Seketika Giok-liong berdiri kesima seperti kehilangan semangat.
Betapa tenar dan disegani Hwi-hun san-ceng ini dikalangan Kangouw, bagi setiap kaum persilatan tiada seorangpun yang tidak mengetahui akan nama yang cemerlang ini, Hanya tiada seorangpun yang tahu dimanakah sebenarnya letak dari pada Hwi-hun-san ceng ini.
Yang mengepalai Hwi-hun-san cheng atau perkampungan awan terbang ini adalah Hwi hun-chiu (tangan awan terbang) Coh Jian-kun ilmu silatnya tinggi wataknya juga aneh, tokohtokoh dari aliran putih atau hitam srnna segan mencari perkara terhadapnya! Apalagi selama hidup ini dia paling mengutamakan "kependekaran", banyak kebajikan dari pada kejahatan yang telah dilakukan selama hidupnya ini.
Pula dia tidak suka mencampuri urusan orang lain, maka jarang dia tersangkut dalam perkara rumit yang mengikat dirinya.
Melihat sikap Giok liong yang lucu ini, gadis pakaian hijau itu segera berkata halus.
"Kau jangan takut, ayah dan ibu sekarang tidak berada dirumah, Saat ini akulah yang paling besar berkuasa dirumah ini, seluruh penghuni perkampungan ini tiada yaag berani lerobosan di kediamanku."
Giok liong menggelengkan kepala, katanya.
"Bukan cayhe takut! Harap tanya nama nona yang harum?"
"Aku Coh Ki-sia, ayah ibuku biasa panggil aku Siau sia! Nenek paling sayang padaku, sayang dia sekarang tak berada dirumah "Kalau dia ada pasti kau juga akan suka padanya, Eh, siapakah namamu?"
"Ma Giok-liong"! "Nah, kalau begitu bolehkah aku panggil Liong-koko terhadap kau?"
Dalam berkata-kata ini Coh Ki-sia berjingkrak dan melompat.lompat rnengunjukkan jiwanya yang polos dan lincah, Tapi didalam kelincahannya ini menunjukkan juga keagungan jiwanya. Cepat-cepat Giok-liong msnyahut .
"Sudah tentu boleh."
"Engkoh Liong, luka-luka badanmu hari itu benar-benar sangat parah, Kebetulan seorang diri aku mengeloyor keluar dan menoIongmu pulang kemari! sungguh begitu melihat keadaan luka-lukamu itu aku kaget setengah mati. Seluruh badan berlumuran darah pula aku tidak berani mengabarkan kepada ayah dan ibuku, terpaksa kulaporkan kepada nenekku. Begitu melihat Potlot emasmu itu tanpa banyak bicara lagi segera nenek turun tangan mengobati lukamu, setelah keadaanmu tidak menguatirkan lagi baru dia tinggal pergi menyambangi kenalannya, sebelum berangkat dikatakannya bahwa beliau suka kepada kau !"
Tergerak hati Giok-liong, tanyanya.
"Apakah peraturai dalam Hwi-hun san-cbeng ini sangat keras?"
"Sudah tentu sangat keras, terutama bila ayahku berada dirumah, lebih garang dan galak dari siapa saja, kadangkadang sikapnya itu sangat menakutkan."
"O, kalau begitu... apakah aku harus menunggu ayah ibumu kembali baru menghaturkan terima kasih?"
"Jangan... Hei, kau hendak pamitan?"
"Ya, sebab ada urusan penting yang mengikat cayhe, tidak boleh aku tinggal terlalu lama disini, Budi pertolongan yang besar ini, biarlah lain waktu saja aku berusaha membayarnya."
Mendengar penjelasannya ini, Coh Ki sia lantas mengunjuk sikap yang kecewa dan tidak senang hati, rada lama dia termenung lalu katanya.
"Engkoh Liong, tunggulah beberapa hari lagi, tunggulah nenekku kembali, baiklah ?"
Suaranya halus penuh nada mengharukan membuat hati Giok liong terketuk tak sampai hati ia berlaku keras. Tak enak rasanya kebaikan hati orang, terpaksa Giok-liong manggut-manggut serta katanya.
"Baiklah, paling larna aku hanya boleh tinggal lima hari lagi."
Bukan kepalang girang Coh Ki-sia sampai berteriak dan berjingkrak-jingkrak.
"Engkoh Liong, sungguh baik benar hatimu !"
Sebaliknya diam diam Giok-liong menghela napas, Talni dia, Siau-sia seorang diri dalam Hwi-hun-san-cheng yang sunyi dan sepi begini, tentu dia merasa kesepian, pikir punya pikir dia lantas bertanya.
"Nona Coh..."
Coh Ki-sia lantas menyenggak perkataannya, ujarnya lincah .
"jangan panggil aku Nona Coh lagi, panggil aku Siau-sia saja!"
"Baik, Siau-sia."
"Hrh."
Coh Ki-sia mengiakan "Didalam perkampungan ini pasti ada banyak kawan yang menemani kau bermain bukan ?"
Rasa masgul dan rawan segera menyelubungi seluruh raut muka Coh Ki-sia, tampak alisnya dikerutkan, katanya sedih.
"Tidak, ayah ibuku melarang aku bertemu dengan orang lain ! Tempo hari ada seorang pemuda yang tidak setampan kau, tapi dia baik hati, pandai bicara lagi, secara, sembunyisembunyi ia datang kemari bermain dengan aku, akhirnya diketahui ayah, dikatakan bahwa dia mempunyai maksud jahat yang lantas di bunuhnya, Karena peristiwa itu aku sampai menangis beberapa hari lamanya ! walaupun aku tidak suka pada dia, tapi tidak seharusnya ayah membunuhnya ! Ai, sungguh kalau dipikirkan sangat menjengkelkan."
"Sudahlah Siau-sia, tujuan ayah ibumu adalah baik untuk kau."
"Baik juga tidak seharusnya begitu, justru nenek mengatakan mereka salah."
"Kenapa nenek tidak mau menegor kepada mereka untuk tidak berbuat demikian ?"
"Nenek tidak cocok dengan ayah ibu sering bertengkar dikatakan bahwa ayah tidak berbakti, maka beliau tidak suka bicara dengan ayah ibu. Engkoh Liong, ayah ibumu tentu sangat baik terhadapmu bukan, mereka mengijinkan kau dolan kemari ...
"
Hati Giok-liong menjadi terharu tenggorokan juga lantas sesak, katanya setelah menelan air liur.
"Ya, mereda sangat baik terhadap aku."
"Tapi apakah mereka tidak kwatir kau mengalami bahaya diluaran ?"
Dua titik air mata kontan meleleh dari ujung mata Giokliong.
seumpama dalam keadaan biasa pasti tak semudah itu ia mengalirkan air mata soalnya dia sudah biasa ditimpa segala kemalangan dan penderitaan lahir batin, sehingga lahiriahnya sangat pendiam dan dingin, menjadi gemblengan dalam menahan sabar.
Namun menghadapi gadis remaja seayu bidadari yang lincah gerak geriknya pandai bicara lagi, sulit ia mengendalikan perasaan hatinya lagi.
Begitu melihat Giok-liong mengalirkan air mata, Siau-sia menjadi gelisah dan gugup, pelan-pelan dan halus sekali gerakannya ia mengulurkan sebelah tangannya dengan jarijari yang runcing halus seperti tidak bertulang mengusap air mata yang meleleh di kedua pipi Giok-liong, ujarmu lemah lembut "Engkoh Liong, kenapa kau nangis? Apakah Ayah ibumu juga tidak baik?"
Pertanyaan lemah lembut yang menusuk sanubari ini lebih menambah kedukaan hati Giok-liong, air mata meleleh semakin deras tak terlahanlan lagi. Keruan Siau sia semakin gugup, katanya bingung.
"Engkoh Liong, Siau sia yang salah membuat kau berduka saja..."
Sambil berkata dengan lembut ia mengelus ngelus rambut Giok-lioag. Giok-liong menahan rasa duka serta menahan akan tangisnya, katanya.
"Maaf, Siau-sia, aku terpengaruh oleh perasaan."
"Tidak menjadi soal, aku tahu kau sedang kunang enak badan,"
Aku sendiri kalau tidak enak badan juga sering nangis. Engkoh Liong, urusan apakah yang membuat hatimu berduka, dapatkah kau ceritakan kepada Siau-sia?"
"Aku ....aku , . , . !"
"Engkoh Liong, kita bicara tentang perihal lain saja?"
Sang waktu terus berjalan, hari berganti hari, tahu-tahu lima hari telah berlalu tanpa terasa, Dalam lima hari ini hubungan Giok-liong dengan Siau sia ada banyak kemajuan yang mengejutkan.
Maklum yang pria tampan dan ganteng, berilmu tinggi pandai sastra lagi, sedang yang perempuan secantik bidadari lincah dan polos pula, Memang agaknya mereka sangat cacok dan merupakan sepasang jodoh yang sudah ditakdirkan Tuhan.
Sayang Giok-liong ditakdirkan pengalaman hidup yang pahit getir serta riwayat hidup yang sengsara! Dia mempunyai tugas berat menuntut balas dendam kesumat keluarganya serta kepentingan kaum persilatan yang tengah terancam mara bahaya kemusnahan.
Sebaliknya Siau-sia dilarang untuk berdekatan dengan segala orang laki-laki, akibatnya adalah laki-laki itu pasti dibunuh oleh ayahnya.
Tapi selama lima hari ini, mereka berdua menyingkirkan segala pikiran buruk, setiap saat selalu berduaan tak pernah berpisah.
Menjelang magrib pada hari kelima, matahari sudah terbenam diperaduannya, sang putri malam juga sudah memancarkan cahayanya yang redup.
Dipinggir sebuah sungai kecil yang mengalirkan air jernih dalam sebuah hutan kecil, sepasang kekasih tengah duduk berhimpitan berkasih mesra.
Terdengar Siau sia sedang berkata "Engkoh Liong, benar benar kau hendak berangkat?"
"Ya, Siau-sia, sukalah kau memaafkan aku."
"Apa kau tega meninggalkan Siau-sia seorang diri kesunyian disini."
"Siau-sia, keadaan di Kangouw serba unik dan banyak bahayanya, jiwa siapapun sulit dapat terlindung! Apalagi dimana mana banyak tersebar musuh besarku, besar niat mereka hendak membunuh aku!"
"Lalu kenapa kau harus berangkat?"
"Banyak sekali urusan yang harus kuselesaikan."
"Engkoh Liong, jikalau urusanmu sudah selesai, apakah kau datang kembali membawa aku?"
"Tentu, Siau-sia aku pasti kemari lagi."
"Betapapun kau jangan melupakan aku."
"Tidak aku tidak akan melupakan kau."
"Engkoh Liong..."
"Heh, ada apa?"
"Aku...aku cinta kau!"
Habis berkata cepat-cepat ia menundukkan kepala kemalu-maluan dengan selebar wajahnya merah jengah, melirikpun tidak berani.
Giok-liong menghela napas, tangannya diulur mengelus rambut Siau-sia yang panjang halus semampai bak benang sutra, katanya lirih.
"Siau-sia, aku juga mencintai kau tapi..."
"Tapi apa , , , .
" "Tapi bila siapa bermain cinta denganku, hari-hari selanjutnya pasti mengalami penderitaan saja, mungkin aku ini seorang yang bertuan..."
"Engkoh Liong, lekas kau jangan berkata begitu?"
Badan yang padat montok, segera merebahkan diri kedalam pelukan Giok-liong.
Kedua bibirnya yang panas hangat juga segera melumat dan melekat erat sekali pada bibir Giok-liong yang menyambutnya dengan penuh nafsu.
Dunia seakan-akan sudah berhenti berputar.
Dibawah cahaya bulan yang remang-remang itu tampak kedua bayangan manusia itu lama-lama berdekapan dari bayangan terbaur menjadi satu.
Memang lekatan pada sang bibir yang merangsang ini semakin mengaburkan kesadaran mereka berdua.
seakan-akan dunia ini sudah menjadi milik mereka sendiri.
Entah sudah berapa lama mereka mengecap rasa nikmat sebagai manusia hidup dalam alam semesta ini, Tahu-tahu sang waktu sudah berlalu tanpa mereka sadari.
Sekarang sang putri malam sudah doyong kebarat.
Sedang diufuk timur sang sinar surya sudah mulai mengintip dari peraduannya.
Suara bisik bisik dari percakapan mereka berdua terdengar lagi.
"Engkoh Liong, aku cinta padamu."
"Adik Sia, aku cinta kau!"
"Engkoh Liong, aku sudah menyerahkan segala milikku kepadamu, kuharap kau tidak melupakan aku!"
"Benar, adik Sia legakan hatimu! Engkoh Liongmu ini bukan pemuda bangor yang suka ingkar janji! Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk selekasnya menyelesaikan tugasku kembali kesini menjemput kau!."