Halo!

Si Tangan Halilintar Chapter 25

Memuat...

Heng San tersenyum mengejek mendengar omongan tosu itu.

"Engkau berpakaian sebagai pendeta, akan tetapi sesungguhnya engkau seorang jahat yang mengumpulkan kawan-kawan jahat. Perampok, pemberontak dan pengacau yang kerjanya hanya merampok dan mencuri. Akan tetapi aku tidak akan memperdulikan itu semua kalau kalian tidak membujuk dan menyeret seorang gadis memasuki duniamu yang kotor dan sesat itu. Sekarang; karena kejahatanmu sudah melewati batas dan kalian bertemu dengan aku, jangan harap aku akan dapat mengampuni kalian."

Heng San memang merasa benci sekali kepada kawan-kawan Hong Lian yang dianggapnya menjadi sebab kesesatan gadis itu, maka dengan cepat dia lalu maju menyerang tosu itu. Tosu itu mengibaskan lengan bajunya untuk menangkis. "Plakk!" Kepalan tangan Heng San bertemu ujung lengan baju dan keduanya terdorong mundur. Tosu itu membentak marah.

"Pinto (aku) Ang Jit Tojin hari ini akan melawan mati-matian!" Maka bertandinglah kedua orang itu dengan seru. Akan tetapi Heng San yang sudah marah sekali dan menganggap bahwa dia bertanding demi kepentingan Hong Lian, untuk membebaskan gadis itu dari pengaruh mereka yang berdosa, tidak. memberi banyak kesempatan kepada lawannya. Dia mengeluarkan ilmu kepandaiannya yang hebat, memainkan ilmu silat tangan kosong Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat sehingga Ang Jit Tojin terdesak mundur oleh angin pukulan Heng San yang amat dahsyat. Melihat ini, Tan Kok si Pengemis Aneh berseru marah dan dia memutar tongkatnya sambil berteriak.

"Sin Kun Bu-tek, engkau pengkhianat bangsa terimalah kematianmu!"

Tongkatnya berputar cepat dan menyambar dengan mengeluarkan angin menderu. Akan tetapi Hengsan tidak merasa jerih. DIa mempergunakan ginkang yang telah mencapai tingkat tinggi dan mengelak dan menangkis semua serangan dua orang lawan yang tua dan lihai itu, akan tetapi sekali ini dia hanya mengalah seperti tempo hari. Dia bermaksud untuk dua orang yang dianggapnya telah menyeret Hong Lian ke dalam kesesatan mereka. Hal ini membuat pengeroyok itu menjadi sibuk karena hasrus menghindarkan diri dari dua kepalan mau Heng San.

Hong Lian memandang dengan hati berdebar. Ia tidak membantu karena perasaannya sangat tertekan. Semenjak Ia bertemu dengan pemuda yang dulu merampas hasil curiannya, ia merasa amat kagum kepada pemuda itu. Belum pernah ia bertemu dengan seorang pemuda yang demikian lihai ilmu silatnya dan berwajah tampan, bersikap baik dan ramah. Ketika ia bertemu lagi dengan Heng San dan mendapat kenyataan bahwa pemuda itu menjadi komandan pasukan Garuda Sakti, menjadi orang kepercayaan Thio- ciangkun, rasa kagum dan sukanya berubah menjadi perasaan benci dan menyesal. Dan baru saja pemuda itu menyatakan cinta kepadanya. Hal ini membuatnya menyesal dan bingung.

Memang ia sudah mempunyai dugaan bahwa pemuda itu memperhatikannya karena telah beberapa kali menolong dan membebaskannya, akan tetapi ia masih sangsi. Kini mendengar pernyataan pemuda yang hendak membelanya, dan menyukainya, hatinya merasa sedih dan menyesal. Ah, kalau saja Heng San berdiri di pihaknya. Kalau saja pemuda itu seorang pendekar yang berjiwa patriot. Alangkah bahagianya menyerahkan nasib dirinya kepada seorang pemuda seperti ini.

Ketika itu dari dalam rimba muncul lima orang yang bersenjata pedang dan golok. Mereka segera mengeroyok Heng San yang masih mendesak dua orang lawannya.

"Hong Lian, kenapa engkau berpeluk tangan saja dan tidak membantu kami?" Tosu itu menegur melihat Hong Lian masih tidak bergerak, hanya memandang seperti orang kehabisan akal.

Hong Lian tersentak kaget seperti baru sadar dari mimpi. Ia lalu mencabut pedangnya dan menyerang Heng San dengan gerakan cepat dan kuat. Heng San mengelak dan dia menjadi bersedih. Kalau hanya dikeroyok pengemis dan tosu itu ditambah lima orang muda yang tidak berapa tinggi kepandaiannya, dia masih dapat melayani mereka dengan mudah. Akan tetapi kini Hong Lian maju mengeroyoknya dan hal ini membuat dia sedih dan juga. marah sekali kepada kawan-kawan Hong Lian itu.

Dengan gesit Ia melompat ke sana sini dan kedua tangan kakinya bergerak cepat sehingga dalam waktu cepat dua orang muda yang mengeroyoknya telah dapat dia robohkan. Melihat ketangguhan pemuda itu, si pengemis aneh mengeluarkan seruan yang merupakan isarat bagi para temannya untuk berkumpul di satu jurusan saja sambi! mengeluarkan senjata rahasia masing-masing. Pertama-tama, tiga orang muda dan Hong Lian menyerang dengan senjata rahasia piauw dan pelor besi. Semua senjata rahasia itu meluncur bagaikan kilat menyambar ke arah tubuh Heng San. Pemuda itu cepat melompat ke atas, tinggi sekali sehingga semua senjata rahasia itu meluncur lewat di bawah kakinya. Akan tetapi ketika tubuhnya melayang turun, tiga sinar putih menyambar ke arah tububnya. ltulah gin-piauw (piauw perak) yang dilepas oleh Ang Jit Tojin dengan kuat sekali. Pada saat itu tubuh Heng San berada di udara. Dia cepat mengerahkan gin-kang dan tubuhnya membuat pok-sai (salto) sampai tiga kali di udara dan dengan cara ini dia berhasil menghindarkan diri dari sambaran tiga batang gin-piauw itu. Baru saja kedua kakinya menginjak tanah, ada lagi tiga batang gin-piauw menyambar. Sebuah menyambar ke arah lehernya, sebuah lagi menyambar ke arah ulu hati dan yang ketiga menyambar ke arah kaki. Heng San tidak mempunyai waktu untuk mengelak dari semua sambaran piauw itu. Dia menggunakan kaki kiri menendang piauw yang menyerang kaki, menggunakan tangan menyampok terpental piauw yang menyerang dada, lalu miringkan kepala untuk mengelak dari piauw yang mengarah leher.

Gerakan pemuda itu sungguh hebat, indah dan luar biasa sehingga mau tidak mau semua lawannya memuji. Akan tetapi pujian yang dikeluarkan dengan suara keras itu membuat Heng San menjadi lengah dan tahu-tahu piauw ke empat meluncur dan biarpun Heng San sudah mencoba untuk miringkan tubuhnya, tetap saja piauw itu menancap di pundak kanannya! Heng San mengaduh dan sambil menggertak giginya dia mencabut piauw itu. Darah mengucur dari pundaknya.

Pada saat itu terdengar suara mengaum nyaring dan tahu-tahu sebuah huito (pisau terbang) telah dilontarkan pengemis aneh dan hui-to itu menyambar ke arah tubuh Heng San, disusul oleh hul-to ke dua dan ke tiga!

Karena terluka oleh piauw Ang Jit Tosu, Heng San menjadi marah sekali. Sekarang ada tiga batang hui-to yang menyambar ke arahnya. Dia menyambitkan piauw yang tadi dicabut dari pundaknya, menyambitkan piauw itu sehingga pisau terbang pertama terpukul runtuh ke atas tanah. Hui-to ke dua menyambar dan Heng San meloncat ke atas, kemudian sambil melayang turun dia menendang hui-to ke tiga sehingga hui-to itu mencelat dan terbang ke lain jurusan dengan cepat sekali. Terdengar pekik nyaring ketika hui-to yang tertendang itu menyambar dan disusul robohnya tubuh Hong Lian. Hui-to tadi menancap di dada gadis itu.

Kiranya ketika Hong Lian melihat Heng San terluka oleh gin-piauw hatinya merasa kasihan dan ia tidak bergerak dan tidak lagi ikut mengeroyok, hanya memandang dengan gelisah. Darah yang semakin banyak ke luar dari pundak Heng San, membasahi pakaiannya itu amat mengharukan hati Hong Lian sehingga ketika tiba-tiba hui-to yang tertendang oleh Heng San itu menyambar ke arahnya, ia tidak sempat mengelak dan tanpa dapat dicegah lagi hui-to yang tajam runcing itu menancap di dadanya sampai dalam!

Melihat peristiwa yang tidak disangka-sangkanya ini, Heng San menjerit keras dan dia melompat dan menubruk tubuh gadis itu. Dia tidak memperdulikan apa-apa lagi, mengangkat kepala gadis itu ke pangkuannya dan berulang-ulang memanggil.

"Hong Lian.....! Hong Lian....." akan tetapi tubuh gadis itu terkulai lemas dalam rangkulannya. Perlahan-lahan kelopak mata gadis itu terbuka dan melihat Heng San memeluknya, ia tersenyum lemah.

"Hong Lian !"

Gadis itu menggerak-gerakkan bibirnya akan tetapi yang keluar hanya suara bisikan lemah. Melihat ini Heng San mendekapnya dan mendekatkan telinganya pada mulut gadis itu. "Hong Liang, engkau hendak memesan apakah? Katakan padaku, tentu akan kulaksanakan permintaanmu "

"Kau.... engkau harus bebaskan ayahku...." sehabis berkata demikian, gadis itu terkulai dan tak bernapas lagi, menghembuskan napas terakhir di pangkuan Heng San.

Heng San ingin menjerit, ingin menangis, ingin mengamuk. Dia menganggap kematian gadis itu adalah kesalahan orang-orang yang sekarang mengepungnya. Para pemberontak jahat ini telah menyesatkan Hong Lian dan kini gadis itu menjadi korban, mati dalam keadaan menyedihkan. Mati di bawah tikaman senjata pemimpin mereka sendiri, digerakkan oleh tendangannya, mati dalam tangannya, padahal dia amat mencintai Hong Lian. Dan ini semua gara-gara para pemberontak itu. Ini semua gara-gara tosu jahanam dan pengemis gila itu! Heng San mengangkat kepala dan memang ke kanan kiri dengan sinar mata nyeramkan.

Kawan-kawan Hong Lian melihat betapa serangan mereka malah menewas gadis itu, dan melihat betapa pemuda yang menjadi lawan mereka itu menubruk dan menangisi mayat Hong Lian menjadi terheran-heran, kesima dan tidak mampu bergerak. Kini, melihat pemuda bangkit berdiri dengan sikap dan pandangan mata liar mengerikan, mereka siap dengan jantung berdebar tegang. Wajah Heng San saat itu seperti wajah seekor harimau terluka yang sudah nekat dan haus darah.

"Kalian telah membunuhnya! Kalian orang-orang jahat telah menyeretnya ke jurang maut. Kalian harus membayar untuk itu!" teriaknya, dengan suara parau, mengandung tangis, menyeramkan seperti suara iblis yang penuh dendam.

Setelah mengeluarkan kata-kata itu dengan suara yang menyeramkan, Heng San lalu meloncat ke depan menubruk orang yang terdekat. Seorang yang bersenjata golok terpegang olehnya. Heng San menotok pemuda itu sehingga tidak mampu bergerak, lalu memegang kedua kakinya dan memutar-mutar tubuh itu, dipergunakan sebagai senjata dan menyerang semua orang yang mengepungnya.

Melihat pengamukan Heng San yang seperti kesetanan itu, bahkan Ang Jit Tojin dan pengemis aneh itu menjadi gentar juga dan mereka melangkah mundur. Dua orang pemuda lain yang mencoba untuk menyerang, dalam beberapa detik saja sudah terkena tendangan kaki Heng San dan terpukul tubuh kawan sendiri sehingga roboh dan tidak mampu bangkit kembali. Melihat pemuda yang dijadikan senjata itu telah menjadi mayat pula dengan kepala pecah, Heng San melemparkan mayat itu dan mengamuk dengan kedua tangan kakinya. Ang Jit Tojin dan pengemis aneh itu lalu menghujani Heng San dengan senjata rahasia mereka. Dua orang itu memang ahli melempar senjata rahasia. Heng San harus bersikap hati-hati dan mempergunakan kegesitan gerakan tubuhnya untuk mengelak ke sana sini.

Dua orang lawan yang sudah merasa jerih itu mempergunakan kesempatan ini melarikan diri ke dalam hutan.

"Jangan lari" Heng San membentak mengejar. "Ke manapun kalian pergi sebelum aku dapat membunuh kalian, jangan harap dapat lolos dari tanganku !" Dengan cepat sekali dia mengejar dan karena ilmunya berlari cepat memang luar biasa, sebentar saja dia dapat menyusul si pengernis Tan Kok yang lebih lemah gin-kangnya. Dia menyerang pengemis itu dengan dahsyat dan Tan Kok melawan dengan tongkatnya. Melihat ini Ang Jit Tojin juga berlari kembali untuk membanntu kawannya. Biarpun dikeroyok orang yang merupakan tokoh-tokoh dunia persilatan dengan ilmu silat yang sudah tinggi tingkatnya, tetap saja Heng San dapat mendesak mereka. Tingkat ilmu silat tangan kosong Heng San memang sudah hebat sekali bukan hal berlebihan kalau Liok-tai-jin memberi julukan Sin- kun Bu-tek (Tangan Sakti Tanpa Tanding) kepadanya. Setelah bertempur selama puluhan jurus, tiba-tiba Heng San yang sudah mendesak kedua orang lawannya itu mendapatkan peluang baik. Sambaran lengan baju Ang Jit Tojin dapat dia tangkap dengan tangan kanan, sedangkan dia menggunakan tangan kiri untuk menghantam ke arah leher si pengemis Tan Kok dengan tangan miring. Pada saat itu, tongkat pengemis itupun menyambar ke arah dadanya. Namun Heng San tidak perduli akan serangan pada dadanya itu. Dia memang bertekad untuk mengadu nyawa dan membiarkan dadanya menyambut pukulan tongkat itu.

"Prakkk bukkkl" Dua pukulan itu hampir berbareng mengenai sasaran. Akan tetapi kalau

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment