Halo!

Seruling Samber Nyawa Chapter 29

Memuat...

Yang nyaring disertai gerungan kesakitan si laki-laki tinggi besar itu, badannya juga lantas roboh terbanting diatas meja besar itu sehingga mangkuk piring serta sayur mayurnya pecah berantakan terlihat dari tujuh lobang indranya melelehkan darah segar, nyata jiwanya sudah melayang.

Semua hadirin kurang jelas apakah gadis berpakaian ungu ini ada turun tangan tidak, Sebab tatkala itu juga ia sudah sampai ditempat kosong terus duduk seenaknya, suaranya terdengar merdu seperti suara kelintingan memanggil pelayan memesan masakan, Sudah tentu para laki-laki yang mengelilingi meja besar itu menjadi gaduh dan ribut.

Sekonyong-konyong terdengar suara jengek tertawa dingin seseorang, Waktu semua orang memandang kearah datangnya suara tawa dingin ini tampak laki-laki pertengahan umur berpakaian seperti pelajar rudin itu telah mengunyah daging sapi dimulutnya, sedang tawa dingin tadi justru keluar dari mulutnya.

Para bajingan-bajingan kasar yang mengelilingi meja itu terang tidak melihat sigadis turun tangan, sedang kejadian ini terjadi begitu cepat dan mendadak terdengar pelaiar rudin pertengahan umur ini memperdengarkan suara jengeknya, segera seorang mereka tertegun sejenak mendadak tengah laki-laki tromok yang beralis tebal bermata juling lantas melolos golok, bajunya dan punggung terus memaki garang.

"Maknya, coba tertawa lagi, biar tuanmu ini ..."

"Siuuuut"

Terdengar angin keras menyamber lantas terdengar lagi Jeblus"

Disusul suara gaduh lagi akan terbantingnya sesuatu benda yang berat diatas tanah, Kiranya laki-laki tromok itu sudah terjungkal roboh dengan badan meringkik tanpa bergerak lagi, jiwanya melayang, sebatang sumpit yang berlepotan darah melesat masuk kedalam dadanya terus tembus sampai dipunggungnya menancap diatas meja tinggal separo yang muncul di permukaan.

Suara dingin kaku di pelajar rudin itu terdengar berkata pada pelayan.

"Pelayan ambilkan sebatang sumpit kemari!"

Keadaan dalam warung makan kini menjadi gempar dengan adanya keonaran ini.

Bagi yang bernyali kecil segera angkat langkah seribu.

Sebaliknya rombongan para bajingan yang mengelilingi meja besar itu menjadi insaf bahwa mereka sekarang tengah menghadapi musuh kosen, serentak mereka mencabut senjata masing-masing siap bersiaga, lalu perlahan-lahan menggeser keluar pintu.

Begitu tiba diluar serempak mereka berteriak terus berlari kencang sipat kuping seperti di kejar setan.

Pemilik warung makan itu juga entah sudah sembunyi dimana, peristiwa ini terjadi begitu cepat, perubahan yang mendadak ini menjadikan warung makan yang tadi penuh sesak dan hiruk pikuk sekarang menjadi sepi lengang, selain kedua sosok mayat itu tinggal lagi lima orang yang masih duduk tenang dalam warung itu.

Mereka tengah asyik menikmati hidangan di meja mereka masing masing.

Tapi walaupun suasana sunyi tapi tertampak suatu ketegangan yang mencekam hati, Diam-diam Giok liong harus berpikir.

"Lebih baik aku juga segera tinggal pergi. Nagataganya bakal terjadi perkara lagi di-sini."

Baru saja ia hendak berbangkit dan tinggal pergi, diluar pintu sana tiba-tiba terdengar suara ribut yang mendatangi "Nah, lihat Say-bun-siang dan Siau cu-koh telah tiba."

"Heran mengapa mereka juga bisa datang kemari.. .."

"Sungguh kebetulan mereka dapat bersama muncul ditempat ini."

Hati kecil Giok-liong sendiri juga rada tergetar.

Maklum bahwa Say-bun siang Lip Jin-kiong dan Siau-cu-koh Pui Gi adalah pendekar kenamaan nomor satu dari dunia persilatan yang berkedudukan di utara dan selatan sungai besar, berapa tinggi kepandaian mereka tiada seorangpun yang mengetahui seluk-beluknya.

Sesuai dengan nama julukannya sebagai pendekar selama hidup ini perbuatan mereka mengutamakan kebijaksanaan dan menjunjung tinggi kebenaran, bijak pada sesama umat manusia, suka melerai dan menyelesaikan setiap perkara besar atau kecil dengan adil.

Setiap kali terjadi pertikaian asal salah satu diantara mereka turun tangan pasti beres.

Hari ini sungguh mengherankan mereka berdua ternyata bisa bersama datang ditempat perbatasan yang masih rada liar ini.

Tatkala itulah, begitu gordyin besar itu tersingkap beriring berjalan masuk dua orang.

Orang yang sebelah kiri berbadan tinggi besar rada gemuk, mengenakan pakaian sebagai seorang hartawan yang kaya raya dengan sebuah huruf "Siu"

Yang besar tersulam indah dijubah panjang yang mewah itu.

Orang yang disebelah kanan mengenakan jubah panjang warna hijau, tangannya memegang kipas sambil digoyanggoyangkan, wajahnya bersih dan ganteng, badannya rada pendek dibanding temannya yang disebelah kiri, tapi dia sendiri mempunyai suatu sikap dan pembawaan yang lain dari yang lain.

Selayang pandang saja lantas dapat dimengerti bahwa orang tinggi besar disebelah kiri itu pasti Say-bun-siang Lip Jin-kiong seketika tergetar hati Giok-liong, agaknya pernah dilihatnya orang ini, tapi entah dimana, Tapi setelah diamatamati lebih cermat terasa rada asing dan agaknya memang belum pernah bertemu muka sebelum itu.

Pait-m pada itu, begitu mereka memasuki ruang warung makan ini, agaknya mereka rada terkejut Sebab kelima orang yang duduk tenang dimeja masing-masing, tiada seorangpun yang berdiri menyambut kedatangan mereka atau sekedar sapa sapa juga tidak.

Akan tetapi, cepat sekali mereka berdua lantas dapat mengendalikan diri, Terdengar Say-bun siang Lip Jin kiong tertawa terbahak bahak, langsung menghampiri kearah si orang tua cacat itu dengan langkah lebar, begitu tiba dihadapannya lantas membungkuk diri mengangkat tangan memberi hormat sembari katanya.

"Sa-locian-pwe tidak mengecap kesenangan hidup tua digurun utara, ternyata berkecimpung lagi di kalangan Kangouw, ini benar benar merupakan keberuntungan dunia persilatan umumnya."

Begitu mendengar perkataan orang baru Giok-liong terkejut dan teringat olehnya akan seseorang, Tidak perlu disangkal lagi bahwa si orang tua bermuka panjang ini pasti adalah Bokpak it- jan Sa Ko yang dulu sejajar dan setingkat dengan gurunya dalam Ih-lwe-su cun, sungguh tidak diduga iblis kawakan pada ratusan tahun yang lalu kiranya sekarang muncul lagi didunia persilatan ini, benar-benar membuat orang serba sulit untuk memikirkannya.

Tanpa berkedip mata sedikitpun Bo pak-it-jan Sa Ko menyahut dingin.

"Bocah siapa kau ? Berani kau mengurusi aku orang tua ini ?"

Kembali Say-bun-siang Lip Jin-kiong tertawa lebar, sahutnya.

"walaupun Lo cianpwe tidak kenal aku yang rendah, tapi aku yang rendah sudah lama mengagumi kau orang tua, Sungguh tidak nyana hari ini kita bisa bertemu ditempat ini, betul betul merupakan keberuntunganku selama hidup ini."

Sementara Say-bun-siang Lip Jin kiong tengah bertanya jawab dengan Bo-pak-it-jan disebelah sana Siau cu-koh Pui Gi juga telah menghampiri pelajar rudin pertengahan umur itu, sedikit angkat tangan memberi hormat ia berkata tersenyum.

"Tidak nyana ternyata saudara Pek juga sudah sampai ditempat belukar yang liar ini ?"

Pelajar pertengahan umur ini ternyata bukan lain adalah seorang tokoh aneh di-kalangan Kangouw yang telah menggetarkan dunia persilatan dengan julukannya Ham-kang it-ha Pek Su-in.

Tahu dirinya yang dijadikan sasaran pertanyaan itu, ia menjengek dingin, sahutnya.

"Tuan sendiri boleh datang masa aku yang rendah lantas tidak bisa kemari ?"

Siau-cu koh Pui Gi rada tercengang akan sambutan yang dingin ini, tapi sebentar saja ia lantas unjuk senyum lebar lagi, katanya.

"Ucapan saudara Pek ini rada keterlaluan sedikit, siaute hanya sedikit heran, mengapa saudara Pek tidak mengecap hidup senang di atas pulau Pek hun-to, sebaliknya datang di-perbatasan yang belukar dan liar ini."

Ham-kang it bo mendengus hina, sahutnya menyeringai.

"Aku maklum akan ucapan tuan yang mengandung arti itu, sudahlah jangan banyak cerewet lagi."

Lalu diangkatnya poci arak terus ditenggaknya sambil ber kecek-kecek mulut, hakikatnya sedikitpun ia tidak hiraukan lagi akan kehadiran Siau -cu-koh Pui Gi.

Dari samping dengan teliti Giok-liong awasi terus adegan yang terjadi ini, hatinya menjadi gundah dan tidak tentram tak tahu dn apa yang bakal terjadi nanti.

Seketika suasana dalam warung makan ini menjadi serba runyam dan lucu, Tidak heran karena Say-bun-siang dan Siaucu- koh berdua biasanya sangat dijunjung tinggi sebagai pendekar yang kenamaan dikalangan Kangouw.

Tak nyana hari ini mereka bisa berbareng berkunjung ketempat sepi ini bersamaan menghadapi sikap kaku dan ketus dari orang yang diajak bicara, setelah saling pandang memandang, mereka hanya bisa tertawa getir terus angkat tangan serta sedikit membungkuk badan seraya katanya.

"Baiklah kami yang rendah minta diri saja."

Tiada seorangpun hadirin yang memperdulikan mereka lagi.

Tapi lain halnya penerimaan Giok-liong, diam-diam bercekat hatinya.

Karena sebelum beranjak pergi tadi mereka berdua menyapu pandang sekilas kearah Giok-liong.

Terasakan oleh Giok liong bahwa sorot pandangan mereka mengandung arti yang harus dijajaki, seolah-olah mereka ingin dirinya ikut mereka meninggalkan tempat ini.

Begitulah setelah memberi hormat sekedarnya, mereka berdua lantas menyengkap gordyin terus mengundurkan diri keluar pintu.

Sedikit ragu lantas Giok liong ambil ketetapan hati, bergegas ia berdiri hendak meninggalkan warung makan ini.

Namun sebelum kakinya melangkah keluar pintu terdengarlah dengusan dingin dibelakangnya disusul suara merdu nyaring terkiang dipinggir telinganya.

"Ma Giok-liong..."

Begitu mendengar ada orang memanggil namanya, kontan Giok-liong berhenti terus berpaling kebelakang, sahutnya.

"Siapa panggil aku?"

Lantas terlihat gadis rupawan berpakaian ungu itu tersenyum manis kearahnya serta katanya.

"Betulkah kau ini Ma Giok-liong? Akulah yang panggil kau"

Sementara waktu Giok-liong melongo dan terheran heran dibuatnya, ujarnya.

"Aku dan kau selama ini belum pernah berkenalan ..."

Waktu ia angkat bicara ini terasa olehnya berbagai sorot pandangan dingin laksana kilat tertuju kearah dirinya, Serta merta ia merandek bicara, lalu menyapu pandang keempat penjuru, Terlihat olehnya tiga orang lain yang hadir dalam warung makan itu tengah memusatkan perhatiannya kearah dirinya.

Gadis rupawan berpakaian ungu itu menampilkan senyum manis lagi, ujarnya.

"Meskipun kau belum kenal aku, tapi aku sudah tahu siapa kau." "Aku ada urusan yang hendak kukatakan kepadanya, tiada halangannya kau ikut aku kemari ..."

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment