"Bocah takabur, biarlah tuan besarmu menjajal sampai dimana tinggi kepandaianmu"
Badannya bergerak goyang gontai, sinar dingin seketika berkelebatan, berbareng ia merangsak maju lagi bersama Ham-kang-it-ho.
Sementara itu, di gelanggang lain, baru saja Ko-bok-im-hun melancarkan ilmunya yang baru berhasil dilatih sempurna yaitu Hian-si im-ou, memukul mundur Hiat-hong Pang-cu tengah ia bersiap hendak menubruk kearah Giok-Iiong, Tahutahu dua jalur sinar biru yang berkilauan telah melesat tiba mengancam jiwanya.
Tanpa ayal ia menggerung keras, berbareng kedua tangannya terayun, sekonyong-konyong badannya melejit tinggi ketengah udara membawa kabut merah gelap terus memapak maju.
Begitu kedua belah pihak saling bentur lantas bayangan tiga orang kelihatan mundur gentayangan, tapi gesit sekali mereka sudah menyerang maju lagi bertempur seru sambil membentak-bentak.
Di lain pihak, Ci-hu-giok-li dan pemuda baju kuning juga tengah menari nari dengan lincah dan tangkas sekali membabat dan membacok serta menikam semua orang yang menghalangi didepan tanpa memandang bulu entah mereka dari seragam hitam atau kuning mas serta baju biru tua, yang terang bila berani merintangi pasti dibabat habis-habisan, sedemikian lincah mereka bergerak laksana sepasang kupukupu bermain ditengah rumput bunga, setiap kali senjata dan kaki bergerak saat itu terdengar teriak kesakitan, laksana membabat rumput alang-alang saja gampangnya para musuh satu persatu roboh bergelimpangan.
Sekarang Hiat-hong Pang-cu dan Kim-i Pang-cu malah tidak hiraukan lagi pada Giok-liong.
Tubuh mereka bergerak gesit dan sclicin belut selulup timbul diantara kelompok orang orang seragam biru dari kaum Pek hun-to, Mereka lancarkan tangan ganas yang tidak bertara, beruntun terjangan jerit dan pekik menyayatkan hati menjelang jiwa melayang menghadap Giam lo-ong, terjadilah penjagalan manusia secara sadis.
Mayat manusia sudah bertumpuk laksana bukit darah bergenang menjadi aliran sungai yang masih ketinggalan hidup semakin berkurang, dimana-mana terdengar keluh kesakitan serta bentakan nyaring menambah semangat pertempuran saling susul bersahutan.
Dengan dilantai ilmu Hian-si-im-ou perbawa dan kekuatan Ko-bok-in-hun menjadi lebih besar dan semakin garang.
Betapapun tinggi kepandaian kedua orang berpakaian seragam biru mengeroyoknya itu lambat laun semakin payah dan terkepung oleh bayangan pukulannya, terang mereka lebih banyak membela diri dari pada balas menyerang.
Dalam pada itu, beruntun menghadapi musuh tangguh, tenaga murni Giok-liong sudah tercurah banyak sekaii, tenaganya semakin lembek, keruan akhirnya ia terdesak dibawah angin.
Terdengar Ham-kang-it-ho mengejek dingin.
"Ikan sudah masuk jaring masih berusaha lolos, Ma Giok-liong, kulihat kau ini memang goblok keliwat batas."
Habis katakatanya senjata ditangannya di lancarkan semakin kencang dengan serangan berantai.
Gerak-gerik si orang tua renta kawannya itu juga cukup lihay, tubuhnya bergerak secara aneh, ilmu goloknya juga sudah sempurna betul, serentetan serangan berantai yang dilancarkan secara bernafsu membuat Giok liong terus mundur lagi.
Namun demikian, dalam keadaan yang gawat begitu, Giokliong masih berlaku tenang.
gerak geriknya masih teratur rapi, sahutnya dingin.
"Cengcoreng, hendak menerkam tonggeret, tak tahunya burung gereja berada dibelakangnya. Menurut hemadku justru kalianlah manusia berotak tumpul yang paling goblok melebihi babi?kiranya maki itu ini membawa hasil, sekilas lantas Pek-Su-in berpaling muka menyelidiki kesekitar gelanggang pertempuran. Dilihatnya anak buah dari Pek hunto tengah mulai dibabat roboh habis-habisan, yang masih ketinggalan hidup juga tengah lari pontang panting menyelamatkan diri. Temyata Kim-i-pang cu dan Hiat-hong pang-cu tengah pimpin seluruh anak buahnya yang sedang memberantas seluruh anak buah Pek-hun to ditambah cara turun tangan Cihu- giok-li dan pemuda baju kuning yang secepat kilat bergerak selincah kupu-kupu menari, tanpa pandang bulu lagi, siapa saja yang dekat pasti diserang dan diroboh-kan dengan serangan ganas yang mematikan. Bukan kepalang kejut hati Pek Su-in melihat keadaan yang mengenaskan ini, orang Hiat hong-pang dan Kim-i-pang telah bergabung melancarkan serangan babat habis terhadap Pekhun- to sedang empat tokoh paling kuat dan lihay dari Pekhun- to tengah menghadapi Ko-bok-im-hun dan Giok-liong yang sukar dikalahkan kalau keadaan begini terus berjalan, pasti akibatnya susah dibayangkan lagi. Sesaat tengah mereka sedikit merandek inilah, mendadak Giok-liong menghardik keras, Ji-lo sudah terkerahkan sampai tingkat ke sepuluh, sinar kuning menjadi bianglala berputar deras terus menggulung kedepan menerpa dahsyat kearah musuh, Hanya sekejap saja situasi pertempuran lantas berubah seratus delapan puluh derajat. Kini berbalik Giok-liong mengambil inisiatif pertempuran Ham-kang it-ho berdua berbalik mulai terdesak dibawah angin, Pertempuran dalam gelanggang sudah mulai mereda, tinggal beberapa kelompok orang saja yang masih berkutet. Kim i-pang-cu dan Hiat-hong Pang-cu sudah perintahkan anak buahnya menghentikan pertempuran dan merubung maju mengelilingi gelanggang pertempuran. Sekonyong-konyong terdengar jeritan mengerikan, salah seorang dari dua orang berpakaian biru tua itu terpental jungkir balik sambil menyemburkan darah segar, badannya terbanting keras lima tombak jauhnya, sedikit bergerak dan berkelejetan lantas diam untuk selamanya. Sesaat setelah merobohkan salah seorang musuh tangguh ini, Ko-bok im-hun terkekeh-kekeh terus melejit tinggi ketengah udara dan langsung meluncur kearah Giok-liong laksana seekor burung garuda yang menerkam mangsanya. Kebetulan saat itu Giok-liong tengah mengadu pukulan dengan Ham-kang it-ho.
"Blang"
Sewaktu badannya terpental sempoyongan mundur inilah ia menyedot hawa murni bersiap hendak menerjang maju lagi, tapi mendadak terasa angin dingin kencang sudah menindih tiba diatas kepalanya, tahu dia bahwa dirinya terancam bahaya, maka sambil menggerung rendah potlot mas ditangan kanannya bergerak laksana bianglala menungging keatas terus menyambut maju.
Kontan terdengar keluh kesakitan yaitu keras disusul hujan darahpun terjadi.
Darah mengucur deras dari paha kiri Ko bok-im-hun! Namun demikian iapun berhasil menutuk jalan darah Pak ki-hiat dipunggung Giok-liong seketika Giok-Iiong rasakan punggungnya linu kesemutan lantas ia jatuh pingsan, hilang kesadarannya.
Dilain pihak Ci hu giok li juga sudah melihat malapetaka yang menimpa Giok liong itu sambil menjerit kwatir badannya secepat angin melesat tiba hendak menolong, namun tubuhnya sudah terlambat, sebab jaraknya terlalu jauh.
Sambil bersuit melengking tadi sebelum kakinya menyentuh tanah, Ko-bok-im hun sudah berhasil mencengkeram kuduk Giok-liong terus dibawa lari kedalam rimba.
Seketika terdengar suara bentakan berantai ramai, baru saja semua hadirin berniat bergerak mengejar....Sementara itu, pemuda baju kuning saat mana juga sudah melihat bahwa Giok-liong sudah terjatuh dibawah cengkeraman musuh, dalam gugupnya ia membentak nyaring terus meluncur mengejar dengan kencang.
Sekonyong-konyong samar-samar terlihat sebuah bayangan merah melambung dari dalam hutan bergerak cepat dan seenteng setan gentayangan serentak semua hadirin menghentikan langkah berbareng berteriak kaget puIa? "Hiating- bun...
Hiat-ing bun! ..."
Bayangan merah ini sungguh bergerak sangat cepat laksana meteor terbang terus memapak kearah Ko-boi-im-hun "PIak"
Seiring dengan suara benturan keras ini terdengar Kobok- im-hun melolong kesakitan, dua bayangan lantas terpecah mundur dua jurusan, darah berceceran ditengah udara, Sekejap saja bayangan merah itu lantas Ienyap.
Begitu banyak tokoh tokoh silat dalam arena pertempuran ini, tapi tiada seorangpun yang dapat melihat tegas, sebetulnya Giok-liong sudah direbut dan terjatuh di tangan siapa.
Mendadak Hiat-hong Pangcu berkata kepada Kim-i-pang cu.
"Kita berpencar, kejar !"
"Benar !"
Serentak mereka keluarkan perintah berbareng kedua jurusan, sebentar saja bayangan mereka sudah menghilang. Ham-kang-it ho memeriksa keadaan gelanggang pertempuran sebentar lantas iapun berseru keras.
"Mari kejar !"
Berbareng tangan diulapkan terus berlari kencang ke jurusan titnur, Tinggal para korban yang sudah mati atau yang luka berat masih ketinggalan dalam arena pertempuran ini bersama pemuda baju kuning dan Ci-hu-giok-li berdua.
Pemuda baju kuning tertawa getir, katanya.
"Marilah kita juga mengejar !"
Ci-hu-giok-li manggut-manggut dengan hampa. Kata pemuda baju kuning pula.
"Pergilah kau mengejar orang dari Hiat-ing-bun itu, biar aku mengejar Ko bok-im hun !"
Ci-hu-giok-it manggut-manggut lagi, terus mereka mengejar kedua jurusan.
Kini Tiang sun po menjadi sunyi lengang lagi, tinggal terdengar keluh kesakitan mereka yang tertinggal dengan luka parah, keadaan yang mengenaskan ini benar-benar bisa mendirikan bulu roma orang yang menyaksikan.
Seluruh penghuni alam semesta ini seolah-olah sudah mati seluruhnya, keadaan dalam dunia ini mengapa sedemikian tenang dan sunyi senyap.
Giot-liong merasa seluruh badan sakit-sakitan dan sedikitpun tak mampu bergerak, tapi matanya saja yang dapat terbuka dan bergerak, Begitu ia pentang kedua matanya, terlihat keadaan sekelilingnya kotor penuh gelagasi laba-laba, atap rumah penuh dalam hati ia menebak-nebak mungkin dirinya sekarang berada dalam sebuah kuil bobrok yang Iama tiada penghuninya.
Tak jauh dari tempatnya berbaring ini dilihatnya dua gadis remaja berwajah putih halus tengah duduk bersila, mungkin mereka sedang semadi memulihkan tenaga.
Pengalaman semalam lantas terbayang lagi dalam lautan pikirannya, hanya teringat olehnya bahwa dirinya sudah terjatuh ditangan Ko-bok-im-hun Ki Jtiat.
Kejadian selanjutnya lantas tidak diketahui Maka sekarang dia merasa heran dan gelisah.
Cuma yang mengherankan adalah dari masa Ko-bok-im hun bisa mempunyai pelayan gadis remaja berwajah ayu menggiurkan ini? Hatinya gelisah karena menguatirkan apakah Potlot mas dan Jan-hun ti peninggalan perguruannya itu masih berada dalam buntaIannya.
Tapi hakikatnya dia sendiri sekarang tidak dapat bergerak sampai memutar kepalapun tidak bisa, apapula untungnya hati kwatir dan gelisah? Lambat laun pengalaman selama ini laksana gelombang samudera dipesisir laut bergulung-gulung mendebur hatinya.