Halo!

Si Rajawali Sakti Chapter 23

Memuat...

"Heiii........... curang !" Hunan Taihiap melompat ke atas panggung tanah

tinggi.

"Jangan mencampuri!" Tiba-tiba Tung Hai-tok juga melayang ke tempat itu dan begitu tangannya didorongkan ke arah Ciong Kauwsu, angin pukulan yang dahsyat menyambar. Ciong Hoat, Pendekar Hunan itu cepat menyambut dengan dorongan tangannya. Dua tenaga sakti jarak jauh saling bertemu.

"Wuuuttt............ desss !" Tubuh guru silat Ciong terdorong ke belakang. Dia

terkejut dan cepat turun kembali karena tidak ingin bermusuhan dengan Tung Hai- tok yang amat lihai. Tadi pun dia sama sekali tidak bermaksud untuk mencampuri atau mengeroyok. Dia hanya ingin protes karena Boan Su Kok bermain curang, menggunakan senjata rahasia dalam pertandingan. Sambil tertawa Tung Hai-tok juga melompat kembali ke tempat duduknya.

Boan Su Kok yang melihat lawannya sudah terluka, kini tanpa banyak cakap lagi sudah menerjang dengan pukulan mautnya setelah pisau itu otomatis masuk dan bersembunyi kembali ke dalam lengan baju.

"Remuk kepalamu!" bentaknya sambil menghantamkan tangan kanannya ke arah kepala Lai Ceng Gun yang masih sempoyongan dan tangannya mendekap dada yang luka mengucurkan darah.

"Wuuush........... plakkk! Ahhhhh !" Boan Su Kok melangkah ke belakang

dengan kaget dan memegangi tangan kanan dengan tangan kirinya karena tangan kanannya terasa panas sekali. Dia terkejut dan heran, akan tetapi terutama sekail marah bukan main melihat bahwa yang menangkis pukulannya tadi adalah seorang gadis cantik yang berdiri sambil tersenyum-senyum mengejek kepadanya.

Lai Ceng Gun yang baru saja diselamatkan oleh gadis yang tiba-tiba muncul dan menangkis pukulan Boan Su Kok tadi, menoleh kepada gurunya dan Ciong Kauwsu memberi isarat dengan tangan agar dia turun. Pemuda itu lalu melompat turun dan gurunya segera memeriksa luka di dadanya, lalu mengajaknya pergi dari situ.

Setelah mengamati gadis itu, Boan Su Kok hampir tidak percaya bahwa gadis itu yang tadi menangkis pukulannya. Gadis itu bertubuh sedang, ramping dengan pinggang kecil namun tubuhnya sintal dan padat dengan lekuk lengkung yang menggairahkan. Rambutnya hitam panjang dikuncir ke belakang dan diikat pita merah. Di dahi dan pelipisnya bergantungan anak rambut melingkar-lingkar.

Wajahnya berbentuk bulat telur, dagunya runcng. Sepasang matanya yang kedua ujungnya meruncing ke atas itu bersinar-sinar seperti bintang. Mulutnya selalu membayangkan senyum sinis, dengan bibir yang selalu merah basah tanpa gincu, hidungnya kecil mancung lucu. Pakaiarnnya serba hitam sehingga kulit lengan, Juga lehernya, tampak semakin putih mulus. Setelah kini melihat gadis itu ternyata amat cantik, apalagi mulut yang mungil itu tersenyum-senyum kepadanya, Boan Su Kok merasa semangatnya seperti melayang meninggalkan tubuhnya. Dia bukanlah seorang yang mata keranjang, akan tetapi melihat gadis secantik ini, seperti seorang dewi, laki-laki mana yang tidak akan terpesona? Akan tetapi dia dapat menenangkan hatinya dan dia pun melangkah maju sambil tersenyum menyeringai sehingga mukanya makin menyeramkan. Giginya tampak mengkilap berada di tengah wajahnya yang berkulit hitam arang itu.

"Nona, apakah engkau hendak mengikuti pi-bu? Menurut peraturannya, untuk menjadi penantangku engkau harus mengikuti pertandingan awal, mengalahkan para peserta lainnya lebih dulu. Kalau engkau keluar sebagai pemenangnya, barulah engkau berhak menjadi penantangku"

"Gadis itu bertolak pinggang. "Aku tidak ingin' mengikuti pibu, aku hanya ingin menantang siapa yang berani mengaku sebagai Thian-he Te-it Bu-hiap di sini! Karena aku baru datang, maka aku tidak tahu siapa yang menjadi juara yang akan mempertahankan gelarnya."

"Akulah juaranya, Nona. Aku, Boan Su Kok, dua tahun yang lalu merebut gelar Jagoan Nomor Satu dan sampai sekarang belum terkalahkan. Akulah sang juara!" Suara Boan Su Kok terdengar penuh kebanggaan dan dia membusungkan dadanya yang bidang dan kokoh.

Tiba-tiba gadis itu tertawa. Tertawa bebas lepas, tidak seperti para gadis lain di jaman itu kalau tertawa, tanpa suara dan menutupi mulut dengan tangan. Gadis ini tertawa terbahak seperti seorang laki-laki, bertolak pinggang, menengadahkan muka dan membuka mulut lebar-lebar, tubuhnya terguncang ketika tertawa.

"Ha-ha-ha-heh-heh-heh !!"

Boan Su Kok terpesona memandang mulut yang terbuka itu. Kalau sepasang bibir yang tipis dan penuh itu berwarna merah, ketika mulut itu terbuka, tampak rongga mulut yang lebih merah lagi dan ujung lidah yang runcing dan merah muda. Mulut yang menggairahkan dan suara tawa itu pun merdu seperti suara nyanyian.

Boan Su Kok merasa penasaran juga mendengar ada suara tawa pula menyambut tawa gadis itu dari mereka yang hadir. Suara tawa gadis itu demikian bebas dan jelas disebabkan oleh perasaan yang geli dan merasa lucu sehingga suara tawa seperti itu mudah menular, membuat orang-orang lain ikut tertawa walaupun mereka tidak tahu apa gerangan yang ditertawakan gadis itu!

"Nona, kenapa engkau tertawa? Apa yang kau tertawakan?" tanya Boan Su Kok penasaran.

Mendengar pertanyaan ini, tawa gadis itu semakin menjadi. Kemudian, diselingi mara tawa geli, ia memandang ke empat juru dan berkata kepada mereka yang menonton di situ.

"Haiii kalian semua mendengar itu? Monyet Muka Hitam ini menjadi

Pendekar Silat Nomor Satu Di Dunia?

Ohhh tidak. , heh-he-heh!" la menudingkan telunjuk kirinya ke arah muka Boan

Su Kok dan terkekeh lagi. Boan Su Kok tadi terpesona oleh kecantikan gadis itu, biarpun, sekarang marah, dia masih dapat menahan kemarahannya bahkan kini dia membalas penghinaan itu dengan bujukan. "Nona, aku merasa kasihan dan sayang sekali kalau sampai engkau mati atau terluka dalam pertandingan, maka jauh lebih baik engkau yang cantik ini menjadi isteriku saja karena aku juga belum bensteri!"

Gadis itu tidak menghentikan senyumnya yang kini tampak mengejek. "Boan Su Kok, Monyet Muka Hitam, jadi engkau belum mempunyai isteri? Kebetulan sekali, aku mempunyai peliharaan seekor lutung hitam, kiranya akan sepadan sekali kalau menjadi isterirnu!"

Kembali terdengar orang tertawa walaupun dengan hati merasa khawatir akan keberanian gadis rnuda belia itu. Gadis itu baru mulai dewasa, paling banyak delapan belas tahun usianya, akan tetapi berani sekali menghina dan mempermainkan seorang yang amat tangguh dan kuat seperti Boan Su Kok!

Boan Su Kok yang memang pada dasarnya bukan seorang mata keranjang, kini tidak dapat menahan kemarahannya lagi. Rasa kagum dan berahinya seketika lenyap, terganti kemarahan yang mendatangkan nafsu membunuh. Mukanya kini berwarna hitam sekali, matanya mencorong seperti api membara dan hidungnya mendengus- dengus seolah hidung seekor sapi yang marah dan mengeluarkan uap!

"Gadis kurang ajar! Kau tidak tahu orang mengalah dan bersikap baik kepadamu! Engkau memang patut dihajar dan jangan bersambat kalau aku merusak kecantikanmu dan membuat engkau berubah menjadi buruk rupa. Hiaaaaahhh !"

Boan Su Kok sudah menerjang dengan ganasnya, bagaikan seekor harimau menubruk kelinci, dia menerkam dengan kedua tangannya membentuk cakar harimau untuk menangkap dan mencabik-cabik kulit putih mulut itu.

"Aih, Monyet Muka Hitam menjadi gila dan ngamuk!" Gadis itu mengejek dan dengan gerakan yang ringan luar biasa bagaikan seekor burung terbang taja dara itu sudah mengelak sehingga tubrukan Boan Su Kok mengenai tempat kosong. Dengan gerakan cepat dan mulutnya mengeluarkan gerengan buas Boan Su Kok sudah membalikkan tubuh dan menyerang bertubi-tubi dengan cengkeraman, pukulan, diseling tendangan kakinya yang panjang.

"Haiiit, luput!. Hemmm, gerakanmu lamban sekali, Monyet Hitam! Apakah engkau belum makan?" Gadis itu dengan lincahnya mengelak dan tubuhnya seolah berubah menjadi bayangan yang berkelebatan cepat sehingga sukar diikuti pandang mata.

Semua serangan yang dilakukan oleh Boan Su Kok dengan gencar dan bertubi-tubi itu sama sekal tidak pernah dapat menyentuh ujung baj gadis itu sehingga Boan Su Kok menja semakin marah dan penasaran!

Setelah serangan gencar itu berlangsung dua puluh jurus lebih, tiba-tiba gadis yang masih selalu mengelak disertai suara tawa dan ejekan yang memanaskan hati, berseru.

"Monyet hitam rasakan ini!" Ia kini dengan gerakan yang luar biasa cepatnya membalas, tangan kanannya meluncur dan dua jari tangan kanan itu menyambar dan menusuk ke arah mata lawan. Boan Su Kok terkejut dan tentu saja dia tidak ingin matanya ditusuk jari sehingga buta Maka cepat dia mengangkat kedua tangan untuk menyambut tusukan itu sambil miringkan tubuh ke kanan.

"Wuuuttttt plakkk!" Tubuh Boan Su Kok terputar saking kerasnya tamparan

yang mendarat di pipi kanannya. Kiranya serangan tusukan ke arah mata tadi hanya pancingan belaka karena begitu Boan Su Kok menangkis dan memiringkan tubuh ke kanan, tangan kiri gadis itu dengan jari-jari terbuka menampar dan menghantam pipi kanan Si Muka Hitam.

Demikian kuatnya tamparan itu sehingga Boan Su Kok merasa seperti, diumbar halilintar dan tubuhnya terputar hampir terpelanting. Ketika dia dapat berdiri tegak kembali, tangan kanannya meraba pipinya yang menjadi bengkak dan giginya sebelah kanan ada yang tanggal. Juga ujung bibir sebelah kanan pecah berdarah.

Jagoan itu menggereng. Matanya mencorong buas dan kemarahannya sudah memuncak.

"Jahanam, kubunuh kau !!" geramnya.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment