Halo!

Sepasang Pendekar Kembar Chapter 35

Memuat...

OUWYANG BU marah sekali. Sambil berlari ia menuju ke tempat tinggal Gui Li Sun di sebelah utara dalam benteng itu. Ketika ia tiba di depan kamar Gui-ciangkun, ia mendengar suara wanita memaki-maki dan suara Gui Li Sun tertawa-tawa.

Ouwyang Bu tak dapat mengendalikan kesabarannya lagi. Ia mendorong daun pintu dan apa yang terlihat olehnya membuat ia mencabut pedangnya karena marah. Gui Li Sun yang agaknya sudah mabok, berdiri dengan sikap menantang.

"Gui-ciangkun, apakah yang sedang, kau lakukan ini?"

"Ha-ha ciangkun, apakah kau tidak melihat? Aku sedang memeriksa seorang tawanan"

"Lepaskan dia dan kembalikan ke dalam kamar tahanan" Ouwyang Bu memerintah dengan mata terbelalak marah.

Gui Li Sun menggeleng-gelengkan kepala. "Ouwyang- ciangkun, kau selalu mau menang dan mau enak sendiri saja. Kau datang-datang telah, merampas nona Lie Eng dari tanganku merampas pula kedudukanku. Semarang aku dapat menangkap tawanan pemberontak wanita ini, apakah kau juga hendak merampasnya pula? Ha-ha, ia memang cantik, lebih cantik daripa da nona Lie Eng. Tapi dia adalah bagianku dan kau tidak boleh merampasnya."

"Gui Li Sun, tutup mulutmu yang kotor. Apakah kau hendak membantah perintahku?"

"Perintah apakah ini? Ouwyang-ciangkun, apakah kau lebih memberatkan dan membela tawanan seorang pemberontak daripada seorang perwira pembantumu sendiri?" "Selama aku masin berada di sini, kau tidak boleh memperlakukan tawanan kita secara sewenang-wenang" kata Ouwyang Bu tidak sabar.

"Siapa yang sewenang-wenang? Kau atau aku? Aku takkan menyakiti atau menyiksa nona ini. Aku bahkan hendak mengambil dia sebagai isteriku"

"Bangsat rendah" Ouwyang Bu marah sekali dan menggerak-gerakkan pedangnya. Tiba-tiba Gui Li Sun juga mencabut pedangnya dan menghadapi Ouwyang Bu dengan mata merah.

"Orang she Ouwyang. Kali ini aku terpaksa tak mentaati perintahmu yang gila. Aku hendak mengambil nona ini, kau mau apa?"

"Kalau begitu aku akan menggunakan kekerasan" kata Ouwyang Bu.

"Bagus" dan sambil berseru keras Gui Li Sun loncat menyerang dengan pedangnya yang dapat ditangkis dengan mudah oleh Ouwyang Bu. Tak lama kemudian Gui Li Sun menyerang mati-matian dan Ouwyang Bu bertahan dengan tenang.

Sementara itu, Siauw Leng yang terikat kaki tangannya dan tidak berdaya, melihat pertempuran itu dengan mata terbelalak. Tiba-tiba ia menitikkan air mata dari sepasang matanya karena keadaan itu mendatangkan berbagai perasaan kepadanya. Ia tahu bahwa Ouwyang Bu adalah tunangannya dan karena ia telah tahu pula bahwa anak muda ini mencintai Lie Eng, maka ia tidak banyak mengharapkan dari padanya. Pula karena Ouwyang Bu ternyata telah menjadi kaki tangan kaisar, ia lebih benci dan menganggap bahwa pemuda itu memang berwatak jahat dan buruk, berbeda jauh dengan Ouwyang Bun tunangan encinya. Tapi kini melihat betapa pemuda itu ternyata cukup memiliki sifat ksatria dan bahkan membelanya dari gangguan panglima kasar she Gui itu, ia tak dapat menahan keharuan hatinya lagi.

Ia merasa girang karena ternyata bahwa betapapun juga pemuda pilihan orang tuanya itu tidak sejahat yang ia sangka, dan ia merasa sedih karena pemuda itu mau menjadi kaki tangan kaisar lalim.

Karena kepandaian Gui Li Sun memang kalah jauh jika dibandingkan dengan Ouwyang Bu dan karena perwira she Gui ini memang hanya mengandalkan tenaganya yang besar belaka, maka tak lama kemudian ia hanya mampu menangkis saja dan napasnya terengah-engah menghadapi serangan-serangan Ouwyang Bu yang hebat. Pada saat yang tepat sekali, akhirnya Ouwyang Bu berhasil menendang tangan lawannya itu dan Gui Li Sun menjerit kesakitan. Pedangnya terlempar dan jatuh di atas lantai.

"Pungut pedangmu dan pergi dari sini" Ouwyang Bu memerintah sambil memasukkan pedangnya sendiri ke dalam sarung pedang.

Bagaikan seekor anjing kena pukul, Gui Li Sun membungkuk dan memungut pedangnya yang terlempar ke dekat pembaringan. Karena pergelangan tangan kanannya patah oleh tendangan Ouwyang Bu, ia menggunakan tangan kiri untuk memungut pedang itu, tapi tiba-tiba bagaikan orang kemasukan iblis ia menyeringai dan cepat sekali ia gerakkan pedang, di tangannya itu untuk menusuk dada Siauw Leng yang rebah telentang. Dara itu memekik lirih dan berkelojotan dalam ikatannya, lalu menghembuskan napas terakhir. Darah merah menyembur keluar dari dadanya, membasahi pakaiannya.

Ouwyang Bu tiba-tiba merasa kepalanya pening dan matanya kabur. Ia tak percaya kepada pandangan matanya dan menggunakan tangannya untuk menggosok-gosok kedua matanya.

"Kau halang-halangi maksudku dan kau hendak merampas dia, maka lebih baik dia mati dan habis perkara"

Mendengar kata-kata Gui Li Sun, barulah Ouwyang Bu sadar dan maklum bahwa ia bukan sedang mimpi dan bahwa benar-benar perwira itu telah membunuh Sianw Leng dengan kejam. Suaranya gemetar ketika ia berteriak.

"Bangsat rendah. Kau.... kau binatang kejam" Ouwyang Bu melangkah perlahan menghampiri Gui Li Sun dengan mata mengancam dan wajah menyeramkan.

Melihat keadaan pemimpinnya ini, Gui Li Sun terkejut sekali. Biarpun ia seorang yang tabah, namun melihat wajah Ouwyang Bu pada saat itu, ia menjadi ngeri dan takut.

"Ciangkun.... ciangkun,,,. maaf.... yang kubunuh hanyalah seorang pemberontak..."

Tapi Ouwyang Bu tetap melangkah maju, perlahan- lahan, bagaikan seekor harimau menghampiri korbannya, bibirnya tetap bergerak-gerak dan berbisik dengan napas mendesis-desis,

"Bangsat rendah, binatang kejam"

Gui Li Sun makin takut. Tubuhnya menggigil dan untuk penghabisan kali ia berusaha membela diri.

"Ouwyang-ciangkun ..... ampunkan aku.... ingat.... ia... ia hanyalah seorang perempuan pemberontak"

Ketika Ouwyang Bu telah cukup dekat Gui Li Sun lalu menggunakan pedang di tangan kirinya untuk menyerang, tapi satu tangkisan keras membuat pedangnya terlempar dan ia terhuyung ke samping. Ouwyang Bu bergerak cepat dan tangan kanannya menghantam dada sedangkan kaki kirinya menyusul menendang lambung.

Gui Li Sun memekik ngeri dan roboh tak bernapas lagi.

Ouwyang Bu berdiri memandang kedua mayat itu dengan tak bergerak bagaikan patung batu. Pikirannya kacau-balau.

Pada saat itu terdengar suara orang menegur di belakangnya,

"Ouwyang Bu, perbuatan apakah yang kaulakukan ini?"

Ouwyang Bu terkejut sekali karena suara itu adalah suara Cin CUn Ong. Ia mem balikkan tubuh dan benar saja, Cin-ciang-kun telah berdiri di depannya.

Ouwyang Bu segera menjatuhkan diri berlutut di depan susioknya. Ia teringat akan kematian Lie Eng dan tak tertahan pula ia menangis sambil berkata,

"Susiok.... adik Lie Eng..."

"Sudahlah, aku telah tahu semua. Aku tidak menyalahkan kau, dan kejadian sekarang ini sungguh kusesalkan sekali. Beginilah akibatnya kalau orang mencampuradukkan tugas kewajiban dengan perasaan- perasaan perseorangan."

“Susiok, Gui Li Sun bertindak di luar batas perikemanusiaan dan teecu sebagai seorang yang menghargai kejujuran tak kuat melihat dan "

"Saya tahu Gui-ciangkun bersalah" Cin Cun Ong membentak. "Tapi betapapun besar kesalahannya, kau tak berhak membunuhnya. Untuk mengadili dia, ada pengadilan tertentu, kau tidak boleh bertindak sendiri"

Ouwyang Bu menundukkan kepala dan mengakui kesalahannya. "Lie Eng mati karena terlalu menurutkan nafsu hatinya, tapi sudahlah, kematian bagi orang-orang dalam peperangan seperti kita tidak berarti apa-apa." Sungguhpun mulutnya berkata begitu, namun wajah panglima tua ini tampak bersedih juga, tanda bahwa kematian Lie Eng sangat mendukakannya hingga Cin Cun Ong kini nampak lebih tua.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment