perlu ia merasa malu mempergunakan senjata, karena biarpun masih muda, gadis ini benar-benar memiliki kepandaian tinggi dan hal ini disaksikan pula oleh dua orang kawannya.
Memang, kedua kawannya itu semenjak tadi menonton pertempuran ini dengan bengong. Gui Hok Houw memandang dengan penuh kekaguman, tidak saja untuk kelihaian gadis itu, akan tetapi terutama sekali karena kecantikan dan potongan tubuh Hwe Lan yang menggairahkan dan yang membuat semangatnya seakan-akan terbang meninggalkan tubuhnya! Gui Kok Houw terkenal sebagai seorang perwira gila perempuan, dan biarpun sudah banyak sekali ia berjumpa dengan wanita-wanita cantik, akan tetapi kali ini ia harus akui bahwa ia belum pernah melihat seorang gadis sejelita dara ini! apalagi yang memiliki ilmu silat seperti ini!