Halo!

Si Rajawali Sakti Chapter 29

Memuat...

Dari puncak sebatang pohon besar Han Lin melihat dan mendengar apa yang terjadi di bawah itu. Dia mengerutkan alisnya dan biarpun dia belum memiliki banyak pengalaman dan tidak pernah melihat kejahatan macam itu, namun nalurinya mengisaratkan kepadanya bahwa tentu terjadi hal yang tidak beres di bawah itu dan bahwa gadis yang kelihatan pingsan atau tidur dan sedang dipindahkan itu agaknya membutuhkan pertolongan.

Akan tetapi karena orang-orang yang berada di bawah itu belum melakuka sesuatu yang jahat dan dia belum tahu apa yang sesungguhnya terjadi, siapa berada di pihak benar ataupun salah maka Han Lin menahan diri dan hanya menonton dengan penuh kewaspadaan.

Sementara itu, hawa racun pembius itu mulai menguap dan meninggalkan Hui Lan. Ia mulai sadar dan sejenak ia bingung. Akan tetapi gadis yang cerdik ini segera teringat bahwa semalam ia minum anggur lalu terserang rasa kantuk, kini tahu-tahu ia digotong orang dalam keadaan kaki tangan terbelenggu. Maka tabulah ia bahwa ia menjadi korban kejahatan. Melihat banyaknya orang disekitar tempat itu, Hui Lan berhati-hati dan pura-pura masih pingsan. Ia membuka sedikit matanya dan mengamati mereka yang dekat dengannya. Dilihatnya bahwa pedangnya kini tergantung di pinggang seorang laki-laki tinggi kurus yang mempunyai golok tergantung di punggung, itu orang inilah yang menangkapnya selagi ia tidur dan merampas pedangnya. Pada saat itu, seorang laki-laki gendut muka bopeng berusia sekitar lima puluh tahun mendekatinya, lalu meraba pipinya dan berkata.

"Ha, engkau akan menjadi selirku terbaru dan tersayang, Manis !"

Hui Lan tidak dapat menahan kesabarannya lebih lama lagi. Akan tetapi ia cerdik dan memaklumi bahwa ia terjatuh ke tangan orang-orang jahat yang mempunyai anak buah puluhan orang dan agaknya di antara mereka banyak pula yang memiliki ilmu silat tangguh. Maka ia tid ak mau sembarangan mengeluarkan kata kata. Ia harus memperhitungkan keadaannya. Ketika dua orang yang menggotongnya itu, yang agaknya memiliki tenaga kuat, memasukkan dan meletakkan tubuhnya dalam kereta kemudian Si Gendut Muka Bopeng itu juga masuk dan duduk di dekat tempat ia direbahkan telentang, mulailah Hui Lan menghimpun tenaga saktinya, perlahan- lahan membiarkan tenaga saktinya bergerak menyusup ke seluruh tubuhnya, kemudian mengumpulkannya ke dalam kedua pergelangan tangan dan kakinya.

Pada saat itu, agaknya Tong Koci pembesar gendut bopeng itu melihat ia mulai bergerak. Pembesar Tong membungkuk dan mendekatkan mukanya pada muka Hui Lan, hendak menciumnya dari berkata.

"Manisku, engkau sudah sadar? Mari ikut aku pulang dan bersenang-senang "

Tiba-tiba Hui Lan mengeluarkan suara pekik melengking yang amat nyaring dan belenggu kaki tangannya putus! Tangannya mendorong dan Tong Koo berteriak karena tubuhnya terlempar keluar dari tandu lalu terbanting jatuh ke atas tanah. Hanya terdengar bunyi "ngekkk!" dan pembesar itu tak bergerak lagi karena jatuh pingsan!

Tentu saja keadaan di situ menjadi gempar! Orang-orang tidak tahu apa yang telah terjadi dan mengapa tahu-tahu Pembesar Tong itu terlempar keluar dari Kereta.

Akan tetapi pada saat itu, berkelebat bayangan keluar dari kereta dan bayangan itu bukan lain adalah Hui Lan. Begitu keluar dari kereta, gadis perkasa ini langsung saja melompat dan menerjang ke arah Sin-to Hui-houw, tangan kirinya dengan dua jari meluncur ke arah pasang mata kepala perampok tinggi kurus itu. Gerakan Hui Lan amat cepat dan tidak terduga sehingga Sin-to Hui-Houw yang banyak pengalaman itu pun terkejut bukan main dan cepat menarik tubuhnya kebelakang dan kedua tangannya bergerak melindungi matanya yang terancam buta! Akan tetapi pada saa itu, tangan Hui Lan telah bergerak cepat ke arah pinggang kepala perampok itu dan tahu-tahu pedang Ceng-hwa-kiam milik gadis itu yang tadi dirampas oleh Sin-to Hui- houw kini telah kembali tangan Hui Lan!

"Keparat! Tangkap gadis liar ini!" Sin to Hui-houw berseru sambil mencabut goloknya. Lima belas orang anak buahnya juga mencabut golok dan mengepung Hui Lan. Bahkan juga lima belas orang per jurit pengawal Pembesar Tong sudah mencabut pedang dan ikut pula mengepung. Mereka marah melihat majikan atau atasan mereka dilempar keluar kereta. Hanya tiga bersaudara Sun Hente saja yang berdiri diam dan ragu. Ketika diangkat menjadi pengawal Tong Taijin, mereka sudah mengatakan kepada majikan mereka itu bahwa mereka tidak maudiperintah melakukan kejahatan dan pekerjaan mereka hanyalah melindungi Pembesar Tong. Tadi mereka terpaksa tidak dapat mencegah majikan mereka dilempar keluar karena hal itu sungguh terjadi tanpa ada yang menyangkanya, tadi, begitu melihat Tong Taijin terlempar keluar, mereka bertiga cepat Menghampiri dan memeriksa.

Ternyata Tong Taijin tidak menderita luka parah, Hanya terkejut dan terbanting sehingga jatuh pingsan. Mereka mengangkat tubuh pembesar itu dan merebahkannya di dalam kereta, dan kini mereka bertiga lalunya menonton karena sebagai murid-murid Thian-san-pai mereka merasa malu kalau harus mengeroyok seorang gadis remaja bersama lima belas orang anggauta perampok yang dipimpin Sin-to Hui-houw yang lihai, ditambah pula dengan lima belas orang perajurit pengawal pembesar kerajaan!

Sementara itu, Hui Lan berdiri tegak, alisnya berkerut, mulutnya membayangkan kemarahan, sepasang mata yang Indah Itu mencorong, dan pedangnya telah dihunus dan melintang depan dada, mengkilat kehijauan.

"Gadis Liar, menyerahlah engkau sebelum kami menggunakan kekerasan!" bentak Sin-to Hui-houw dengan na kemenangan karena dia telah mengepu gadis itu dengan tiga puluh orang anak buahnya dan perajurit.

"Manusia-manusia busuk, penge hinai" Kalian menangkap aku dengan cara yang curang dan kotor, menggunakan pembius! Hai, manusia-manusia rendah budi, sebelum aku memberi hajaran ke kepada kalian, katakan, mengapa kali melakukan kejahatan ini kepadaku!" Pertanyaan ini tidak ada yang menjawabnya karena Sin-to Hui-houw sendiri tidak mempunyai alasan yang kuat. Dia melakukan penangkapan atas diri Hui Lan hanya atas perintah Tong pembesar yang mata keranjang dan yang tergila-gila kepada gadis itu. Keadaan menjadi sunyi karena pertanyaan gadis itu tidak terjawab. Sin-to Hui-houw yang melihat tiga orang Sun Heng-te diam saja, bahkan tidak mau ikut mengepung padahal mereka adalah pengawal-pengawal Tong Taijin, segera berseru.

"Sam-wi Sun Heng-te, kenapa kalian diam saja? Jawablah pertanyaan gadis ini, mewakili Tong Taijin!"

Seorang di antara tiga bersaudara itu, yang tertua, menggelengkan kepala dan mennjawab lirih. "Kami juga tidak tahu karena kami hanya menjadi pengawal, tidak tahu betul akan urusan Tong Taijin ngan kalian atau dengan Nona ini."

Tiba-tiba Tong Taijin yang gendut itu Menjulurkan kepalanya keluar dari kereta. "Sun Heng-te, kenapa kalian diam saja? Tangkap gadis itu! la adalah seorang mata-mata pemberontak! Ketahuilah kalian semua bahwa ia adalah Ong Hui Lian, puteri dari Ong Su bekas Kepala kebudayaan Kerajaan Chou dan masih anggauta keluarga istana Chou. Nah, gadis ini sebagai keturunan keluarga Kerajaan Chou tentu menjadi mata-mata sisa orang-orang Chou yang memberontak!Karena itulah aku menangkapnya!" Dia berhenti sebentar untuk menenangkan pernapasannya yang terengah-engah. "Hayo kalian semua bergerak, tangkap mata-mata itu, hidup atau mati!"

Mendengar ini, semua orang bergerak menyerang Hui Lan yang berada dalam kepungan. Akan tetapi, tiba-tiba bayangan gadis itu berkelebatan, didahului si pedang yang hijau bergulung-gulung dan terdengar teriakan-teriakan kesakitan senjata para pengeroyok beterbangan beberapa orang pengeroyok roboh dengan lengan terluka goresan pedang atau roboh terkena tamparan tangan kiri atau tendangan kedua kaki mungil Hui Lan Kehebatan gerakan gadis ini sungguh mengejutkan semua orang. Dalam waktu singkat saja sepuluh orang di antara tiga puluh orang anak buah yang mengeroyok itu telah roboh! Sisanya menjadi jera dan menjaga jarak.

Kini tiga orang kakak beradik Sung Heng-te setelah mendengar ucapan Tong Taijin lalu mencabut pedang dan maju menghadapi Hui Lan Sin-to Hui-houw juga menggunakan goloknya menyerang sehingga Hui Lan kini dikeroyok empat orang yang memiliki ilmu silat cukup tangguh. Akan tetapi para anak buah kini hanya mengepung dari jauh dan merasa jerih untuk ikut maju menyerang setelah sepuluh orang rekan mereka roboh.

Han Lin yang mengintai dari puncak pohon bersama rajawalinya, kagum bukan main.

Kini dia tahu bahwa gadis itu ditangkap dengan obat bius dan dituduh menjadi

mata-mata, kini dikeroyok. Akan tetapi gadis itu lihai sekali sehingga Han Lin menjadi kagum dan tahu bahwa dia harus membantu dan melindungi gadis Itu. Mudah diketahui siapa yang jahat dalam peristiwa itu. Puluhan orang laki-laki mengeroyok seorang gadis! Hal ini saja sudah memudahkan Han Lin siapa yang harus dibelanya.

Akan tetapi melihat sepak terjang gadis itu, dia hanya menonton dengan kagum dan bersiap untuk menolong kalau gadis itu terancam bahaya. Perkelahian itu memang seru dan hebat sekali. Kini Hui Lan menghadapi lawan- lawan yang cukup tangguh. Empat orang pengeroyoknya tidak dapat disamakan dengan puluhan anak buah yang tadi mengeroyoknya. Ilmu pedang tiga orang bersaudara Sun Heng-te amat lihai, karena Thian-san-pai memang terkenal dengan ilmu pedangnya. Adapun Sin-to Hui houw tentu saja ahli bermain golok sehingga dia mendapat julukan Si Golok Sakti (Sin-to).

Gadis itu ternyata memiliki ilmu pedang yang hebat. Ini pun tidak aneh Ong Hui Lan adalah murid tunggal dari Tiong Gi Cinjin yang berjuluk Tu Kiam-ong (Raja Pedang dari Timur) dan sudah mewarisi ilmu pedang dengan baik ditambah lagi ia bersilat dengan Ceng hwa-kiam yang bersinar hijau. Tubuhnya berubah menjadi bayangan yang dilindungi gulungan sinar hijau sebagai perisai. Bukan saja ia mampu menghalau empat senjata lawan dengan sambaran sinar hijau yang menangkis, bahkan ia pun mampu membalas dengan serangan yang tidak kalah hebatnya.

Berulang-ulang terdengar bunyi berdentang dan tampak bunga api berpijar ketika sinar hijau itu bertemu dengan senjata empat orang pengeroyok.

Han Lin yang menonton dari atas pohon, harus mengakui bahwa ilmu pedang gadis itu sudah mencapai tingkat yang tinggi dan permainan pedangnya sungguh indah, mengandung kelembutan, namun memiliki daya tahan yang amat kuat. Karena melihat betapa gadis itu dapat mengimbangi pengeroyokan empat orong itu, Han Lin tidak mau turun tangan membantu.

Tiba-tiba terdengar Sin-to Hul-houw berseru nyaring. "Suhu...........! Bantulah aku !!"

Akan tetapi tidak terdengar jawaban. Si Golok Sakti berseru mengulangi perkataannya sampai tiga kali, barulah terdengar jawaban dari dalam pondok.

"Murid tolol! Bersama tiga orang mengeroyok seorang gadis muda masih tidak mampu mengalahkannya, betapa memalukan!" Suara itu terdengar parau dan dari dalam pondok muncullah seorang kakek yang usianya sekitar tujuh puluh tahun, mukanya penuh keriput dan tubuhnya kurus sekali, pakaiannya serba hitam dan dia memegang sebatang tongkat hitam yang mirip Ular.

Begitu tiba di depan pondok dia langsung saja menyerang Hui Lan yang sudah dikeroyok empat orang itu dengan tongkat ularnya. Dari atas Han Lin melihat betapa serangan kakek bongkok ini dahsy sekali. Walaupun tubuhnya kurus dan bon kok, namun ketika menyerang, gerakann mengandung tenaga dahsyat dan dari ujung tongkat ularnya itu tampak sinar menghitam. Han Lin terkejut, apalagi melihat gadis itu melompat ke belakang dengan kaget dan segera terdesak oleh empat orang yang mengeroyoknya. Baru satu kali serangan saja kakek itu telah dapat membuat Hui Lan terkejut mundur dan didesak para pengeroyoknya. Han Lin maklum bahwa kini keadaaan gadis itu terancam bahaya, maka dia pun segera melayang turun diikuti rajawali yang mengeluarkan pekik dahsyat.

Semua orang yang berada di bawah terkejut. Pada saat itu, Hui Lan terdesak dan kakek kurus bongkok yang lihai itu, yang bukan lain adalah guru Sin-to Hui-houw berjuluk Ban-tok Mo-ko (Iblis Selaksa Racun) sudah mendorongkan tangan kirinya ke arah Hui Lan yang sedang memutar pedang melindungi dirinya dari sambaran empat batang senjata pengeroyoknya. Uap hitam menyambar keluar dari telapak tangan kiri kakek itu.

"Syuuttt........... blarrr !" Uap hitam terdorong dan terpental kembali ke tangan

Ban tok Mo-ko yang menjadi terkejut sekali sekali dan dia sudah melompat ke belakang dan mengeluarkan seruan melengking.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment