"Ayah, kisahmu ini belum selesai. Sebetulnya bagaimana asal-usul Geng kongcu itu?"
"Kau tak usah gugup, biar kuceritakan pelan pelan." setelah menenggak air teh ia melanjutkan : "Giok ji, hari ini kaudapat hidup mewah dan senang begini, sebetulnya karena rejeki yang diberi Geng kongcu."
Lu Giok yau teringat, katanya, "Memang waktu kecil kuingat kita tinggal digubuk yang reyot, tiba tiba kita pindah di gedung besar yang bertembok tinggi. Tahun itu....." dengan jarinya ia menghitung lalu melanjutkan, "Tepat pada sepuluh tahun yang lalu, ayah, jadi karena kau menolong Geng-kongcu, maka dia membalas kebaikanmu. Tapi bukankah kau pernah mengatakan dia sebagai pelajar rudin?"
"Sebetulnya Geng-kongcu punya asal usul besar, tapi rumah ini bukan pemberian Geng-kongcu. Giok ji, seharusnya kau dapat ingat siapakah orangnya?" nada ucapannya puas dan senang sekali.
"O, jadi paman Bing Thing?"
"Tidak salah, memang Bing Thing." sahut Lu Tang wan, teringat akan masa lalu ia tersenyum simpul, katanya : "tahun itu, waktu aku pulang merawat luka-lukaku, tahu tahu gubuk lama kita sudah hilang; dan berganti sebuah rumah gedung bertembok tebal dan tinggi, sudah tentu aku sangat heran dan kaget. Setelah bertemu dengan ibumu baru aku tahu Bing Thinglah yang membangun untuk kami."
Lu hujin lantas menimbrung : "Bing Thing suruh orang mengantar seribu tail mas, sebetulnya aku tidak berani terima, suruhan itu berkata bahwa jumlah sebesar ini adalah hasil tabunganmu diperusahaan Bing Thing minta aku menerima, keruan aku gopoh, heran dan takut."
Lu Tang-wan berkata : "Setelah sembuh sengaja aku pergi ke Lokyang mengembalikan seribu tahil mas itu kepadanya. Bing Thing terbahak bahak dan berkata : "Ini adalah honor yang harus kau terima setelah menjalankan tugas, hak milikmu sendiri kenapa kau kembalikan kepada aku?" Aku berkata, "Bukankah kaupun tidak menerima ongkos dari Geng kongcu?" Dia berkata : "Obyek pekerjaan ini, kadang kala menerima uang yang tidak semestinya kuterima. Umpama seribu tail mas pemberian Han Tay-wi itu seharusnya tidak boleh kuterima. Sekarang seribu tail mas itu kuberikan kepada kau, paling untuk menentramkan hati dan sekedar balas jasa belaka. Kalau kau tidak mau terima, kau tidak pandang mukaku lagi." apa boleh buat terpaksa dengan rasa terima kasih yang tak terhingga kuterima honorarium itu. Karena aku bantu Bing Thing melindungi Geng kongcu, maka aku menerima balas jasa yang cukup besar, maka menurut hematku, hari ini kita bisa hidup berkecukupan tidak lain adalah berkat pertolongan Geng-kongcu itu."
Lu Tang wan mengeduk cerita pengalaman masa lalu, bagi pendengaran Hong-thian-lui menusuk kuping, dalam hati ia membatin: "Dimulut saja paman Lu bilang tidak suka uang, tapi setelah menerima seribu tail uang mas itu, betapa senang hatinya."
Agaknya Lu Giok yau juga tidak sabar, segera ia menukas pembicaraan ayahnya : "Yah, urusan tidak begitu perlu, kelak kau ceritakan lagi. Sekarang ceritakan yang penting saja."
"Soal penting yang mana ?" tanya Lu Tang-wan.
"Sebetulnya bagaimana asal usul Geng-kongcu itu. Sudah sekian lama kau mengobrol belum menyinggung persoalan ini."
"Budak lemah macam kau kiranya juga berwatak keras, baiklah, kau ingin lekas tahu sekarang juga ceritakan." sampai disini dengan kalem ia menuang secangkir teh lalu diminumnya pelan pelan, akhirnya baru melanjutkan : "Apa kau pernah dengar nama Geng Ciau?"
"Apakah Geng Ciau yang punya julukan Kanglam Tayhiap itu ?" sela Hong-thian lui.
"Tidak salah, Kanglam Tayhiap itu adalah ayah Geng-kongcu itu."
"Wah, semakin membingungkan, sebagai putra Kanglam Tayhiap, kenapa dia tidak pandai silat?" demikian tanya Giok-yau.
"Mungkin sengaja menyembunyikan kepandaiannya." begitulah tambah Hong thian-lui.
"Bukan begitu, ribuan li kami jalan bersama berkumpul dua bulan lamanya, kalau dia bisa main silat betapapun takkan dapat mengelabui mataku," demikian jawab Lu Tang-wan.
Hong-thian Iui lantas berpikir dengan cermat, ia rasa rekaannya memang kurang beralasan. "Kalau Geng kongcu betul betul berkepandaian silat, dalam situasi yang tegang dan gawat itu, masa dia mau berpeluk tangan menonton saja, begitu tega ia melihat Bing Thing dan paman Lu menjual jiwa bagi keselamatannya sendiri."
Terdengar Lu Tang-wan tertawa lebar, katanya : "Kalian tidak perlu main tebak lagi, biar kuberi tahu. Dalam hal ini memang ada sebabnya."
"Sebelum Geng-kongcu diantar Bing Thing ke Kanglam, dia belum pernah jumpa ayahnya sejak lahir."
"Waktu ibunya mengandung, jaman itu sedang kalut dan geger peperangan. Tatkala itu, Geng Ciau berada dimarkas Panglima besar Lu King-bun di kerajaan Song selatan, suatu ketika ia mendapat perintah untuk menyelundup ke utara menjadi mata-mata, setelah melangsungkan pernikahan dikampung halamannya menurut rencana suami istri bersama hendak menuju ke Kanglam, tapi istrinya sudah bunting. Peperangan telah terjadi, maka ia harus kembali memberi lapor sebelum masa tugasnya selesai."
"Istrinya sudah bunting tua, terpaksa Geng Ciau berpesan, dan menitipkan kepada sanak pamilinya untuk merawat ibu beranak itu, menurut perhitungannya setelah keadaan tentram ia akan kembali menjemput mereka. Tak duga peperangan berlangsung dari bulan ketahun, setelah perang antara Kim dan Song, pasukan Mongol juga menyerbu ke dataran Tionggoan. Sebagai seorang pejabat penting dalam ketentaraan di kerajaan Song selatan, makin tidak leluasa meninggalkan kedudukannya itu."
"Setelah Geng-kongcu berumur tiga tahun, ibunya baru mendapat berita dari seorang pedagang yang baru pulang dari Kanglam, katanya Geng Ciau mendapat luka parah dalam suatu pertempuran, keadaannya sangat gawat. Mendengar kabar jelek ini, sudah tentu Geng hujin menjadi gugup dan gelisah. Tapi situasi sangat genting dimana-mana pasukan musuh tersebar dan merajalela mengganggu rakyat jelata, seumpama ia dapat mengelabui musuh, betapapun ia tidak akan bisa membawa bocah umur tiga tahun menyebrangi sungai besar untuk pergi ke Kanglam."
"Apa boleh buat, terpaksa Geng-hujin menitipkan putranya kepada sanak kadangnya, seorang diri ia pulang ke Kanglam untuk mencari suaminya. Sebentar saja tiga belas tahun sudah berlalu, bukan saja suami istri itu tidak pernah pulang kekampung halaman menyampaikan beritapun tidak. Oleh karena itulah, meski ayah bunda Geng-kongcu ini punya kepandaian silat yang tinggi, tapi dia sendiri tidak bisa main silat, dikampung dia hanya belajar sastra."
"O, ibunya juga seorang pendekar ?" tanya Lu Giok-yau.
"Benar, Geng-hujin adalah adik misan Geng Ciau sendiri, she Cin bernama Liok-giok. Dua puluh tahun yang lalu iapun seorang pendekar yang punya nama dikalangan Kangouw."
Hong-thian lui berkata: "Elang hitam Lian Tin san hendak membegal Geng-kongcu, apakah ia sudah tahu asal usul Geng-kongcu ?"
"Mengenai hal ini aku sendiri juga kurang paham." Demikian jawab Lu Tang-wan, "Waktu Geng-hujin pulang keselatan ia meninggalkan serenteng mutiara untuk putranya. Mutiara ini merupakan warisan keluarganya, harganya tak ternilai. Tapi tujuan Geng-hujin adalah untuk menjaga segala kemungkinan belaka, mutiara itu kelak akan menjadi tanda pengenal supaya ayah bunda dan sang putra dapat berkumpul kembali kelak."
"Waktu usia Geng Tian menanjak enam belas, sanak familinya yang rudin itu membawanya ke Hou-wi Piaukiok untuk menemui Congpiauthiau Bing Thing, katanya ada urusan penting yang harus langsung dibicarakan dengan Bing Thing. Kejadian macam ini sudah sering terjadi dalam perusahaan pengangkutan maka Bing Thing tidak merasa heran, di kamar rahasianya ia temui mereka."
"Tamu itu menjelaskan asal usul Geng-thian kepada Bing Thing lalu mengeluarkan serenteng mutiara berharga itu, katanya; "Aku seorang rudin tak mampu membayar ongkos. Kalau Congpiauthau sudi mengantar bocah ini ke Kanglam, mutiara ini adalah peninggalan ibunya, silakan ambil sebagai ongkos perjalanan."
"Sudah tentu Bing Thing tidak mau terima, ia bergelak tawa, tanyanya kepada tamu itu; "Kau dan aku belum pernah kenal, kenapa kau berani membeberkan rahasia ini kepada aku? Apakah tidak takut ditumpas seluruh keluargamu?" harus diketahui Geng Ciau merupakan panglima besar pasukan kerajaan Song selatan yang menduduki sepanjang jalur sungai Tingkang, kalau soal ini bocor dan dilaporkan kepada pihak musuh, sanak kadang yang berani menyembunyikan Geng-kongcu mungkin dihukum mati seluruh sanak familinya, apalagi menyimpan serenteng mutiara tak ternilai."
"Tamu itu menjawab: "Meskipun kami belum pernah kenal, namun ketenaran Bing-piauthau sebagai pendekar, sudah tersebar di seluruh pelosok dunia, siapa yang tidak tahu nama harummu? Kalau aku tidak mempercayai kau mana berani berkunjung ke Hou-wi Piaukiok?''
"Bing Thing bergelak tawa pula, katanya: "Pujianmu aku tidak berani terima. Tapi kau hendak bayar ongkos kepadaku berarti kau pandang rendah diriku," saat itu juga ia bekerja, kalung mutiara itu ia sembunyikan kedalam baju tebal Geng Tian yang butut lalu dijahit lagi."
"Rahasia ini hanya Bing Thing saja yang tahu. Tiga tahun kemudian setelah aku bertemu kembali dengan Bing Thing baru dia menceritakan kepadaku."
Begitu asyik Hong thian-lui mendengarkan, tanpa terasa ia menghela napas dan merasa kagum : "Bing lopiauthau memang pendekar yang perwira. Tapi sanak kandung Geng-kongcu itupun boleh dianggap seorang pahlawan bangsa yang harus dipuji pula."
Lu Tang wan menghela napas, ujarnya: "Sayang pahlawan bangsa ini akhirnya menghilang jejaknya, entah sembunyi atau mengalami bencana."
Hong thian lui terkejut, tanyanya: "Apa dia mengalami bencana?"
"Setelah Bing Thing mengantar Geng-kongcu dan kembali dari Kanglam, ia pernah mencari guru sekolahan kampungan itu untuk memberi kabar gembira. Tak duga balai sekolahan itu sudah tutup, menurut orang kampung sejak mengantar Geng-kongcu ke kota, guru Lu tak pernah kembali lagi. Bing Thing sangat kawatir, mungkin dia diculik gerombolan Lian Tin san."
"Semoga Thian memberkahi umatnya yang bijaksana dan memberikan jalan terang dan keselamatan padanya,'' demikian Lu Giok yau lantas berdoa.
Lu Tang-wan lantas melanjutkan, "Kejadian ini terjadi sebelum Lian Tin san menjalankan operasinya, memang mungkin orang itu tidak kuat disiksa lalu membocorkan rahasia kalung mutiara itu, sehingga Lian Tin-san mencegat dan membegal."