Dan di dalam keributan dan guncangan itu, Siauw Lam Hwesio turun tangan. Hwesio tua ini sebetulnya hanyalah seorang hwesio yang kedudukannya rendah, dan tidak pernah mencampuri urusan partai. Akan tetapi oleh kerena dia bekas pelayan Kian Ti Hosiang dan semua hwesio tahu bahwa Siauw Lam Hwesio mewarisi ilmu kepandaian Kian Ti Hosiang sehingga jarang ada murid Siauw-lim pai lain yang mampu mengimbangi tingkatnya, maka ketika Siauw Lam Hwesio turun tangan melerai, nasihatnya ditaati. Apalagi karena Siauw Lam Hwesio yang biasanya pendiam dan sabar itu agaknya menjadi marah sekali menyaksikan perebutan kekuasaan antara saudara seperguruan, sehingga terlontarlah kata-kata dan keputusannya.
"Tidak mau insaf jugakah kalian betapa nama kita sebagai pendeta pendeta menjadi bahan ejekan dan kecaman dunia? Betapa banyak orang-orang yang berpakaian seperti pendeta namun kelakuannya amat jahat. Mereka itu sebetulnya hanyalah penjahat penjahat yang menyembunyikan diri dalam pakaian pendeta, akan tetapi perbuatan mereka itu telah mencemarkan nama kita. Sekarang, kalian sebagai pendeta pendeta aseli, sebagai hwesio hwesio murid Siauw lim si yang semenjak kecil digembleng dengan ilmu dan kebatinan, ternyata masih tidak mampu menguasai nafsu akan kemuliaan dan kedudukan sehingga kedudukan ketua saja diperebutkan! Kalau begitu, apa artinya kalian menggunduli rambut kepala? Apa artinya kepala gundul akan tetapi hatinya berbulu? Sungguh mence-markan dan memalukan perbuatan kalian ini sehingga pinceng sendiri merasa malu untuk berpakaian pendeta dan menggunduli kepala. Nah, mulai sekarang biarlah aku tidak menjadi pendeta lagi, kepalaku tidak gundul lagi agar jangan dikira aku pun seorang busuk menyamar sebagai pendeta hwesio!"
Setelah berkata demikian, Siauw Lam Hwesio mengeluarkan ilmunya yang mujijat.
Seluruh tubuhnya menggigil dan kulit tubuhnya mengeluarkan keringat dan.... di permukaan kepalanya yang gundul licin itu tiba-tiba tumbuh rambut yang panjangnya ada dua senti! Juga ketika ia menggerakkan tubuh, pakaian pendeta yang menempel di tubuhnya hancur berantakan! Melihat kesaktian yang hebat ini, para murid Siauw-lim pai tunduk dan dapatlah kini dipilih seorang ketua baru tanpa adanya pertentangan. Anak laki-laki putera Bhok Kim yang dibawa ke kuil Siauw lim si oleh kakek itu, kini telah menjadi muridnya dan tinggal pula di Siauw-lim si membantu pekerjaan gurunya sebagai pelayan. Semua hwesio di kuil itu sayang kepada Bun Beng, demikian nama anak itu, karena bocah itu amat rajin dan penurut, pula memiliki kecerdikan yang luar biasa dengan wa-jahnya yang tampan dan sepasang matanya yang bening tajam.
Semenjak peristiwa hebat di mana Siauw Lam Hwesio menumbuhkan rambutnya itu, dia bersama Bun Beng masih tinggal di dalam kuil, di bagian belakang dan mengerjakan pekerjaannya seperti biasa, membersihkan kuil, mengisi air, menyapu dan lain lain, dibantu muridnya. Pada malam itu, setelah makan malam dan mengaso, Bun Beng melihat wajah gurunya muram. Gurunya memang tidak pernah berseri mukanya, akan tetapi biasanya wajah gurunya itu hanya dingin saja, tidak seperti malam ini jelas membayangkan kemuraman. Kakek itu kini rambutnya telah panjang sampai lewat pundak, jenggot dan kumisnya juga panjang. Rambut dan jenggot itu telah putih semua, seperti benang benang perak, dan pakaiannya sederhana sekali.
"Suhu, apakah yang mengganggu pikiran Suhu?"
Bun Beng bertanya ketika guru dan murid ini duduk di atas pembaringan dalam kamar mereka.
Kakek yang kini tidak menggunakan sebutan hwesio lagi melainkan hanya Kakek Siauw Lam saja, memandang muridnya sambil menyembunyikan kekaguman hatinya dari sinar matanya. Benar seorang bocah yang luar biasa, pikirnya. Selama lima tahun ini, dalam pelajaran sastera semua kitab kuno yang berada di perpustakaan kuil habis "dilahapnya", sedangkan dalam pelajaran ilmu silat, bocah ini memiliki bakat yang mentakjubkan. Sekali diajar terus dapat mengerti dan menguasai! Hal ini masih belum mengagumkan hati kakek Siauw Lam, yang mengagumkan hatinya benar benar adalah pandangan yang amat luas dari bocah ini. Usia Bun Beng baru sepuluh tahun lebih, akan tetapi bocah ini sudah dapat mengerti bahwa saat itu dia sedang menderita gangguan pikiran! Bukan main! Kakek itu menarik napas panjang, lalu menjawab,
"Betapa pikiran takkan terganggu kalau menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan, muridku? Semenjak dunia berkembang, manusia selalu menjadi hamba dari nafsu mereka sendiri sehingga timbullah Hal-hal yang saling merugikan di antara manusia. Kita yang mempelajari ilmu silat, sedikit banyak mempunyai pertalian dengan dunia persilatan. Karena itu, mendengar akan keruhnya dunia kang ouw pada saat ini, mau tidak mau hatiku menjadi pilu dan penuh kekhawatiran akan terjadi bentrokan-bentrokan hebat di antara para pendekar sehingga akan mengorbankan nyawa banyak orang gagah secara sia sia belaka."
"Apakah yang terjadi di dunia kang ouw, Suhu?"
Tampaknya memang aneh mendengar seorang kakek tua membicarakan urusan dunia kang ouw dengan seorang anak laki laki berusia sepuluh tahun lebih. Akan tetapi karena Kakek Siauw Lam maklum bahwa Bun Beng bukanlah bocah biasa, tanpa ragu ragu lagi ia lalu bercerita,
"Dunia kang ouw yang selama ini tampak tenteram dan penuh damai, kini mulai geger dengan adanya berita yang amat mengejutkan. Pertama, lenyapnya pusaka-pusaka peninggalan keluarga Suling Emas yang amat dipuja oleh kaum kang ouw, baik dari golongan hitam maupun putih. Kedua, lenyapnya sepasang pusaka yang menggiriskan, yaitu Sepasang Pedang Iblis! Hanya diketahui bahwa kuburan kedua orang Siang mo kiam tahu tahu dibongkar orang dan diduga bahwa Sepasang Pedang Iblis yang tentu berada dengan sisa jenazah kedua orang pemiliknya itu telah diambil pembongkar kuburan. Kalau pusaka-pusaka peninggalan Suling Emas amat dipuja dunia kang ouw sebagai pusaka-pusaka keramat yang patut dihormat, adalah Sepasang Pedang Iblis merupakan pusaka yang mengerikan dan menakutkan karena munculnya Sepasang Pedang Iblis itu berarti munculnya pula geger dan keributan di dunia kang ouw. Hal ke tiga adalah berita tentang ditemukannya kitab kitab warisan keluarga Bu Kek Siansu dan kabar yang menghebohkan adalah bahwa kini pemerintah telah menguasai peta penyimpanan pusaka-pusaka itu. Karena pendengaran orang kang ouw amat tajam, kini sudah diketahui pula bahwa tempat itu adalah sebuah di antara pulau pulau karang kecil di tengah-tengah Sungai Huang ho yang sudah dekat dengan muaranya di Teluk Po-hai. Nah, dengan adanya berita ini, aku menduga bahwa tentu tokoh-tokoh kang ouw yang memiliki kepandaian tinggi sedang berlumba untuk mendapatkan pusaka-pusaka itu, tentu ramailah Sungai Huang-ho di daerah itu."
"Daerah mana, Suhu?"
"Kabarnya sesudah melewati Terusan Besar, bahkan sesudah lewat kota Cin-an, di sebelah timurnya, hanya beberapa puluh li saja dari pantai laut."
"Siapa sajakah yang akan muncul, Suhu? Apakah.... Pendekar Siluman juga akan hadir?"
Selama lima tahun ini, tak pernah Bun Beng dapat melupakan Pendekar Siluman berkaki buntung yang pernah menolongnya. Sudah sering kali ia bertanya kepada suhunya tentang diri Suma Han, akan tetapi gurunya agaknya enggan bicara tentang Pendekar Siluman itu.
"Entahlah, mana aku tahu siapa yang akan muncul? Hanya kabarnya sekarang ini di dunia kang ouw telah muncul banyak sekali orang yang memiliki kesaktian luar biasa."
"Seperti Pendekar Siluman?"
Kakek itu memandang muridnya, sinar matanya tersenyum.
"Mungkin lebih! Biarpun aku hanya mendengar beritanya saja, namun kabarnya kini Thian liong-pang mempunyai seorang ketua yang ke-pandaiannya seperti dewa! Dan juga bermunculan tokoh-tokoh dari Pulau Neraka yang kabarnya mempunyai kepandaian seperti iblis-iblis neraka sendiri. Tentang ketuanya, belum pernah ada orang melihatnya, penuh rahasia seperti ketua baru Thian liong pang! Ketua dua partai ini hanya kabarnya saja yang sudah keluar ke dunia kang ouw, namun mungkin jarang ada yang pernah melihat mereka. Di samping Thian liong pang dan pulau Neraka, kini bahkan muncul kabar tentang partai baru, yaitu penghuni-penghuni Pulau Es!"
"Pendekar Siluman....?"
Bun Beng makin tertarik.
"Entahlah. Tentang pulau Es ini lebih mengherankan lagi dan penuh rahasia. Tidak ada yang tahu pula siapa ketuanya, namun kabarnya, anak buahnya pun sudah memiliki kesaktian luar biasa. Apalagi ketuanya!"
Mendengar penuturan tentang dunia kang ouw dengan banyak keanehannya itu, hati Bun Beng tertarik bukan main. Kalau gurunya bicara, pandang matanya seolah-olah melekat dan tergantung pada bibir gurunya untuk mengikuti gerak-gerik agar jangan ada sepatah pun kata yang terlewat oleh penangkapannya. Kalau gurunya berhenti, ia pun termenung dan pikirannya melayang-layang jauh sekali. Biarpun Kakek Siauw Lam hanya mendengarkan penuturan anak murid Siauw lim pai yang juga mendengarnya sebagai kabar angin saja, namun sesungguhnya kabar itu banyak yang benar. Memang telah terjadi Hal-hal luar biasa di dunia kang ouw selama beberapa tahun ini.
Pertama adalah tentang lenyapnya pusaka-pusaka keluarga Suling Emas. Pusaka-pusaka ini, termasuk senjata keramat Pendekar Sakti Suling Emas yang berbentuk sebatang suling emas yang indah, tadinya tersimpan di tanah kuburan keluarga Suling Emas yang terletak di daerah Khitan. Tanah kuburan ini terjaga keras oleh seorang tokoh sakti yang disegani karena selain dia bekas pelayan keturunan terakhir keluarga pendekar itu, juga berkali kali merobohkan orang-orang yang berusaha merampas pusaka-pusaka itu. Di dalam cerita PENDEKAR SUPER SAKTI telah diceritakan ketika Puteri Nirahai mengunjungi kuburan itu untuk meminjam suling emas guna mempengaruhi kaum kang ouw, puteri ini pun kewalahan menghadapi penjaga yang sakti itu.
Penjaga itu adalah kakek bongkok Gu Toan yang setia, yang menjaga kuburan keluarga Suling Emas, membela seluruh pusaka, lebih lebih daripada membela nyawanya sendiri! Akan tetapi geger pertama mengguncang dunia kang-ouw ketika pada suatu hari, kakek bongkok Gu Toan itu terdapat sudah tak bernyawa lagi tanpa terluka di depan pintu pagar kuburan, dan semua pusaka telah lenyap tanpa bekas! Dunia kang ouw geger, para tokoh saling mencurigai, saling menyelidik namun pusaka-pusaka itu tak pernah dapat ditemukan jejaknya! Keguncangan ini belum juga reda, dunia kang ouw sudah digegerkan oleh guncangan ke dua, yaitu ketika tokoh-tokoh tua menemukan kuburan Siang mo kiam telah dibongkar orang dan Sepasang Pedang Iblis yang diduga berada di dalam kuburan itu telah lenyap.