Halo!

Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Chapter 27

Memuat...

Begitu masuk keruang perjamuan, kedua orang ini lantas duduk dengan tingkah laku sombong dan takabur, diajak bicara malah mendongak acuh tak acuh, menjawab pertanyaan orangpun hanya mendehem saja tanpa buka mulut.

Tamu tamu yang hadir adalah tokoh-tokoh silat yang punya nama dan kedudukan, begitu sombong dan tak punya sopan santun lagi kedua guru murid ini sehingga para tamu menjadi sebal dan gemas.

Semula mereka sangka kedua guru murid ini adalah sahabat karib Lu Tang-wan, menggebuk anjing juga harus pandang muka sang majikan, maka menghadapi sikap sombong dan tidak mengenal aturan ini mereka hanya dongkol dan gemes saja tanpa berani menegur.

Tengah para tamu mereka-reka, tampak Lu Tang-wan sudah melangkah lebar dari dalam.

Tampak alis Lu Tang-wan bertaut, katanya dingin : "Tak nyana Hek-ing yang kenamaan sudi bertandang kegubukku ini !"

Semua hadirin menjadi kaget mendengar ucapan tuan rumah, "Jadi orang ini adalah Hek-ing (elang hitam) Lian Tin-san ?"

Ternyata Lian Tin-san adalah begal tunggal yang paling kenamaan pada masa ini. Tapi meski namanya tenar menggetar Kangouw namun jarang orang kenal dia. Soalnya dia malang melintang seorang diri, selamanya belum pernah kerja sama dengan orang lain. Setiap kali melakukan kerja besar selalu dengan caranya sendiri, sehingga si korban tak berani lapor atau menyiarkan kejahatannya.

Orang-orang Kangouw tahu wataknya kejam dan bertangan gapeh, ilmu silatnya tinggi, namun betapa tinggi kepandaiannya tiada seorangpun yang tahu.

Setelah ditegur, pelan pelan Lian Tin-san bangkit, katanya : "Kau merayakan ulang tahunmu yang ke 60, mana boleh aku ketinggalan ikut merayakan ?"

"Banyak terima kasih," jengek Lu Tang-wan. "Silakan bicara terus terang saja! Apa maksud kedatanganmu."

Lian Tin san bergelak tawa, serunya : "Baiklah, mari bicara secara gamblang saja, pertama kedatanganku ini memang menyampaikan selamat ulang tahun kepada kau, tujuan yang lain ..."

"Tujuan lain adalah membuat perhitungan lama bukan ?" bentak Lu Tang wan dengan bengis.

Lian Tin-san menyeringai dingin, katanya kalem: "Kata katamu terlalu berat didengarkan. Memang, dulu kita pernah berselisih, tapi tak perlu diperhitungkan. Bicara terus terang, aku orang she Lian bawa muridku yang tak becus ini, tak lain hanya untuk meramaikan perayaan ulang tahunmu, bertanding silat dihadapan para sahabat saja !"

"Bertanding silat atau membuat perhitungan sama saja akan tetap kulayani. Coba jelaskan cara bagaimana bertanding !"

"Bagus, cukup tegas ucapanmu, kalau begitu marilah buat sebuah perjanjian dulu !" demikian tantang Lian Tin-san.

"Menentukan janji apa? Katakan?"

"Kalau aku kalah, aku menyembah dan menyampaikan selamat ulang tahun kepada kau. Sebaliknya bila kau kalah, maaf, maka kaupun harus berlutut dan menyembah tiga kali kepadaku. Tiga ganti tiga cukup adil bukan."

Dengan nama dan kedudukan Lu Tang-wan mana sudi berlutut dan menyembah pada orang? Kalau sudah berlutut nyembah sekali atau tiga kali sama saja. Jelas Lian Tin san hendak menghina dia dihadapan sekian banyak orang.

Diam diam Lu Tang wan menerka dalam hati: "Dia mengasingkan diri selama sepuluh tahun baru datang menantang perang, tentu punya ilmu yang cukup lihay, jangan aku terjebak oleh muslihatnya." maka dengan menahan gusar ia tenangkan pikiran dan kerahkan tenaga murni katanya: "Baik akan kulayani setiap tantangan." Karena ruang perjamuan itu penuh sesak maka Lu Tang-wan ajak ia bertanding diluar pekarangan.

Tapi Lian Tin san tidak bergerak, "Nanti dulu !" katanya sembari tertawa sinis.

"Apa apa lagi, lekas katakan!"

"Teng ngo, kemarilah !" Lian Tin san menunjuk pemuda yang datang bersamanya serta berkata lagi: "Inilah Teng ngo. Teng ngo waktu datang tadi apa yang pernah kukatakan padamu."

Pemuda itu menjawab dengan sikap hormat : "Kau orang tua suruh aku belajar kepadanya menambah pengalaman."

"Tidak salah. Lekas kau minta pengajaran kepada Lu-loenghiong !"

Betapapun sabar Lu Tang-wan sekarang menjadi berkobar amarahnya, desisnya : "Lian Tin- san, berani kau menghina kepada aku."

Lian Tin san terbahak-bahak, ujarnya : "Saudara tua, jangan kau salah paham. Aku minta kau memberi petunjuk padanya, bukan minta kau beri pengajaran. Sudah tentu lebih baik kalau kau sendiri sudi terjun kegelanggang, buat dia sungguh sulit diharap malah."

Lu Tang-wan sudah bicara, cara apapun yang diajukan pasti dilayani, terpaksa ia tahan sabar, katanya: "Tak perlu banyak bacot, bagaimana aku harus memberi petunjuk kepadanya ?"

Lian Tin-san berkata pelan-pelan, "Kudengar kau punya empat murid dan seorang keponakan laki-laki yang sudah kelana di Kangouw, diapun terhitung setengah muridmu, tadi pernah kukatakan, kami hanya ingin bertanding mencari persahabatan di-hadapan sekian banyak orang. Kalau hanya aku bertanding melawan kau saja, bukankah terlalu mengenyampingkan mereka para angkatan muda. Merekapun perlu belajar kenal kau !"

"O, jadi maksudmu, murid lawan murid, guru lawan guru ?" Lu Tang-wan menegaskan. Diam diam ia berpikir : "Walau pemuda ini kelihatan penyakitan, bermuka kuning dan kurus kering, tapi Thay-yang hiatnya menonjol keluar, jelas Lwekangnya sudah cukup matang dan kuat. Keempat muridku itu mungkin bukan tandingannya, hanya Tay-seng yang mungkin dapat mengimbangi !"

Terdengar Lian Tin-san berkata : "Angkatan muda dari para sahabat atau sanak kandangmu, bila ingin memberi petunjuk pada muridku, kami sambut dengan senang hati."

Sementara itu Ko Teng-ngo sudah berada di pekarangan, dengan bertolak pinggang ia berseru : "Angkatan muda dari perguruan Lu-loenghiong sangat banyak, untuk menyingkat waktu, kuharap mereka bisa maju bersama."

Lian Tin-san lantas menanggapi, "Benar, satu persatu terlalu makan waktu, lebih baik maju bersama saja. Tujuan muridku dengan adu silat mencari persahabatan. Seumpama beruntung dia menang, betapapun kepandaiannya masih kurang sempurna, selanjutnya masih diharap saudara Lu tidak kikir memberi petunjuk padanya."

Keruan ocehannya menimbulkan reaksi pada empat murid Lu Tang-wan, serempak mereka tampil kedepan dengan marah marah.

"Baik, keparat ini berani membual, biar aku hajar dia." murid nomer tiga bernama Lu Kang yang paling berangasan memburu keluar, diapun salah seorang keponakan Lu Tang-wan.

"Hai, biar aku dulu yang maju!" murid terbesar Tio Gak berteriak.

Murid kedua Hoa Tai dan murid keempat Ciu Im hampir bersama juga memburu keluar, satu berteriak, "Potong ayam masa perlu golok kerbau, Toa suheng, biar aku dulu!" yang lain membentak: "bocah keropos, belum bertanding sudah bicara besar! Akulah murid yang paling rendah kepandaiannya, belum tentu kau dapat merobohkan aku !"

Keempat murid ini belum punya pengalaman Kangouw, mereka merubung bersama, Lu Tang wan mengerutkan kening, baru saja ia hendak mencegah, namun sudah terlambat.

Sebelum murid keempat Ciu Im habis bicara, mendadak terasa pandangannya kabur. Murid Lian Tin-san yang bemuka kuning berpenyakitan bertubuh kurus kering itu tahu-tahu sudah menubruk kehadapannya.

Meski pucat kuning muka Ko Teng-ngo, namun gerak geriknya ternyata sebat dan mengagumkan. Terdengar ia mengejek dingin, belum hadirin melihat jelas gerakan apa yang dia lancarkan "Blang!" tahu-tahu Ciu Im sudah terlempar setombak lebih.

Sejak tadi Lu Tang-wan sudah melihat kepandaian pemuda kurus ini cukup tinggi, tapi tidak nyana begitu lihay, keruan ia kaget, batinnya: "ltu kan gerak tipu Hun-kin joh kut yang bersumber dari Tay-kim-na jiui Hun-kin-joh kut masih mending, jelas iapun menggunakan kekuatan Siau-thian-sing-ciang lat. Agaknya Khu Tay-seng juga belum tentu menandingi dia. Keempat muridku ini jelas bakal bikin malu saja!"

Hampir dalam waktu yang sama keempat muridnya itu merangsak maju, begitu Ciu Im kecundang, murid terbesar Tio Gak dan murid kedua Hoa Tai juga sudah menerjang tiba. Betapapun Lu Tang-wan harus jaga gengsi dan nama baiknya, dalam keadaan begini tak bisa dia suruh muridnya mengundurkan diri.

Ko Teng-ngo terbahak-bahak, serunya: "Nah, kan begitu, kalian maju bersama saja !" seiring dengan gelak tawanya, ia turun tangan secepat kilat, dengan tipu Im-yang-siang- ciang, tinjunya menjotos muka Tio Gak. Sebagai murid terbesar, Tio Gak boleh dibanggakan, sigap sekali dia gunakan Hong-tiam-thiau untuk menghindar, berbareng kedua lengannya bersilang terus lancarkan Heng ka-kim liang, serangan yang mengandung pembelaan diri. Dalam waktu yang sama tinju murid kedua Hoa Tai juga mengenjot tiba, juga diarah adalah punggung Ko Teng ngo.

Punggung Ko teng ngo seperti tumbuh mata begitu genjotan kemuka Tio Gak luput, gesit sekali ia merobah gerakan tangannya, mencengkeram kebelakang, jengeknya dingin: "Harap maaf, aku tidak bisa terima petunjukmu, coba rasakan!"

"Krak !" pergelangan tangan Hoa Tai dipuntirnya keseleo, murid ketiga Lu Kang menjadi murka, bentaknya : "Berani kau melukai orang?'' menubruk maju tinju kanan menggenjot sedang tangan kiri memayang Hoa Im.

"Apa boleh buat, kepelan kan tidak punya mata. Terima kasih akan peringatanmu, kali ini aku cukup hati hati !" tinju Lu Kang mengarah lambung, tapi ia tidak berkelit atau menangkis, dengan tipu Sun jiu jian-yo ia tangkap pergelangan tangan Lu Kang terus digentak keluar.

Sebelah tangan Lu Kang memeluk Ji-suhengnya, karena gentakan keras ini kontan ia terbanting jatuh, Hoa Tai yang dipeluknya itupun ikut berguling-guling. Namun sesuai janjinya tadi, kali ini Teng-ngo tidak membuatnya cidera.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment