Suling Emas Chapter 25

NIC

Kata yang tertua sambil menyerahkan secawan arak dan tangan kirinya memegang pundak pemuda tampan itu.

"Percayalah, kami bertiga sanggup mengangkatmu menjadi yang dipertuan di daerah ini."

Kata si baju kuning yang memeluk leher Kam Si Ek dari belakang! Dirayu dan dikeroyok tiga orang gadis-gadis cantik yang berbau harum ini, sejenak Kam Si Ek tertegun saking kaget dan herannya. Kemudian ia serentak bangkit dari bangkunya, melangkah mundur tiga tindak, mukanya merah sekali dan ia berkata, suaranya keren.

"sam-wi ini apa maksudnya bersikap seperti ini?"

"Maksud kami sudah jelas, masa Goanswe tidak tahu? Sudah lama kami kagum dan sekarang begitu berjumpa kami jatuh cinta, apakah kau tidak menghargai perasaan suci kami ini? kata Si Baju Merah tanpa malu-malu lagi.

"Kam-goanswe, ribuan orang pemuda tergila-gila kepada kami dan semua kami tolak, sekarang melihatmu, kami bertiga sekaligus jatuh hati. Bukankah ini jodoh yang baik sekali?"

Kata Si Baju Kuning.

"Dengan kepandaian kami bertiga digabung kepandaianmu, apa sukarnya merampas kedudukan raja di waktu orang pandai sedang memperebutkan kekuasaan ini? Goanswe mempunyai tentara yang cukup banyak dan kuat."

Kata Si Baju Hijau.

"Gila!"

Kam-goanswe berseru marah.

"Pergilah kalian! Pergi dan jangan ganggu aku lagi. Pergi!"

Kam Si Ek marah bukan main, akan tetapi kemarahan ini agaknya belum menyamai kemarahan Liu Lu Sian yang mengintai di atas genteng. Gadis ini marah sekali kepada tiga orang perempuan yang dianggap tak tahu malu itu. Juga disamping kemarahannya ia pun kagum kepada Kam Si Ek! Sungguh jantan! Sungguh gagah dan keras hati, tidak tunduk oleh gadis-gadis cantik yang tergila-gila kepadanya.

"Dinggg!"

Tampak kilatan tiga batang pedang yang dicabut berbareng oleh tiga orang gadis jelita itu.

"Pilihan kami hanya dua. Kau menerima kerja sama dengan kami atau kau serahkan kepalamu untuk kami hadiahkan kepada Raja Muda Kerajaan Liang!"

"Bagus!"

Kam Si Ek melangkah mundur dua tindak dan mencabut goloknya yang berkilauan saking tajamnya. Telunjuk tangan kirinya menuding dan ia berkata bengis.

"Kalian tiga orang wanita muda tak tahu malu. Kalian datang mengaku sebagai See-liong-sam-ci-moi (Tiga Enci Adik Naga Barat), berlagak pendekar wanita yang bermaksud membantu karena melihat kesengsaraan rakyat dalam jaman perang perebutan kekuasaan. Aku menerima kalian dengan baik dan hormat. Kiranya kalian mengandung maksud hati yang kotor dan hina. Kalau aku memberi tanda, alangkah mudahnya anak buahku yang ribuan orang banyaknya datang menangkap kalian untuk dijatuhi hukuman mati. Akan tetapi aku Kam Si Ek seorang laki-laki sejati, tidak mengandalkan jumlah orang banyak. Majulah, dan sudah sepatutnya golokku mengakhiri riwayat kalian yang tersesat ke dalam jurang kenistaan!"

"Manusia sombong!"

Si Baju Merah meloncat dan bagaikan kilat menyambar pedangnya menusuk, berikut tubuhnya yang melayang kedepan, benar-benar seperti seekor naga menyambar. Hebat serangan ini, akan tetapi Kam Si Ek yang sudah siap dengan goloknya, menangkis keras.

"Tranggg!!"

Wanita baju merah itu terpental ke samping, akan tetapi dengan gerakan indah ia membuat loncatan salto dua kali. Adapun kedua orang adiknya juga sudah menerjang maju dengan loncatan-loncatan tinggi dan menyerang dengan pedang selagi tubuh mereka masih di udara. Kam Si Ek terkejut sekali. Tiga orang wanita ini benar-benar patut dijuluki Naga Barat, karena gerakan mereka benar-benar lincah dan cepat laksana naga menyambar. Ia cepat mengelak sambil memutar golok sehingga berhasil menangkis tusukan pedang dari kanan kiri. Akan tetapi tiga orang enci adik itu sudah mendesaknya dengan serangan pedang bertubi-tubi. Kam Si Ek cepat memutar goloknya dan mainkan ilmu silat keturunan keluarga Kam.

Pertahanannya kuat sekali, namun didesak oleh tiga batang pedang yang bekerja sama baik sekali, ia hanya mampu menangkis sambil berloncatan ke sana ke mari, sebentar saja terdesak hebat. Namun, sebagai seorang jantan Kam Si Ek berpegang kepada kata-katanya. Ia tidak mau berteriak minta bantuan para penjaga yang berada di luar gedung itu dan tetap mempertahankan diri dengan goloknya. Sewaktu pedang Si Baju Merah menusuk tenggorokan dan ia menangkis dengan golok, pedang Si Baju Kuning sudah membabat penggangnya. Cepat ia bergerak dengan jurus Burung Walet Membalikkan Tubuh, membuat gerakan memutar untuk mengelak sambil memutar goloknya melindungi tubuh belakang. Ia berhasil mengelak dan sekaligus menangkis babatan pedang Si Baju Hijau tepat pada waktunya.

Akan tetapi kembali pedang Si Baju Merah sudah menerjang datang, disusul dua buah pedang yang lain! Karena ketiga orang gadis lihai itu kini menghujankan serangan di tiga bagian, yaitu bawah tengah dan atas, maka sibuk jugalah Kam Si Ek. Dengan ilmu golok emasnya yang diputar merupakan benteng melindungi tubuhnya, ia hanya dapat melindungi bagian atas dan tengah saja, sehingga menghadapi penyerangan pedang dibagian bawah, ia harus meloncat-loncat yang membuat gerakan pemutaran goloknya terganggu. Setelah lewat tiga puluh jurus, pemuda ini mulai berputar-putar dan terdesak ke sana ke mari, semua jalan keluar telah dihadang oleh tiga orang gadis yang tertawa-tawa mengejek.

"Jenderal sombong, daripada mati diujung pedang, bukankah lebih baik kau memeluk tiga orang gadis jelita? Ah, alangkah goblok engkau! Mana bisa engkau melawan See-liong-sam-ci-moi? Kami benar-benar mencintaimu, Kam-goanswe!"

"Lebih baik aku mati!"

Teriak Kam Si Ek ganas dan melihat kesempatan selagi Si Baju Merah bicara, golok emasnya menyambar dengan pembalasan serangan dahsyat. Namun tiga batang pedang sudah menangkisnya dan kembali ia terkepung tiga gulungan sinar berkilau yang mematikan semua jalan ke luar itu. Liu Lu Sian yang menonton dari atas genteng, segera mengetahui bahwa biarpun Kam Si Ek memiliki tenaga yang cukup kuat, namun di bidang ilmu silat agaknya belum dapat diandalkan benar, jauh di bawah tingkat tiga orang gadis itu. Kemarahannya memuncak dan kekagumannya terhadap Kam Si Ek juga memuncak. Ia segera mengambil jarum-jarum rahasianya dan tiga kali tangannya bergerak disertai pengerahan sin-kang yang sepenuhnya.

Senjata rahasia jarum ini adalah ajaran ayahnya, penggunaannya amat sukar karena jarum-jarum itu kecil dan ringan sekali, harus disambitkan dengan sin-kang tertentu baru dapat meluncurcepat melebihi anak panah. Dan sekali jarum-jarum ini meluncur, sama sekali tidak mendatangkan suara, kalaupun ada, suara itu halus sekali sukar ditangkap telinga. Hebat sekali kesudahannya. Terdengar jerit melengking dan tiga orang gadis iti seperti disambar petir. Si Baju Merah melepaskan pedangnya dan berputar-putar seperti mabok, disusul Si Baju Kuning yang melemparkan pedang dan mencekik lehernya sendiri, kemudian Si Baju Hijau terjungkal dan melingkar-lingkar diatas lantai. Tiga orang gadis itu berkelojotan diatas lantai dan beberapa menit kemudian tak bergerak lagi. Si Baju Merah kemasukan jarum tepat diubun-ubunnya, Si Baju Kuning terkena lehernya dan Si Baju Hijau terserang dadanya. Jarum-jarum itu mengandung racun kelabang yang gigitannya menewaskan seketika, maka bukan main hebatnya.

Kam Si Ek berdiri dengan golok melintang didepan dada, matanya terbelalak lebar. Pada saat itu berkelebat bayangan memasuki pintu dan muncullah seorang wanita berpakaian serba putih, wajahnya cantik dan terang, usianya sebaya dengan Kam Si Ek. Wanita ini memegang sebatang pedang dan tangan kirinya menjambak rambut dua orang laki-laki berpakaian tentara lalu ia mendorong dua orang itu sehingga terguling diatas lantai, terus berlutut disitu dengan tubuh menggigil.

"Eh, Sute siapa mereka ini... ah, bukankah ini See-liong-sam-ci-moi yang menjadi tamu kita? Dan.. ah, mereka sudah tewas dan... kau memegang golok! Apa yang terjadi, Sute?"

Kam Si Ek menggunakan tangan kirinya menggosok mata lalu menyusut peluh di dahinya, menggeleng-geleng kepala.

"Bukan aku yang membunuh mereka, Suci. Tapi mereka patut tewas, mereka mempunyai niat busuk terhadap aku. Akan tetapi ....agaknya ada orang pandai membantu dan membunuh mereka.."

Wanita itu membanting-banting kakinya.

"Celaka! Mereka adalah tamu-tamu kita, mana patut tewas disini? Kalau ada orang yang membunuh mereka secara bersembunyi, belum tentu berniat baik. Kita harus cari dia untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya!"

Wanita baju putih itu meloncat keluar lagi.

"Nanti dulu, Suci. Dua orang ini... ada apakah?"

"Hemm, sialan benar. Dia dan lima orang lain melakukan pemerasan kepada beberapa orang pengungsi, malah mengganggu wanita. Yang lima kulukai, yang dua ini pemimpinnya, kubawa kesini untuk kau adili."

"Jahanam!"

Posting Komentar