Halo!

Si Rajawali Sakti Chapter 33

Memuat...

Tiga orang datuk itu pun tertawa sekali. Mereka juga merasa yakin bahwa Kian Ki pasti mampu bertahan sampai lima jurus. Apa sih kepandaian kakek tua itu maka dia sesombong itu? Mana mungkin mampu mengalahkan Kian Ki sebelum lima jurus?

"Bagusi Sekarang sambutlah serangan pertama ini!" kata Thian Beng Siansu dan legitu tangan kirinya bergerak, ujung kain pembalut tubuhnya meluncur, menjadi sinar putih menyambar kearah KianK i. Pemuda itu sudah siap siaga. Dengan. amat waspada dia melihat datangnya serangan pertama itu dan cepat dia mengelak dengan loncatan ke kiri sambil menggerakkan tangan kanan menangkis sinar putih itu.

"Wuuuttttt......... desssss !!" Kilatan putih itu menyambar lambat saja, akan

tetapi ketika ditangkis lengan Kian Ki, pemuda itu merasa seolah dia menangkis benda keras yang kuat sekali sehingga tubuhnya terpental dan terbanting roboh sampai dua tombak! Akan tetapi dia merasa penasaran dan cepat dia sudah melompat berdiri dan kini dialah yang balas menyerang karena serangan dahsyat merupakan pertahanan yang baik pula. Kalau dia yang menyerang terus, maka tentu kakek itu tidak sempat menyerang dan dengan demikian dia dapat lolos dari lima jurus serangan!

"Haiiiiittttt !" Hebat sekali serangan Kian Ki. Dia menggunakan jurus terampuh

dan mengerahkan seluruh tenaganya. Tubuhnya menerjang dengan lompatan ke atas dan meluncur ke arah kakek itu dengan kedua lengannya bergerak menyerang. Tangan kanan menghantam dari atas ke arah kepala lawan sedangkan tangan kiri menotok ke arah dada Dua serangan beruntun kedua tangannya ini meluncur cepat sekali dan dilakuka dengan tenaga dahsyat sehingga mendatangkan angin pukulan dahsyat.

Hongsan Siansu terkejut. Dia tah bahwa serangan yang dilalukan Kian Ki itu merupakan serangan maut yang amat berbahaya. Bagaimanapun juga, dia tidak menghendaki cucu muridnya membunuh kakek aneh ini. Akan tetapi, untuk mencegahnya sudah tidak ada kesempatan lagi maka dia bersama dua orang rekannya memandang dengan hati tegang. "Plakkkk ............ tukkkkk............... desss !” Pukulan tangan kanan Kian Ki

tepat mngenai kepala kakek itu, juga totokan jari tangan kirinya mengenai dada, akan tapi kakek itu seolah tidak merasakannya dan sebaliknya, tangan kirinya mengebut dan ujung kain itu membuat tubuh Kian Ki kembali terpental lebih jauh lagi.

Tiga orang datuk itu terkejut bukan main. Kini mereka yakin bahwa kakek tua itu memang memiliki kesaktian tinggi.

"Kian Ki, engkau telah kalah!" seru Hogsan Siansu kepada cucu muridnya.

Akan tetapi bagaimana mungkin Kian Ki yang memiliki watak tinggi hati itu mau menyerah? Dia merasa penasaran sekali dan cepat dia meloncat bangun, menggoyang kepala beberapa kali untuk mengusir kepeningannya. Dia tahu bahwa menyerang bahkan lebih berbahaya, maka dia cepat berseru.

"Locianpwe, saya belum mengaku kalahl Baru dua jurus berjalan dan saya masih mampu bertahan. Silakan Locianpwe menyerang tiga jurus lagi, akan saya pertahankan!" tantangnya.

"Ho-ho, semangatmu memang boleh akan tetapi kebodohannya bertambah! Nah, ini seranganku ke tiga, sambutlah!” Setelah berkata demikian, Thian Beng Siansu bergerak maju. Sungguh hebat kedua kakinya sama sekali tidak tampak bergerak akan tetapi tubuhnya meluncur ke depan seolah-olah dia berdiri di atas roda yang didorong ke depan! Kini kedua tangan kakek itu yang bergerak ke depan, sama sekali tidak menggunakan ujung kain. Ada angin menyambar dahsyat dari kedua tangan itu.

Kian Ki cepat mengerahkan seluruh tenaganya karena maklum bahwa sulit untuk menghindarkan serangan itu dengan mengelak. Dia menggunakan kedua tangannya menangkis sambil siap mencengkeram dan menangkap lengan kakek itu. Dipikirnya kalau dia dapat menangkap lengan kakek itu, tentu dia akan dapat membuat kakek itu tidak berdaya karena berapa sih kekuatan otot seorang tua renta seperti itu?

Akan tetapi betapa kagetnya ketika kedua tangannya bertemu lengan yang lembek seperti ular dan licin pula sehingga tangkisan dan cengkeramannya meleset, lalu tiba-tiba saja dia tidak mampu bergerak karena sudah tertotok. Dia jatuh terduduk dan tidak mampu bergerak karena tubuhnya terasa lemas dan lumpuh!

Thian Beng Siansu tertawa, kemudian menghampiri Kian Ki dan tangan kanannya lalu memukul ke arah dada pemuda itu. Dia setengah berjongkok dan tangan kanannya itu dengan jari-jari terbuka menempel pada dada Kian Ki. Wajah pemuda itu berubah merah sekali dan dari ubun-ubun kepalanya mengepul uap!

Melihat ini, tiga orang datuk itu terkejut. "Jangan bunuh murid kami!" teriak Kang- lam Sin-kiam Kwan In Su sambil menjulurkan tangan hendak menangkap pundak kiri Thian Beng Siansu. Akan tetapi kakek tua renta itu cepat menggerakkan tangan kirinya dan menangkis tangan Kwan In Su. Pedang Sakti Kanglam ini terkejut karena merasa betapa tangannya menempel pada tangan kakek itu dan betapapun dia berusaha menarik tetap saja tidak dapat terlepas dan lebih kaget lagi dia ketika merasa betapa tenaga saktinya yang dia kerahkan meluncur keluar dari tangannya seperti sedot."

Im Yang Tosu yang melihat betapa Kwan In Su tampak kaget, dapat menduga bahwa rekannya itu kalah tenaga maka dia pun cepat menempelkan tangannya pada punggung Kwan In Su untuk membantunya dengan tenaga saktinya. Akan tetapi dia pun terkejut sekal karena tenaga sakti yang dia salurkan lewat tangannya itu bagaikan besi menempei pada semberani, melekat dan dia merasa betapa tenaga saktinya tersedot keluar! Dia. mencoba untuk menarik tangannya atau menahan tenaganya, namun sia-sia sehingga dia terkejut sekali, mukanya berubah pucat.

"Hongsan Siansu, bantu kami !" tanya sambil mencoba untuk menarik

membanjirnya tenaga saktinya keluar seperti tersedot oleh kekuatan yang amat hebat.

Hongsan Siansu menempelkan tangannya di punggung Kanglam Sin-kiam Kwun In Su, di sebelah tangan Im Yang Tosu sambil mengerahkan tenaga sinkangnya. Akan tetapi, lagi-lagi tangan ketua Hong-tan-pai ini melekat dan tenaga saktinya membanjir keluar tanpa dapat ditahannya lagi!

Tubuh Chou Kian K i yang menerima tenaga sakti dari empat orang itu kini berkelojotan dan mukanya semakin merah, uap yang mengepul dari ubun-ubun kepalanya semakin tebal. Dia seperti sedang sekarat akan tetapi tetap dalam keadaan duduk karena seolah-olah dadanya melekat pada tangan Thian Beng Siansu sehingga tertahan dan tidak dapat terguling. Tubuhnya berkelojotan dan tersentak- sentak seperti dimasuki aliran listrik!

Tiga orang datuk itu merasa tubuhnya lemas. Dengan gelisah mereka merasakan betapa tenaga sinkang mereka yang dihimpun selama bertahun-tahun itu membanjir keluar tanpa dapat mereka cegah. Kalau hal ini berlangsung lama, mereka akan kehabisan tenaga dan menjadi orang-orang tua yang loyo tanpa tenaga!

Tak lama kemudian setelah tenaga sakti mereka sudah lebih dari setengahnya tersedot, tiba-tiba Kian Ki yang masih berkeiojotan itu mengeluarkan bentakan nyaring seperti suara seekor binatang buas dan kedua tangannya didorong ke arah tubuh empat orang kakek tua.

"Aaarrggghhhhh ............ blarrr !" Tubuh empat orang kakek itu terpental

dan terlempar sampai tiga empat tombak jauhnya. Sebagai ahli-ahli silat tingkat tinggi, biarpun tubuh mereka terasa lemah kehabisan tenaga, mereka dapat mengatur keseimbangan tubuh mereka sehingga mereka jatuh terduduk, tidak sampai terbanting.

Biarpun tubuh mereka lemas karena sebagian besar tenaga sakti mereka hilang, tiga orang kakek itu bangkit di mengeluarkan senjata mereka masing-masing. Kwan In Su mencabut pedangnya, Im Yang Tosu melolos sabuk kulit ularnya, dan Kwee Cin Lok atau Hongsan siansu juga mencabut pedangnya. Mereka bertiga menghampiri dan mengepung kakek tua renta yang kini setelah tadi terlempar, juga duduk bersila itu. "Orang jahat, apa yang telah kau lakukan???" bentak Hongsan Siansu sambil mengancam dengan pedangnya. Dua orang rekannya juga sudah mengancam dengan senjata mereka. Thian Beng Siansu membuka mata, senyum mengejek lalu berkata, "Orang-orang tolol, aku telah menyempurnakan dan membantu kalian membentuk seorang murid yang kelak akan dapat kalian banggakan, dan kalian bertiga hendak membunuh aku? Hmrnmm, apa kalian kira dengan sisa tenaga kalian itu kalian akan mampu membunuhku? Bodoh, tanpa ada yang membunuh pun, setelah selesai apa yang hendak kulakukan, aku akan mengakhiri hidupku sendiri.

Aku masih harus menyempurnakan gerakan ilmu silatnya agar tenaga yang sudah terhimpun dalam dirinya dapat dipergunakan sebaiknya."

Mendengar ini, baru tiga orang Itu menyadari apa yang telah terjadi. Mereka bertiga segera menoleh dan memandang ke arah murid mereka. Kini Kian Ki tidak berkelojotan lagi, melainkan duduk bersila dengan tegak seperti sebuah arca dan wajahnya tampak tenang dan berseri, sama. sekali tidak memperl lihatkan tanda kesakitan. Kini mereka maklum bahwa kakek tua renta Ini tadi bukan berniat membunuh KianKi melainkan menyalurkan tenaga saktinya untuk dipindahkan ke tubuh murid itu. Ketika mereka bertiga hendak mencegah otomatis tenaga sakti mereka yang di kerahkan untuk menarik lengan kakek itu ikut tersedot. Hal ini berarti bahwa Kiai Ki telah menerima tenaga sakti dar imereka berempat! Kalau mereka masmg-masing merasa kehilangan sebagian besar tenaga sakti mereka, dapat dibayangkan betapa besarnya tenaga sakti yang di pindahkan ke dalam diri Kian Ki! Pantai saja tadi, dalam keadaan tidak sadar karena seperti "mabuk" atau sekarat dibanjiri tenaga sakti demikian banyaknya, sekali dorong dia dapat membuat mereka berempat terpental!

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment