Halo!

Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Chapter 36

Memuat...

"Orang tua punya jiwa patriot dan setia bangsa, seumpama dia memang diculik Lian Tin-san, disiksa dan diperas, aku yakin dia takkan membocorkan rahasia ini."

"Semoga begitulah adanya," kata Lu Tang-wan, "Kalau kejadian tidak sesuai dugaan kita, bencana mungkin lebih besar."

"Kenapa begitu?" tanya Lu Giok yau.

Lian Tin-san membegal Geng-kongcu, apa tujuannya? Hanya ada dua kemungkinan, satu, mungkin hendak merampas mutiara itu, dua, dia sudah mengetahui asal usul Geng-kongcu, tujuannya hendak diserahkan dan dilaporkan kepada pemerintah Kim untuk menerima pahala dan pangkat kedudukan."

"Kalau tebakan pertama benar, jelas Lian Tin-san adalah begal umum yang mencari nafkah untuk kepentingan sendiri. Kalau dugaan kedua berarti dia telah menjadi antek penjajah Kim. Aku sudah bermusuhan dengan dia, apakah bencana ini tidak terlalu besar bagi kita?"

Lu-hujin ikut menimbrung, "Famili rudin itu apa tidak mungkin membeberkan kedua rahasia itu kepada musuh ?''

"Menurut aturan tidak mungkin. Seumpama benar famili rudin itu diculik Lian Tin san, jelas tujuan Lian Tin-san adalah kemaruk harta."

"Kenapa begitu?" tanya Lu-hujin, "Pakaiannya butut dan penuh tambalan, dia berani menginjak Hou-wi Piauwkiok, bagi seorang begal besar yang punya pengalaman dan pandangan tajam tentu tahu bahwa dia menggembol harta pusaka, kalau tidak mana mungkin bisa menggerakkan hati Bing Thing."

"Dan lagi, demi hidup gamini rudin itu membuka rahasia mutiara mahal saja, sudah tentu ia tidak mau seluruh keluarganya ditumpas habis dengan seakar-akarnya, kalau mengatakan rahasia lain yang lebih penting ?"

Lu-hujin manggut manggut maklum, katanya : "Kalau begitu, semoga Lian Tin-san hanya kemaruk harta." nada perkataannya kedengaran tersekat-sekat dan ragu-ragu, dalam hati ia membatin : "Semoga famili rudin hanya diculik dan diperas keterangannya mengenai mutiara itu saja."

"Benar," kata Lu Tang-wan, "Kalau bukan karena kemaruk harta, berarti Lian Tin-san sudah mengetahui siapa sebenarnya Geng-kongcu itu, atau mungkin secara diam diam ia sudah diperalat oleh penjajah Kim, pihak musuhlah yang mengutusnya kemari. Tapi, bila dugaan ini benar, pantasnya ia tidak perlu menculik famili rudin itu."

Lu Giok-yau segera menyela : "Ayah, kaupun tidak perlu kawatir. Peristiwa ini sudah berselang sepuluh tahun, Lian Tin san baru sekarang datang. Kalau dia memang diutus pihak penjajah Kim serta mengetahui rahasia Geng-kongcu, mana mereka membiarkan kita hidup aman tentram selama sepuluh tahun ini ?"

"Akupun berpendapat demikian," ujar Hong-thian-lui, "Lian Tin-san memukul aku, sudah tentu aku sakit hati terhadapnya. Namun sepak terjangnya hari ini, dia datang menuntut balas dengan peraturan kaum persilatan, kemungkinan besar dia tidak diperalat dan menjadi cakar alap alap kerajaan Kim."

"Kalian memang benar," demikian kata Lu Tang-wan, "Tapi, aku belum dapat menyelami tindak tanduk Lian Tin san, aku selalu curiga dan was-was. Karena itu aku tidak pernah menyinggung permusuhan dengan Lian Tin san pada orang lain."

Lu Giok-yau tertawa geli, godanya : "Ayah, kulihat tahun-tahun belakangan ini kau semakin menjadi penakut !"

"Sebagai manusia hidup dalam jaman tidak aman sudah jamak kalau berlaku hati hati dan waspada." demikian ujar Lu Tang-wan, sebentar ia merenung lalu melanjutkan, "Sudah beberapa tahun aku tidak kelana di Kangouw. Ling hiantit, setelah luka-luka sembuh, aku ingin keluar pintu."

"Ayah, untuk urusan apa?" tanya Lu Giok-yau.

"Pertama untuk menyambangi paman Lingmu. Tiat-wi mendapat luka dirumah kami paling cepat setengah tahun baru bisa pulang, aku memberi kabar kepada ayahnya supaya mereka tidak kawatir. Tujuan kedua aku ingin ke Taytoh menemui Liok-pangcu dari Kaypang. Pihak Kaypang punya berita yang paling cepat mungkin mereka bisa bantu menyelidiki seluk beluk diri Lian Tin-san."

Sebetulnya masih ada sebab lain yang tak enak dikatakan. Yaitu ia ingin membicarakan pernikahan Hong-thian lui dengan putrinya dengan ayah Hong-thian-lui. Soal pernikahan ia belum bisa memberi keputusan, maka ia harus tunggu setelah luka-luka Hong thian-lui sembuh sembari ulur waktu untuk memberi keputusan. Didalam jangka beberapa lama itu, dia akan memberi penilaian apakah sepasang muda mudi ini punya hoby yang sama serta cocok satu sama lain. Dan yang terpenting apakah Ling Tiat-wi setimpal menjadi mantunya.

Sudah tentu Hong-thian lui tidak tahu bahwa orang punya maksud tertentu. Katanya: "Paman tidak usah kawatir akan diriku, sejak kecil aku sudah biasa dihajar, luka-lukaku pasti sembuh dalam waktu dekat. Bukankah paman punya urusan penting, janganlah ditunda karena siautit. Keluarga kalian begitu baik terhadapku, bila sampai mengganggu urusan paman, wah, tentu hatiku tak bisa tentram."

"Kau sendiri bantuan yang sangat berarti kepada kami sehingga terluka berat begini, akulah yang harus banyak terima kasih kepada kau. Legakan hatimu dan rawatlah luka lukamu dengan tentram disini. Betapa pun semuanya itu kita harus tunggu setelah kau sembuh baru aku memberi kabar gembira kepada ayahmu.'' kabar gembira yang dia ucapkan ini punya dua arti yang berlainan, Hong-thian-lui tidak maklum namun bagi Lu hujin sangat menusuk telinga, ia paham kemana juntrungan kata-kata suaminya, diam-diam ia gundah, pikirnya: "Kalau dia berkukuh hendak menjodohkan putrinya kepada bocah gendeng ini, bagaimana baiknya ? Bocah ini berbudi kepada keluarga kami, watak dan karakternya memang boleh, ai, tapi tidak setimpal dibanding keponakanku yang terdekat itu.''

Diluar dugaan kesehatan Hong-thian-lui pulih kembali dengan cepat, perhitungan semula kira-kira setengah tahun baru bisa bergerak dan jalan, tapi dua bulan kemudian dia sudah turun ranjang.

Dalam jangka dua bulan ini sudah tentu Lu Giok-yau selalu berada disamping pembaringannya merawat sakitnya. Demikian juga Khu Tay-seng sering datang menanyakan kesehatannya. Hong-thian lui seorang polos dan jujur, ia anggap orang sebagai kawan karib.

Hari itu Hong-thian-lui memberanikan diri jalan-jalan di pekarangan, ulur tangan angkat kaki melemaskan otot dan tulangnya. Lu Giok-yau selalu mendampinginya, melihat dia bergaya main silat, setiap gerak tangan kakinya mengeluarkan angin menderu, ia menjadi girang, serunya : "Ling-toako, kesehatanmu sudah pulih kembali !"

Didalam pekarangan itu ada tersedia beberapa alat besar untuk latihan silat, saking bernafsu dan senang, Hong thian-lui lantas berkata : "Biar aku coba-coba."

Lu Giok-yau tak sempat mencegah, tahu-tahu Hong-thian lui sudah angkat batu latihan itu tinggi diatas kepalanya.

"Hai, lekas letakkan, nanti luka-lukamu kambuh lagi !" teriak Lu Giok-yau gugup, belum lagi ucapannya selesai, tampak Hong-thian-lui lempar batu besar itu ketengah udara lalu ditangkap dengan kedua tangan dan diletakkan kembali ditanah. Keruan Lu Giok-yau menjerit kaget dan ketakutan.

Setelah hilang rasa kejutnya Lu Giok-yau menjadi girang, serunya : "Ling Toako, kau bertubuh besi berotot kawat, biasanya aku tidak kuat mengangkat batu ini, namun kau mampu mengangkatnya seenteng kapas."

"Ah, masih terpaut jauh sekali." ujar Hong-thian-lui, "biasanya aku tidak keluarkan banyak tenaga untuk menarikan sepasang batu begini besar. Hari ini aku hanya mampu mengangkatnya saja, kelihatannya Lwe-kangku baru pulih tiga bagian saja."

"Tiga bagianpun sudah hebat." demikian puji Lu Giok-yau menghela napas. "Kau tahu, tabib sakti she Yap itu waktu memeriksa kau bilang kau harus berbaring setengah tahun baru dapat turun ranjang. Kau percaya tidak?"

Perasaan Hong-thian-lui menjadi lapang setelah menjajal tenaganya. Katanya: "Aku sudah sebal berbaring dua bulan diatas ranjang, latihan silatku menjadi terlantar, mulai hari ini aku harus mulai berlatih lagi."

Lu Giok-yau juga menjadi girang, katanya; "Ling-toako, ilmu pukulan yang kau gunakan untuk merobohkan Lian Tin-san itu sungguh menakjupkan. Kulihat setiap kau lancarkan pukulan tentu membentak pula. Mungkin Lian Tin-san sendiri merasa kupingnya hampir pecah. Apakah menjadi keharusan ?''

"Ilmu yang kulatih bernama Bit le-ciang (pukulan geledek), bentakan itu bukan saja untuk menambah perbawa juga semacam saluran Lwekang yang punya daya kekuatan khusus. Menurut Suhu merupakan dari aliran Hud-bun (aliran Budha) yang dinamakan Say-cu-hong (auman singa), gunanya untuk menyedot semangat lawan. Sungguh menyesal, bentakan hari itu mungkin mengejutkan kau?"

"Tidak. Aku malah ketarik. Ling-toako, apakah kau mau mengajarkan kepadaku?"

Hong-thian-lui menjadi geli, ujarnya : "Sebagai kaum hawa kalau berkelahi gembar gembor, apakah tidak takut ditertawakan orang ?"

Lu Giok yau berkata cemberut : "Ibu sering bilang aku budak liar. Memangnya aku ini gadis liar kenapa takut ditertawakan orang. Kau tak sudi ajarkan kepada aku ya sudah."

"Tidak, bukan begitu maksudku, jangan kau salah paham." cepat Hong thian lui membujuk, "aku ingin punya teman berlatih. Tapi soal mengajar mana aku berani. Ginkang dan gerak gerikmu jauh lebih unggul dari aku, akupun ingin belajar padamu, apa kau sudi ajarkan padaku?"

"Bagus, baiklah dengan ajaran Ginkang itu aku barter dengan ilmu pukulanmu, kami sama sama guru tapi juga sama murid."

Dalam hati Hong thian lui tertawa geli: "kau kira Bit le ciang mudah dipelajari, hanya melatih Iwekang dasarnya saja harus berlatih tiga tahun." namun demi mengambil hati Lu Giok yau, dengan riang ia mainkan pukulan Bit-le ciang.

Ternyata daya tangkap Lu Giok yau tajam luar biasa, sekali lihat lantas berkata: "Hebat, marilah kita coba bersama. Tentang Ginkangku didalam setiap jurus permainanku nanti akan kuberikan petunjuk seperlunya kepada kau." dia merasa punya bidangnya sendiri untuk memberi petunjuk kepada Hong-thian-lui, hatinya sangat gembira dan bangga.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment