Akan tetapi, sekali ini Ma Giok terlalu memandang rendah kepada Pembesar Thio itu. Thio-ciangkun terlalu cerdik baginya. Sebelum Ma Giok dan rombongannya sempat berbuat sesuatu, sebaliknya keadaannya malah sudah diketahui para penyelidik yang disebar oleh Thio-ciangkun. Sama sekali Ma Giok tidak tahu bahwa di dalam kuil di mana dia serombongannya bermalam, atau di tempat-tempat makan dan di mana saja, telah tersebar mata-mata yang lihai dari Thio¬ciangkun.
Kemudian, sama sekali tidak tersangka-sangka olehnya, terjadilah penyerbuan itu. Dia sendiri tertawan dan dua orang muridnya tewas, sedangkan anaknya Ma Hong Lian, tidak diketahui bagaimana nasibnya.
Malam itu Ma Giok duduk termenung dalam kamar tahanannya. Sudah berbulan-bulan, sedikitnya sudah enam bulan, dia dikurung dalam kamar tahanan ini. Dia dapat menduga mengapa sampai sekarang dia belum juga dibunuh atau dihukum. Tentu Thio-ciangkun ingin mengo¬rek semua rahasia kawan-kawannya dari mulutnya. Namun dia tidak pernah mau mengaku. Yang dia tidak tahu adalah bahwa dia tidak disiksa itu karena usaha Lauw Heng San yang membujuk kepada Thio-ciangkun agar Ma Giok tidak dipaksa dengan kekerasan, melainkan dibujuk dengan halus.
"Orang itu berwatak keras," demikian Heng San berkata kepada atasannya yang juga kini telah menjadi ayah mertuanya. "Semakin diancam, semakin dia menantang kematian. Sebaliknya kalau diperlakukan dengan halus, ada harapan dia akan tunduk. Pula, puterinya belum tertawan dan saya yakin bahwa kawan-kawannya tentu akan berusaha membebaskannya. Dengan demikian, dia dapat kita umpankan sebagai umpan untuk memancing datangnya kawan-kawannya." Nasehat ini diturut dan Ma Giok tidak disiksa, dan memang hal ini yang dikehendaki Heng San yang merasa kasihan kepada ayah dari Ma Hong Lian, gadis yang tak pernah dilupakannya itu.
Malam semakin larut, Ma Giok duduk sambil melamun. Enam bulan telah lewat. Dia tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi dengan dirinya. Akan tetapi dia tidak peduli akan nasib dirinya. Dia sudah cukup kenyang dan lama hidup di dunia, cukup banyak menderita, kematian isterinya dan mengalami kegagalan dalam perjuangan. Dia tidak takut dan tidak sedih kalau harus mati. Akan tetapi dia teringat kepada anaknya. Dia tidak tahu di mana adanya Hong Lian dan bagaimana dengan nasib puterinya itu. Namun dia tidak putus asa. Hong Lian lolos, berarti puterinya itu tentu selamat. Apalagi dia pernah melihat pengemis gila itu yang bukan lain adalah Tan Kok yang berjuluk Ngo-jiauw-eng (Garuda Kuku Lima), paman gurunya sendiri!
Dia juga percaya bahwa setiap saat susioknya (paman gurunya) itu pasti akan muncul untuk membebaskan dkinya. Ma Giok memandang ke luar pintu dan melihat enam orang perajurit pengawal duduk minum arak sambil main catur dengan gembira. Tidak ada seorangpun di antara mereka memperhatikannya. Saking lamanya dia dikeram di situ, para penjaga itu sudah terbiasa dan menganggap dia sebagai seorang tawanan biasa yang tak berdaya. Ma Giok mencari-cari dengan pandang matanya, namun dia tidak melihat perwira Lihai Yang dulu merobohkannya sehingga dia tertawan. Dia masih merasa penasaran mengingat betapa perwira tinggi kurus itu dapat merobohkannya, padahal untuk daerah selatan, permainan goloknya jarang terkalahkan. Dia sama sekali tidak tahu bahwa yang menjatuhkannya adalah Lui Tiong yang berjuluk Ui-bin-houw (Harimau Muka Kuning), seorang tokoh ahli pedang yang sebelum Lauw Heng San datang, menjadi jagoan nomor satu di antara para pembantu Panglima Thio!
Pada saat itu, tiba-tiba berkelebat bayangan orang memasuki ruangan itu. Ma Giok merasa heran melihat seorang pemuda telah berdiri di situ dan semua perajurit penjaga yang melihatnya lalu menyambut dengan hormat.
"Lauw-sicu!" sapa mereka.
Pemuda itu adalah Heng San. Dia menaruh telunjuknya ke depan bibirnya dan berbisik, "Sstt, jangan berisik, musuh datang. Kalian jagalah di sini dengan waspada, biar aku yang menyambut mereka di atas!" Setelah berkata demikian, tubuh pemuda itu berkelebat dan lenyap dari ruangan itu.
Melihat gerakan Heng San, diam-diam Ma Giok menjadi terkejut sekali dan dia mengeluh dalam hatinya. Pemuda tadi memiliki gin-kang (ilmu meringankan tubuh) yang agaknya lebih tinggi daripada tingkat perwira yang merobohkannya. Tak disangkanya sama sekali bahwa Panglima Thio ternyata memiliki jagoan-jagoan yang demikian banyak dan lihai.
Dengan menggunakan gin-kang yang hebat, Heng San sudah meluncur naik ke atas genteng. Tadi dia sedang melamun dalam kamarnya membayangkan wajah Hong Lian yang tak pernah dapat dilupakannya biarpun ia sudah hidup senang di samping Kui Siang, isterinya yang tercinta dan mencintanya. Kemudian ia teringat akan cerita Perwira Lui Tiong tentang adanya seorang pengemis gila, yang menurut Lui Tiong tentu seorang kawan rombongan Ma Giok. Timbul keinginan daJam hatinya untuk dapat segera
:"bertemu kembali dengan Ma Hong Lian. Ia, tahu gadis itu akan datang bersama-sama kawan-kawannya, mungkin pengemis itu, datang untuk mencoba membebaskan kawannya. Semua harapan ini terdorong kerinduan hatinya untuk dapat ber'jumpa kembali dengan Hong Lian. Dia menjadi geJisah dan segera dia membenahi pakaiannya dan melakukan perondaan di atas wuwungan rumah-rumah di Keng-koan. Dalam perondaan ini, dia melihat berkelebatnya tiga bayangan orang. Setelah dibayanginya, dia melihat bahwa mereka itu adalah gadis yang senantiasa dipikirkannya, Ma Hong Lian, bersama seorang pengemis aneh dan seorang yang berpakaian seperti tosu (pendeta To). Gerakan kedua orang kawan gadis itu demikian ringan, menandakan bahwa mereka berdua memiliki silat yang tinggi. Cepat Heng San mengambil jalan pintas, menyelinap ke tempat tahanan Ma Giok dan memberi peringatan kepada penpenjaga, kemudian dia sendiri melompat ke atas genteng dan dengan tabah menanti datangnya musuh dengan bertangan kosong saja!
Tak lama kemudian, tiga bayangan itu datang melayang di atas wuwungan dan tiba di atas rumah Panglima Thio yang besar, di mana terdapat tempat tahanan itu dan di mana terdapat pula para jagoan Thio-ciangkun.
Begitu mereka berhadapan, di bawah sinar bulan yang remang-remang dibantu sinar lampu yang menyorot dari bawah, Ma Hong Lian segera mengenal Heng San dan ia menudingkan telunjuk tangan kirinya ke arah muka Heng San.
"Inilah seekor di antara anjing-anjing peliharaan pembesar jahanam Thio itu!"
Mendengar seruan Hong Lian ini, tangan pengemis aneh itu bergerak dan secepat kilat sinar menyambar ke arah tubuh Heng San. Tadinya Heng San memperhatikan kakek pengemis ini dengan heran karena orang itu memang aneh. Pakaiannya tambal-tambalan akan tetapi diberi hiasan ronce-ronce di sana-sini sehingga aneh, wajahnya juga berlepotan lumpur, mulutnya seperti orang tersenyum-senyum geli, akan tetapi matanya mencorong seperti mata harimau di tempat gelap. Apalagi ketika dia menyerang dengan sinar tadi, Heng San terkejut. Dia melihat bahwa yang dilontarkan kakek itu adalah sebuah hui-to (pisau terbang) yang bentuknya melengkung bengkok. Huito itu menyambar dengan mengeluarkan suara mendesing. Ketika Heng San mempergunakan kegesitannya mengelak, pisau atau golok terbang itu meluncur lewat lalu dapat berputar dan terbang kembali kepada pemiliknya yang menerimanya dengan sambaran tangan kanan! Bukan main, pikirnya. Dia pernah mendengar akan senjata rahasia seperti ini, namun jarang yang mampu menggunakannya. Orang yang mahir melempar hui-to yang dapat membalik seperti itu tentu memiliki ilmu kepandaian yang tinggi.
Pengemis aneh itu agaknya juga menyadari bahwa lawan yang mampu mengelakkan hui- tonya sedemikian mudah merupakan lawan tangguh. Maka dia lalu menyimpan hui-tonya dan menggunakan tongkatnya yang panjang untuk menyerang HengSan.
"Heeehhhh!" Bentaknya. Tongkatnya menyambar dengan dahsyat, menunjukkan betapa kuatnya tenaga sin-kang (tenaga sakti) pengemis itu. Heng San melawan dengan mengerahkan kecepatannya. Pemuda ini memang memiliki ilmu meringankan tubuh yang hebat dan menghadapi tongkat yang amat berbahaya itu dia segera bersilat dengan Ngo- heng Lian-hoan Kun-hoat, ilmu silatnya yang mengandung lima unsur dan berubah-ubah dengan amat cepatnya.
Melihat Heng San sudah saling serang melawan pengemis aneh, Hong Lian dan tosu itu hendak melompat ke bawah, Heng San yang sejak tadi menaruh perhatian, maklum bahwa gadis itu tentu akan nekat membebaskan ayahnya, maka cepat dia melompat, meninggalkan pengemis aneh dan menghadang di depan gadis itu.
“Nona, pulanglah! Engkau tidak akan berhasil, tiada gunanya, bahkan keselamatanmu sendiri terancam!"kata Heng San.
"Keparat, siapa sudi mendengar nasehatmul" bentak Hong Lian dan iapun sudah menggerakkan pedangnya dengan tangan kanan untuk menyerang Heng San. Heng San cepat mengelak, akan tetapi dari samping menyambar serangkum angin yang dahsyat.
Dia terkejut dan melompat untuk mengelak. Kiranya tosu itu yang menyerangnya dengan kebutan ujung lengan bajunya dan serangan tosu itu bukan main dahsyatnya. Ketika Heng San melompat, dia dipapaki lagi oleh tongkat si pengemis dan kembali dia sudah bertanding melawan pengemis aneh itu, saling serang dengan serunya. Pengemis itu berkata kepada dua orang kawannya.
"Ma-siocia, cepat turunlah bersama Ang-toheng (saudara Ang)!" Setelah berkata demikian, dia memutar tongkatnya dengan cepat dan kuat sekali sehingga Heng San tak berdaya mencegah gadis dan tosu itu yang berlompatan ke bawah, tentu untuk membebaskan Ma Giok.
Heng San khawatir sekali kalau-kalau gadis itu terancam bahaya. Benar saja kekhawatirannya. Tiba-tiba di bawah terdengar teriakan-teriakan para pengawal "Ada penjahat! Ada penjahat …..!"
Terdengar suara senjata berkerontangan, tanda bahwa di bawah telah terjadi perkelhian. Sebentar saja, keributan itu menarik perhatian dan para jagoanpun keluarlah. Lui Tiong, Ban Hok, dan Auwyang Sin keluar dengan senjata di tangan dan segera mengepung gadis dan tosu itu.
Hong Lian dan tosu itu terkurung rapat oleh tiga orang jagoan dan sebelas orang perajurit pengawal yang sudah datang berlarian membantu.
"Ha-ha-ha! Memang niisib orang she Ma itu baik sekali" Lui Tiong tertawa mengejek. "Kini dia akan ditemani oleh puterinya dan seorang pendeta! Bagus! Jangan bunuh mereka, tangkap hidup-hidup!" Setelah berkata demikian, Lui Tiong memutar pedangnya maju mendesak, langsung menyerang tosu itu.
Akan tetapi di luar dugaan, tosu itu hebat sekali gerakannya. Dengan kedua ujung lengan bajunya yang panjang dan lebar, dia dapat melindungi dirinya bahkan membalas dengan serangan yang tidak kalah hebatnya daripada serangan Lui Tiong! Juga Hong Lian mengamuk dengan pedangnya sehingga tidaklah mudah bagi para pengeroyoknya untuk merobohkannya, jangankan untuk menangkapnya hidup-hidup.