"Di sini mana ada kelinci?"
"Uh hu huk, minta kelinci....!"
Kwi Hong yang selalu dituruti permitaannya oleh Suma Han, dalam waktu sebulan lebih saja kini sudah pandai manja. Anak ini mengerti agaknya bahwa kalau dia menangis, apa pun permintaannya akan dipenuhi maka sekarang pun ia mempergunakan "senjatanya"
Yang lihai ini!
"Di sini tidak ada kelinci. Ikan, ya? Ikan laut? Atau udang? Kepiting.... eh kepiting baik sekali, lucu sekali! Kutangkapkan kepiting, ya?"
"Tidak, tidak mau.... hi hi hik, mau kelinci!"
Kwi Hong menendang nendangkan kaki dan menggeleng gelengkan kepala sambil mewek. Suma Han menarik napas panjang.
"Baiklah, baiklah.... eh, rewel benar anak ini."
Ia menurunkan Kwi Hong yang seketika sudah berhenti menangis ketika mendengar pamannya menyanggupi. Dia sudah terlalu biasa bahwa sekali pamannya sanggup pasti akan dipenuhinya.
"Lihat baik baik, nih, aku menjadi kelinci!"
Suma Han menggunakan ilmunya yang mujijat, mempengaruhi keponakannya sendiri seketika Kwi Hong tertawa-tawa gembira melihat seekor kelinci putih besar di depannya. Ia lupa sama sekali kepada pamannya yang sudah lenyap. Sambil tertawa-tawa ia lalu mengelus-elus kepala kelinci itu dan menarik-narik telinganya yang besar dengan penuh kasih sayang. Suma Han menahan kegelian hatinya ketika kepalanya dielus-elus dan kedua telinganya dijewer-jewer tangan kecil itu!
"Paman....! Paman Han Han....!"
Tiba-tiba Kwi Hong memandang ke atas dan telunjuknya menuding nuding ke atas.
"Tangkapkan burung itu! Lekas, Paman, tangkapkan burung....!"
Anak itu kini sudah lupa akan kelincinya dan bangkit berdiri, memandang ke atas dan menuding-nuding sambil berteriak teriak. Suma Han menarik napas panjang dan menjadi tertarik, ikut pula memandang ke atas. Terkejut dan heranlah dia ketika melihat dua ekor burung yang besar-besar sekali sedang bertanding di angkasa dengan serunya!
"Heran sekali!"
Serunya.
"Burung garuda dan rajawali....!"
"Tangkapkan burung, Paman. Lekas, tangkapkan burung itu....!"
Kwi Hong bersorak. Akan tetapi sekali ini Suma Han tidak memperhatikan permintaan keponakannya karena ia tertarik sekali. Selama hidupnya dia baru mendengar ceritanya saja tentang burung-burung garuda dan rajawali yang demikian besarnya. Apa-lagi sekarang dua ekor burung itu sedang berkelahi dengan gerakan dahsyat sekali sambil mengeluarkan suara melengking yang amat nyaring. Pertandingan yang hebat dan dahsyat di angkasa! Akan tetapi, serangan dahsyat dari burung garuda membuat bulu dada rajawali itu bodol dan Si Rajawali terbang menjauh sambil memekik nyaring. Garuda itu pun mengeluarkan lengking nyaring dan terbang berputaran, kemudian meluncur turun dan hinggap di atas sebatang pohon besar tak jauh dari situ.
"Paman, tangkapkan burung.... hi hi-hik....!"
Kwi Hong menangis ketika melihat dua ekor burung itu lenyap.
"Baiklah, jangan menangis. Kau duduk saja di sini, ya? Paman hendak mencoba untuk menangkap burung itu."
Suma Han sekali ini bukan ingin menangkap burung semata-mata memenuhi permintaan keponakannya, melainkan karena dia sendiri pun amat tertarik oleh burung garuda perkasa itu. Akan dicobanya untuk menangkap burung raksasa itu! Cepat tubuhnya mencelat mendekati pohon dan dengan kepandaiannya yang hebat, pendekar ini meloncat naik ke atas pohon. Burung garuda itu besar sekali! Tingginya tidak kalah oleh tingginya manusia, kakinya besar kuat dan paruhnya menyeramkan! Burung itu sedang membereskan bulunya yang agak kusut karena pertan-dingan tadi, maka dia tidak tahu bahwa ada seorang manusia mendekatinya. Dengan sebuah gerakan kilat, Suma Han meloncat ke atas punggung garuda, menggunakan lengannya merangkul leher sambil berseru,
"Sin eng (Garuda Sakti), kita bersahabat!"
Tentu saja burung itu kaget sekali dan tidak mengerti ucapan Suma Han. Dia berusaha memutar leher untuk menyerang, akan tetapi lengan yang memeluknya demikian kuat sehingga dia tidak mampu menggerakkan lehernya. Burung itu menjerit aneh dan tiba-tiba meloncat ke atas lalu terbang membawa Suma Han yang masih duduk di atas punggungnya! Melihat ini, Kwi Hong bersorak, bangkit berdiri dan melambai-lambaikan kedua tangannya.
"Bagus....! Bagus sekali....! Paman, aku ikut....! Aku ikut terbang naik burung....!"
Suma Han yang selamanya baru sekali ini mengalami naik burung raksasa, tidak merasa takut hanya khawatir kalau--kalau burung itu membawanya terbang jauh meninggalkan Kwi Hong.
"Sin eng, turunlah, kita jemput anak itu....!"
Akan tetapi burung garuda itu dalam ketakutannya terbang meluncur terus membubung tinggi ke angkasa, seakan akan hendak membawa terbang Suma Han ke bulan yang pada senja hari itu sudah mulai tampak! Suma Han mulai cemas dan memandang ke bawah. Dapat dibayangkan betapa kaget rasa hatinya ketika ia melihat sesosok bayangan hitam meluncur turun dan menyambar ke arah Kwi Hong yang masih berteriak teriak dan melambai-lambaikan kedua tangannya. Bayangan itu bukan lain adalah burung rajawali yang tadi bertanding dan dikalahkan oleh garuda putih yang ditungganginya.
"Celaka....!"
Suma Han berteriak melihat keponakannya dicengkeram oleh kaki rajawali dan mendengar bocah itu berteriak teriak menangis ketakutan.
"Sin eng, demi Tuhan, tolonglah Kwi Hong!"
Suma Han mencengkeram leher garuda dan memaksa kepala garuda itu ke bawah. Sang garuda kesakitan dan bingung, akan tetapi karena kepalanya dipaksa menunduk, maka ia pun mulai meluncur turun. Suma Han menekan-nekan leher garuda ke arah rajawali dan berkata,
"Sin eng, kejar rajawali itu. Cepat....!"
Agaknya burung garuda itu biarpun tidak dapat mengerti ucapan Suma Han, dapat mengenal mahluk yang jauh lebih kuat darinya, maka kini ia selalu terbang menurut ke mana kepalanya dipaksa berpaling. Akhirnya ia dapat melihat musuh besarnya, Si Burung Rajawali yang terbang cepat ke arah lautan! Tanpa dikomando lagi, burung garuda itu terbang mengejar dengan kecepatan luar biasa dan tak lama kemudian, tersusullah burung rajawali yang mencengkeram Kwi Hong. Anak itu masih menjerit-jerit dan bukan main cemas rasa hati Suma Han melihat bahwa yang dicengkeram rajawali itu adalah punggung baju Kwi Hong. Kalau baju itu robek, atau kalau rajawali itu melepaskan cengkeramannya! Ia memandang ke bawah dan bergidik. Di bawah hanya tampak air melulu, air kebiruan dari laut yang amat luas, mengerikan dengan ombak besar membuih!
"Sin eng, terbang ke bawahnya, serang dia dari bawah, selamatkan anak itu!"
Suma Han mendorong kepala garuda. Garuda itu menyerbu ke depan, menukik ke bawah tubuh rajawali. Dengan gerakan tangkas sekali Suma Han mengulur tangan kanannya dan tongkatnya memukul kaki yang mencengkeram. Rajawali memekik kesakitan, kaki yang mencengkeram kena dipukul, cengkeram-annya terlepas dan nyaris tubuh Kwi Hong terlepas dari sambaran tangan Suma Han. Baiknya garuda itu dengan gerakan tiba-tiba dan amat tangkasnya, mengulur kaki dan berhasil mencengkeram tubuh Kwi Hong!
"Sin eng yang baik, terima kasih!"
Suma Han bersorak ketika ia mengambil keponakannya dari cengkeraman garuda dan melihat bahwa tubuh keponakannya sama sekali tidak luka, tanda bahwa garuda itu berniat baik dan mencengkeram untuk menolong! Kwi Hong masih menangis ketika di-pangku Suma Han di atas punggung garuda.
"Paman, burung itu nakal....!"
Suma Han menghela napas lega. Bocah ini benar amat mengagumkan. Biarpun mengalami hal yang begitu menakutkan, tidak pingsan dan tidak ketakutan. Ia memandang rajawali yang kini melarikan diri terbang jauh, sedangkan ketika ia mencari-cari dengan pandang matanya, tidak tampak lagi daratan. Di mana mana air melulu dan cuaca mulai gelap, malam mulai tiba!
"Sin eng yang baik, bawalah kami kembali ke daratan!"
Berkali-kali Suma Han membujuk, kini tidak lagi ia berani "mengemudi"