Halo!

Rajawali Lembah Huai Chapter 27

Memuat...

“Kwa-kauwsu yang perkasa, aku adalah kakak misannya, satu-satunya keluarganya yang lebih tua sehingga aku dapat mewakili kedua orang tuanya yang sudah tiada, dapat menjadi walinya. Aku berhak membicarakan urusan perjodohannya dengan terhormat. Kalau secara resmi engkau melamar Liu Bi kepadaku, lalu kuterima lamaran itu dan diadakan upacara dan pesta pernikahan secara resmi, maka pernikahan itu akan terhormat dan engkau akan mendapatkan seorang isteri yang baik dan penurut. Sebaliknya, kalau engkau menggunakan cara paksaan seperti ini, bukankah keselamatanmu akan terancam setiap saat? Engkau seperti mengawini seorang musuh besar yang tiap saat dapat saja membunuhmu.”

Kwa-kauwsu terbelalak. Tadinya dia mengira bahwa setelah ketua Jang-kiang-pang itu menjadi isterinya, wanita itu akan tunduk kepadanya. Baru sekarang dia melihat kemungkinan terjadinya hal yang diucapkan tamunya itu.

“Saudara Cu, dan engkau nona Kim, mari kita bicara di dalam kamar tamu. Silahkan!” katanya dan sikapnya kini berubah ramah karena dia melihat bahwa tamunya ini agaknya akan dapat menolongnya dari keadaan yang gawat itu. Tentu saja dia ingin memperisteri Liu Bi secara wajar. Dia bukan pula penjahat yang suka memperkosa wanita, apa lagi Liu Bi yang membuatnya tergila-gila dan dicintanya.

Cu Goan Ciang dan Kim Lee Siang melihat betapa tuan rumah masih bersikap waspada ketika Kwa-kauwsu mengiringkan mereka masuk ke kamar tamu, sepuluh orang yang agaknya menjadi murid atau pembantu utamanya, mengiringkannya dan ikut masuk ke kamar tamu.

Ketika Kwa-kauwsu mempersilahkan mereka berdua mengambil tempat duduk berhadapan dengan guru silat itu, sepuluh orang itu berdiri berkelompok di sudut ruangan, berjaga-jaga. Kalau mereka berdua menggunakan kekerasab terhadap tuan rumah, tentu sepuluh orang itu akan maju mengeroyok, dan sebentar saja seluruh penghuni dusun itu akan mengepung mereka.

Setelah kedua orang tamunya duduk, Kwa-kauwsu berkata sambil mengamati wajah Cu Goan Ciang. “Apa yang kaukatakan tadi memang ada benarnya dan aku sendiri menghendaki agar pernikahanku dengan Liu Bi dapat berlangsung secara wajar dan terhormat. Akan tetapi, bagaimana kalau ia menolak pinanganku yang resmi seperti yang pernah ia lakukan?”

Cu Goan Ciang tertawa. “Aku mengenal betul watak adik misanku itu. Wataknya memang keras dan angkuh, tidak mudah tunduk. Karena, ketika engkau mengajukan lamaran, di pihaknya tidak ada walinya, maka ia merasa tersinggung dan menolak. Akan tetapi aku tahu bahwa adikku Liu Bi itu hanya mau berjodoh dengan laki-laki yang gagah perkasa dan mampu menandingi ilmu silatnya. Nah, kurasa engkau merupakan seorang pria yang cocok sekali dan memenuhi syarat untuk menjadi suaminya.”

“Sebaiknya kalau engkau mengundan suci ke sini untuk bicara dengan kami, Kwa-kauwsu,” kata Kim Lee Siang yang sejak tadi diam saja.

Guru silat itu memandang curiga kepada gadis manis itu. “Hemm, aku meragukan apakah ia akan mau menerima pinanganku dengan baik.” Cu Goan Ciang cepat berkata, “Kauwsu, kenapa engkau masih ragu? Aku yang menanggung bahwa adikku itu pasti akan mau menerimanya. Aku yang akan membujuknya. Sebaiknya kalai ia dipanggil ke sini agar dapat bicara denganku. Pula, kami bertiga berada di rumahmu, di tengah dusunmu, tidak ada yang perlu kau khawatirkan!”

Kwa-kauwsu mengangguk-angguk, benar juga, pikirnya. Andai kata Liu Bi dan adik seperguruannya ini mengamuk, dibantu oleh kakak misannya sekalipun, mereka bertiga tidak mungkin dapat lolos dari pengepungan para muridnya. Dan pemuda yang jangkung tegap ini agaknya bicara serius dan dapat dipercaya.

“Baiklah, akan kupanggil ia ke sini. Akan tetapi, kalau usaha kalian membujuknya tidak berhasil dan ia tetap hendak menolak, terpaksa kami akan menawan kalian semua!” Kwa- kauwsu memberi isarat kepada seorang pengawal yang segera memberi hormat dan keluar dari ruangan itu.

Dengan hati berdebar tegang, Goan Ciang dan Lee Siang menunggu dan untuk menenteramkan suasana, Goan Ciang berkata, “Kwa-kauwsu, kenapa masih mencurigai kami? Kami datang dengan maksud baik, untuk mendamaikan perselisihan di antara adik misanku dan engkau sebagai calon suaminya.”

Tak lama kemudian, pintu sebelah dalam ruangan itu terbuka dan muncullah seorang wanita muda yang cantik sekali. Cu Goan Ciang sendiri sampai tertegun melihat betapa cantiknya gadis itu. Di belakang gadis itu, berjalan dua belas orang pengawal yang memegang golok. Wajah gadis itu agak pucat, namun pandang matanya bersinar-sinar penuh keberanian. Ia terbelalak heran melihat Lee Siang dan Goan Ciang.

“Suci! Aku dan Cu-toako datang untuk menolongmu!” Lee Siang berseru dengan sikap gembira sekali melihat sucinya dalam keadaan selamat.

Dengan sikap wajar dan wajah gembira, Cu Goan Ciang bangkit berdiri memandang gadis itu dan berseru, “Piauw-moi (adik misan), agaknya engkau lupa kepadaku! Tidak aneh karena sudah lima tahun lebih kita tidak saling jumpa, piauw-moi, aku adalah Cu Goan Ciang, putera bibimu!”

”Suci, aku sendiri hampir tidak mengenal lagi kepada Cu-toako ketika dia datang kemarin!” kata Lee Siang dengan nada suara gembira.

Jang-kiang Sianli Liu Bi bukanlah seorang wanita bodoh. Sama sekali tidak. Ia seorang tokoh kang-ouw yang memiliki ilmu kepandaian tinggi dan amat cerdik. Kalau sampai ia dapat tertawan oleh Kwa-kauwsu adalah karena ia sama sekali tidak menduga bahwa guru silat itu demikian tergila-gila kepadanya sehingga tidak segan melakukan kecurangan dan mengeroyoknya untuk mendapatkan dirinya, secara halus maupun kasar! Kini, mendengar ucapan pemuda yang sama sekali tidak pernah dilihatnya itu dan ucapan sumoinya, iapun mengerti bahwa siapapun adanya pemuda itu, tentu dia datang diajak sumoinya untuk menolongnya. Ia lalu tersenyum, dan menghampiri Goan Ciang, memberi hormat dengan ramah.

“Aih, kiranya Cu-piauwko yang datang bersama sumoi? Akan tetapi, apa yang dapat kaulakukan piauw-ko? Aku telah menjadi tawanan Kwa-kauwsu!” Ia menoleh ke arah guru silat itu dan memandang marah.

Cu Goan Ciang memang sengaja hendak mengulur waktu sambil menunggu datangnya bala bantuan. Maka dia lalu memandang kepada Kwa-kauwsu. “Kwa-kauwsu, kalau kami dibiarkan bertiga saja di sini, aku akan mencoba untuk membujuk dan mengingatkan, menyadarkan piauw-moiku ini agar ia menyadari bahwa kini ia telah menemukan jodohnya yang cocok dan serasi. Jangan khawatir, kami tidak akan membuat ulah macam-macam, pula, bukankah engkau dengan seluruh anak buahmu dapat mengepung tempat ini dan kami sama sekali tidak akan dapat melarikan diri?”

Kwa-kauwsu mengangguk-angguk, menganggap bahwa ucapan pemuda itu memang beralasan. Tentu saja dia akan merasa berbahagia sekali kalau Liu Bi dengan suka rela suka menjadi isterinya, bukan isteri paksaan yang kelak dapat membahayakan dirinya. Dia lalu memberi isarat kepada para murid dan anak buahnya dan merekapun lalu meninggalkan Goan Ciang, Lee Siang dan Liu Bi bertiga saja di dalam ruangan tamu itu. Tentu saja dia mengerahkan murid-muridnya untuk mengepung ruangan itu dengan ketat.

Cu Goan Ciang yang sudah mengatur siasat dengan Lee Siang, lalau mulai membujuk “piauwmoi” itu dengan kata-kata yang cukup lantang sehingga akan dapat terdengar oleh orang yang melakukan pengintaian, sedangkan Lee Siang dengan berbisik memberitahu sucinya, suaranya tertutup oleh ucapan Goan Ciang yang lantang, bahwa mereka bertiga harus menanti sampai datangnya para anggota Jang-kiang-pang yang akan datang menyerbu, barulah mereka bertiga akan mengamuk. Juga ia mengatakan dengan lirih bahwa pemuda itu adalah seorang kenalan baru yang menjadi pelarian karena membunuh seorang perwira dan kini hendak membalas budi karena telah ditolongnya ketika melarikan diri, memiliki kepandaian yang boleh diandalkan.

Liu Bi yang cerdik melayani permainan sandiwara itu dan pura-pura menolak dengan suara keras. “Dia telah mengeroyok dan menawanku, bahkan telah membunuh Ngo-liong Ci-moi yang menjadi pembantu utamaku, bagaimana mungkin aku dapat menjadi isterinya?” demikian antara lain dia berteriak.

“Piauw-moi, pikirkanlah baik-baik. Kesalahpahaman yang menimbulkan perkelahian itu adalah karena engkau menolak lamarannya dengan keras sehingga Kwa-kauwsu merasa terhina dan marah. Sudah wajar kalau dalam perkelahian jatuh korban. Bagaimanapun juga, engkau diperlakukan dengan sopan dan baik, bukan?”

“Itu memang benar, akan tetapi aku... aku belum ingin menikah.”

“Piauw-moi, ingat bahwa arwah kedua orang tuamu tentu akan merasa tenteram kalau melihat engkau menikah. Usiamu juga tidak terlalu muda lagi, sudah sepantasnya kalau engkau menikah. Engkau dahulu selalu mengatakan kepadaku bahwa engkau hanya akan menikah dengan seorang pria yang mampu menandingimu. Sekarang, Kwa-kauwsu bahkan telah menawanmu. Dia memiliki kepandaian tinggi, juga perguruan silatnya besar, namanya cukup dikenal dan disegani, selain itu, walaupun dia seorang duda, dia belum mempunyai keturunan. Nah, mau apa lagi? Adapun tentang peristiwa perkelahian itu, aku yakin Kwa-kauwsu suka meminta maaf dan akan mengajukan pinangan dengan resmi kepada aku sebagai walimu.”

Sengaja kedua orang ini berbantahan secara panjang lebar mengulur waktu. Tiba-tiba terdengar ribut-ribut di luar, dan tiga orang itu mendengar dengan jelas teriakan-teriakan bahwa orang-orang Jang-kiang-pang datang menyerbu, bahkan mulai terdengar teriakan- teriakan perkelahian yang riuh rendah. Inilah saatnya mereka bergerak.

Lee Siang mencabut pedangnya. Ia sengaja membawa dua batang pedang dan ia menyerahkan sebatang kepada sucinya yang diterima dengan gembira. Adapun Cu Goan Ciang sendiri memang tidak membawa senjata.

Pada saat itu, pintu depan ruangan itu terbuka dan nampak Kwa-kauwsu dengan golok di tangan, bersama belasan orang muridnya berdiri di luar pintu dan dia berteriak, “Liu Bi, Lee Siang, dan Cu Goan Ciang! Orang-orang Jang-kiang-pang datang menyerbu. Apa artinya ini?”

Sebelum Jang-kiang Sianli Liu Bi menjawab, Cu Goan Ciang mendahului dia dan dia berkata, “Kwa-kauwsu, biarkan kami mencegah mereka. Ini tentu kesalahpahaman dari mereka yang mengira bahwa ketua mereka diperlakukan tidak baik!”

Guru silat itu meragu, akan tetapi karena keadaan gawat, diapun mengangguk dan memperingatkan, “Cu Goan Ciang, kalau kalian menipu kami, kalian akan kami bunuh!”

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment