Setelah melepaskan rangkulannya, Heng San siap berangkat. "Hati-hatilah, San-ko," pesan isterinya.
Heng San mulai melaksanakan tugas yang diberikan oleh Thio-ciangkun. Mula-mula dia berjalan-jalan dengan menyamar sebagai orang biasa dalam kota Keng-koan, menyelidiki rumah-rumah penginapan, taman-taman umum, bahkan rumah-rumah makan. Namun tidak menemukan orang, yang mencurigakan. Dia mulai merasa bosan dan kesal, dan juga mulai merasa lelah. Ketika dia tiba di dekat pintu gerbang kota sebelah selatan, dia melihat seorang laki-laki tua berjubah lebar berjalan dengan cepat melintas di depannya. Heng San melihat orang itu menoleh dan tersenyum kepadanya, lalu mempercepat langkahnya menuju ke pintu gerbang. Dia menjadi curiga dan cepat membayangi karena merasa seperti mengenal wajah tadi.
Setelah orang itu keluar dari pintu gerbang dia menoleh lagi dan melihat Heng San di belakangnya dia lalu berlari cepat! Heng San terkejut karena dia ingat bahwa wajah itu adalah wajah tosu yang ikut menyerbu untuk membebaskan Ma Giok, tosu yang amat lihai dan kuat sekali, dengan senjata kedua lengan bajunya yang panjang dan lebar. Tentu saja dia merasa penasaran dan Heng San lalu menggunakan ilmu berlari cepat melakukan pengejaran.
Dengan pengerahan gin-kang (Ilmu meringankan tubuh) sehingga larinya secepat kijang, akhirnya Heng San dapat memperdekat jarak an tara dia dan orang itu. Pada saat itu mereka sudah tiba di tepi sebuah hutan dan tosu itu berlari memasuki hutan.
Sebetulnya, mengejar lawan yang memasuki hutan amatlah berbahaya karena lawan itu akan bersembunyi dan melakukan serangan gelap atau jebakan. Akan tetapi Heng San tidak menjadi gentar dan dengan berani dia mengejar terus, lari memasuki hutan itu. Akan tetapi hutan itu cukup lebat dan dia tidak mengenal daerah hutan itu. Setelah masuk ke dalam hutan, dia kehilangan orang yang dikejar, tidak tahu orang itu lari ke jurusan mana. Heng San maklum bahwa akan percuma saja mengejar orang dalam hutan yang sudah lenyap dan tidak meninggalkan jejak. Dia mengambil kepu!tusan untuk keluar dari hutan dan memanggil bala bantuan karena sudah diketahui bahwa tosu itu bersarang di dalam hutan sebelah selatan kota.
Akan tetapi tiba-tiba dia menghentikan langkahnya karena dia mendengar suara langkah orang dari belakang. Cepat dia memutar tubuh dan memandang. Jantungnya berdebar keras ketika dia melihat siapa yang menghampirinya. Bukan lain adalah gadis yang selama ini menjadi kenangannya, gadis cantik jelita yang telah memikat hatinya sejak pertemuan pertama. Ma HongLian si pendekar wanita dari Tit-Ie! Hong Lian berhenti melangkah dan berhenti di depannya, dalam jarak empat meter, memandangnya dengan sepasang matanya yang tajam dan indah seperti mata burung Hong.
".... kau.... nona Hong Lian.... kau di sini?" tanya Heng San dengan suara gagap.
Gadis itu menjawab tenang dan agak ketus. "Akulah yang seharusnya bertanya, Sin-kun Bu-tek, engkau datang ke sini bukankah untuk mencari kami?"
Heng San tersenyum dan juga merasa heran. "Bagaimana engkau dapat mengetahui nama lelucon yang diberikan orang kepadaku itu, nona?"
Gadis itu tersenyum mengejek. "Hem, siapa yang tidak mengenal Sin-kun Butek (Kepalan Sakti Tanpa Tanding), orang gagah perkasa yang telah menjual diri kepada orang kaya?"
Heng San tetap tersenyum dan menganggap bahwa gadis itu marah kepadanya dan hendak menang sendiri saja. Dia tetap bersabar dan memandang kagum. "Nona, apakah nona juga sudah mengenal namaku? Aku she (bermarga) Lauw dan namaku "
"Aku tidak perduli engkau she apa dan bernama siapa! Yang kutahu jelas adalah bahwa engkau seorang pemuda yang sudah tersesat jauh, tidak malu menjual diri kepada seorang pembesar kaki tangan kaisar kerajaan Mancu penjajah laknat! Engkau menjadi kaki tangan penindas rakyat!"
Heng San memandangnya dengan tersenyurn seolah merasa lucu melihat ulah seorang anak bengal. "Aih, jangan memutar balikkan kenyataan, nona. Thio-ciangkun adalah seorang pembesar yang bijaksana, dan semua pembantunya adalah pendekar-pendekar gagah perkasa yang membela keadilan dan menjaga keamanan dan ketenteraman kehidupan rakyat. Adalah engkau dan kawan-kawanmu itulah yang tersesat dan mencari hasil dengan jalan yang mudah dan jahat. Engkau masih muda, nona, janganlah engkau ikut-ikut mereka yang jahat itu. Hiduplah sebagai seorang pendekar wanita yang budiman, sesuai dengan nama julukanmu itu. Aku merasa menyesal sekali melihat keadaanmu yang tersesat sedemikian jauhnya!"
Hong Lian memandang dengan heran dan marah, kemudian ia tersenyum meng ejek. "Kalau engkau menganggap aku jahat, kalau aku kauanggap sesat, lalu kenapa beberapa kali engkau sengaja menolongku? Mengapa engkau sengaja membiarkan aku lolos? Apakah dengan cara itu engkau hendak memamerkan kepandaianmu dan hendak menghinaku?"
Heng San memandang dengan sinar mata tajam dan sikapnya bersungguh-sungguh. "Memang aku bodoh, nona. Seharusnya orang-orang seperti engkau dan kawan-kawanmu itu kubasmi habis, itu telah menjadi kewajibanku, baik sebagai seorang yang mengaku menjadi orang gagah, maupun sebagai pemimpin pasukan Garuda Sakti yang kewajibannya menjaga keamanan dan membasmi para penjahat. Akan tetapi kepadamu.... " Muka Heng San berubah kemerahan dan berulang kali dia menghela napas panjang sebelum melanjutkan ucapannya. "Aku aku tidak dapat melihat engkau
tertangkap dan mendapat celaka; Aku..... aku merasa kasihan kepadamu, Nona Hong Lian " Wajah Hong Lian menjadi merah dan ia tampak marah sekali. Ia membantingbanting kakinya dan berkata galak. "Huh! Tak bermalu! Siapa yang ingin kaubela? Siapa yang ingin mendapat kasihanmu? Aku tidak sudi!"
"Kau boleh mencaci maki aku, nona. Engkau boleh menganggap aku musuhmu yang menghalangi pekerjaanmu, akan tetapi betapapun juga, aku..... aku suka padamu "
Tiba-tiba Hong Lian mendekap mukanya sendiri dengan kedua tangan dan ia menangis, tangis yang telah ditahan tahannya sejak tadi, tangis yang keluar dari hati yang jengkel, marah, gemas dan menyesal.
Heng San melangkah maju menghampiri dan memandang gadis. itu dengan ragu-ragu. "Nona.... kenapa engkau menangis? Menyesalkah engkau akan segala kesesatan yang telah kau lakukan selama ini? Marilah kembali ke jalan yang benar "
Tiba-tiba Hong Lian membuka kedua tangan yang menutupi mukanya dan matanya yang kemerahan. karena tangis itu menatap tajam wajah pemuda yang berdiri di depannya itu. "Siapa yang sesat? Aku memang menyesal......menyesal sekali !"
Heng San menjadi bingung dan tidak dapat menangkap apa yang dimaksudkan gadis itu "Nona Hong Lian, kalau sekiranya engkau takut kepada kawan-kawanmu untuk membebaskan diri dari gerombolan jahat itu, percayalah, aku sanggup untuk membebaskan engkau dari mereka. Kalau perlu, aku sanggup membasmi mereka semua dengan kedua tangankul"
Hong Lian masih terisak-isak. "Sayang...... engkau menjadi komandan pasukan Garuda Sakti "
"Kenapa sayang, nona? Akan tetapi kalau engkau mau melepaskan dirimu dan keluar
dari gerombolan pemberontak dan pengacau jahat itu, akupun akan rela keluar dari pasukan Garuda Sakti. Karena sesungguhnya akupun tidak suka menjadi perwira karena walaupun pekerjaan membasmi para penjahat memang menjadi kewajiban seorang gagah, namun aku tidak suka harus bermusuhan dengan bangsaku sendiri."
"Kau.... kau buta !"
Sebelum Heng San dapat menjawab karena termangu heran dan tidak senang, tiba-tiba terdengar suara tawa bergelak dan dari dalam rimba muncul dua orang yang segera dikenal Heng San dengan baik. Mereka berdua itu adalah si tosu dan si pengemis aneh yang tempo hari menyerbu tempat tahanan bersama Hong Lian!
"Ha-ha-ha, ternyata Sin-kun Bu-tek bukan saja lihai ilmu silatnya, akan tetapi juga lihai sekali memutar lidah! Jika engkau memang seorang gagah seperti yang berkali-kali kaukatakan, jangan engkau memusuhi kami dan tinggalkan gedung Thio-ciangkun. Akan tetapi kalau engkau berkukuh hendak membela pembesar anjing itu terpaksa kami melawan mati-matian. Kalau perlu, kami harus melenyapkan engkau dari muka bumi" kata tosu itu.