Halo!

Peninggalan Pusaka Keramat Chapter 34

Memuat...

"Bagus! Kau benar-benar tidak malu disebut seorang laki- Iaki sejati. Tetapi aku justru ingin melihat sampai di mana kekerasan hatimu."

Mendengar kata-katanya, Seebun Jit yakin Leng Coa sian sing tidak akan membunuhnya langsung. Mungkin dia akan menggunakan cara yang keji untuk menyiksanya. Pikirannya lalu tergerak, seandainya dia dapat menghadapi Leng Coa sian sing, tetap saja dia tidak bisa menghin-darkan diri dari tiga iblis keluarga Lung yang akan datang kemba'I. Lebih baik menggunakan kesempatan di saat jalan darahnya belum tertotok oleh lawan untuk memutuskan urat nadinya sendiri. Lagi pula mereka belum tentu dapat menemukan Lie Cun Ju yang disembunyikan di dalam ruangan batu. Dengan demikian dia tidak perlu menerima berbagai penderitaan sebelum terbunuh.

Setelah mengambil keputusan, Seebun Jit langsung bermaksud menggunakan sisa tenaganya untuk memutuskan seluruh urat nadi di tubuhnya untuk membunuh diri. Tiba-tiba dari luar lembah Gin Hua kok berkumandang suara derap kaki kuda. Baik Leng Coa sian sing maupun Seebun Jit adalah tokoh-tokoh yang bepengetahuan luas. Begitu mendengar suara derap kaki kuda, mereka langsung sadar bahwa tujuan orang itu pasti Gin Hua kok. Tanpa dapat ditahan lagi keduanya jadi tertegun.

Di saat keduanya masih termangu-mangu, suara derap kaki kuda itu sudah semakin mendekat. Kemudian tampak sesosok bayangan berkelebat, orang yang menunggang kuda itu sudah sampai di mulut lembah Gin Hua kok.

Serentak Leng Coa sian sing dan Seebun Jit menolehkan kepalanya ke arah mulut lembah. Mereka melihat seekor kuda yang bersih mulus berwarna putih keperak-perakan dengan seorang gadis yang memegang pecut berwarna sama melaju datang secepat kilat. Orang ini bukan siapa-siapa, tetapi putri si Raja Iblis I Ki Hu yaitu I Giok Hong.

Begitu melihat I Giok Hong, hati Leng Coa sian sing berkebat-kebit. Dia khawatir I Ki Hu juga menyusul dibelakang. Begitu terkejutnya kakek itu, sehingga kakinya menyurut mundur satu langkah.

I Giok Hong hanya berhenti sebentar di depan lembah. Kemudian mengayunkan pecutnya dan melesat datang. Gerakan pecutnya demikian lemah seakan tidak mengandung tenaga sedikitpun. Secepat kilat melayang kearah Leng Coa Sian Sing. Manusia pecinta ular itu menghindarkan dirinya dengan panik. Gerakan pecut I Giok Hong yang tampaknya lemah itu justru berkelebat bagai cahaya kilat.

Trak!!

Tahu-tahu lencana ditangan Leng Coa sian sing sudah terbelit oleh pecutnya dan melayang kembali kearah I Giok Hong.

Wajah Leng Coa sian sing langsung berubah hebat.Kakinya terhuyung – huyung mundur beberapa tindak. “I ....... kouwnio, lencana i ........ tu kau sendiri yang memberikannya kepadaku. Mengapa sekarang kau mengam

........ bilnya kembali?” kata Leng Coa sian sing gugup.

I Giok Hong mendengus dingin. Lencana itu dimasukkan kedalam saku pakaiannya kemudian pecutnya diayunkan kembali.

“Leng Coa sian sing, setelah menerima lencana ayahku ini, ternyata kau berani mengumbar lagakmu di lembah Gin Hua kok. Cepat pergi dari sini!”

Selembar wajah Leng Coa sian sing tampak merah padam bagai dilumuri darah. Perlahan – lahan dia mengundurkan diri. Sesampainya di mulut lembah, dia melongokkan kepalanya. Keadaan diluar lembah sunyi senyap. Tampaknya I KI Hu tidak mengiringi kepulangan putrinya I Giok Hong.

Ilmu kepandaian I Ki Hu sudah mencapai taraf yang demikian tinggi sehingga kadang – kadang kedatangan dan kepergiannya persis setan gentayangan yang tidak menimbulkan jejak dan suara sedikitpun. Kalau dilihat dari keadaan sekarag, tampaknya I Giok Hong memang hany seorang diri. Tetapi siapa tahu si Raja Iblis itu bersembunyi disuatu tempat dan belum mau menampakkan dirinya. Meskipun hati Leng Coa sian sing mendongkol sekali, tetapi apabila dia sampai bergebrak dengan I Giok Hong, ada kemungkina I Ki Hu bisa muncul setiap saat.

Keadaan itu seperti perjudian yang hanya memegang besar atau kecil. Hanya ada kemungkianan yang taruhannya bukan uang atau harta benda yang dapat dicari penggantinya, tapi nyawanya sendiri.

Karena itu Leng Coa sian sing termenung-menung beberapa saat. Akhirnya dia tidak berani berspekulasi. Dia melilitkan sebagian tubuh dan ekor 'cambuk kumala' ke lehernya. Tubuhnya berkelebat dan menghilang di luar lembah. Sebetulnya kakek Leng Coa sian sing tidak kembali ke Leng Coa ki (tempat tinggalnya). Dia hanya berlari ke tempat yang agak jauh kemudian kembali lagi dengan mengambil jalan memutar. Dia menyembunyikan dirinya di sekitar mulut lembah dan tidak berani masuk ke dalam.

Sejak kecil Leng Coa sian sing senang memelihara ular. Setnua kepandaian yang dimilikinya sekarang merupakan ilmu yang didapatkannya dengan meniru gerak gerik ular. Bahkan ilmu ginkangnya lain daripada yang lain. Dia dapat merayap di atas tanah dan pulang pergi seperti melayang di atas tanah dengan tubuh tiarap. Bahkan tidak menimbulkan suara sedikit pun. Meskipun di luar lembah Gin Hua kok terdapat banyak pasir, tempat yang dilaluinya tidak meninggalkan jejak kaki sedikit pun karena dia bukan berjalan tapi melata seperti ular.

Setelah Leng Coa sian sing meninggalkan tem¬pat itu, Seebun Jit baru bisa menghembuskan nafas lega. Dia mendongakkan kepalanya.

"Sio . . . cia, keda . . . tanganmu sung .. . gun tepat, se . . . hingga se . . . lembar nya . . . waku ini tertolong."

Sepasang alis I Giok Hong menjungkit ke atas, seakan ia sedang ada keperluan penting.

"Siok-siok, kemana bocah she Li itu?Cepat suruh dia keluar, ayahku ingin menemuinya," tukas I Giok Hong.

Hati Seebun Jit langsung tertegun. Dia mengeluh dalam hati.

Aku berkelahi melawan tiga iblis dad keluarga Lung dan Leng Coa sian sing mati-matian justru karena ingin mempertahankan Lie Cun Ju. Tetapi kalau dilihat dari sikap I Giok Hong yang kalang kabut ini, tampaknya 1 Ki Hu juga mengandung niat tidak baik.

Seebun Jit menarik nafas panjang. "Siocia, aku yang bersalah. Setelah kalian pergi tidak lama, datang tiga iblis dari keluarga Lung. Justru ketika aku sedang bertarung dengan sengit melawan mereka, ternyata bocah itu menggunakan kesempatan ini untuk meloloskan diri."

Meskipun dalam keadaan mendadak Seebun Jit mengarang cerita bohong, tetapi nada suaranya sedikit pun tidak meragukan. Namun I Giok Hong seorang gadis yang luar biasa cerdasnya. Setelah berpikir sejenak, dia mengeluarkan suara tertawa dingin.

"Siok-siok, kau sedang mendustai aku." "Siocia, masa hamba mempunyai nyali sebesar

itu? Dia . . . benar-benar sudah melarikan diri." Wajah I Giok Hong berubah menjadi angker.

“Seebun Jit, pada dasarnya kau musuh besar Gin Hoa Kok. Mengingat ilmu kepandaianmu yang tinggi, tia menahan kau disini. Justru karena hal itu aku tidak segan-segan memanggil kau siok-siok. Tetapi kalau kau bermaksud macam-macam, aku tidak akan membiarkannya,” katanya.

Ketika Seebun Jit bermaksud berdebat, I Giok Hong sudah mengayunkan pecutnya ke atas tanah kemudian membalikkan tubuh dan berjalan pergi. Seebun Jit segera menolehkan kepalanya. Tanpa dapat ditahan lagi hatinya mengeluh celaka. Ternyata arah yang dituju I Giok Hong justru pintu batu tempat Lie Cun Ju disembunyikan.

Di depan goa batu itu memang telah diganjal dengan sebuah batu besar. Tapi Seebun Jit tahu I Giok Hong sejak kecil sudah dilatih oleh ayahnya sehingga meskipun usianya masih muda, kepandaiannya sudah tinggi sekali. Batu besar itu tentu tidak sanggup menghalangi niat gadis itu.

“Socia, tunggu dulu!” teriak Seebun Jit.

I Giok Hong menolehkan kepalanya sambil tertawa cekikikan. “Rupanya kau menyimpan pemuda itu di goa batu tempat tinggalmu,” katanya.

Seebun Jit langsung tertegun. Sekarang dia baru sadar bahwa bukan hanya kepandaiannya saja yang masih kalah dengan I Giok Hong. Bahkan kecerdasannya pun terpaut jauh. Sebetulnya I Giok Hong tidak tahu tempat Lie Cun Ju disembunyikan. Tetapi saking paniknya Seebu Jit berteriak, itu sama halnya dengan memberitahukan kepada I Giok Hong.

Akhirnya Seebun Jit hanya daoat menarik nafas panjang. Sekonyong-konyong, dia melompat bangun dengan tangan menumpu diatas tanah. Dia berdiri juga berjalan maju beberapa langkah kemudian bersandar pada batang pohon.

Tampak I Giok Hong sudah sampai di depan pintu batu. Pecut ditangannya diayunkan, Tar! Sekali gerak saja batu besar itu, tiba-tiba terdengar suara menggelegar seperti ledakan bom. Batu besar yang beratnya paling tidak dua-tiga ribu kati itu langsung terpental ke atas kemudian pecah berhamburan.

Pada saat itu, I Giok Hong sedang berdiri di depan pintu goa. Sekonyong – konyong batu besar yang mengganjal di depan pintu itu terpental ke atas dan pecah berhamburan. Gadis itu merasa ada serangkum angin yang kuat melanda kearahnya. Tetapi ia bahkan menerjang kedepan. Melihat keadaan yang membahayakan, Seebun Jit sampai mengeluarkan suara seruan terkejut.

Orang yang di tengah bertubuh gemuk pendek, di sebelah kirinya seorang perempuan, hal ini terlihat dari bentuk tubuhnya. Sedangkan di bagian kanan berdiri seorang laki-laki bertubuh tinggi kurus.

Ketiga orang ini memang iblis keluarga Lung dari Kui Cou. Yang gemuk sebagai saudara tertua, namanya Lung Goan Po. Orang yang bertubuh tinggi kurus saudara kedua, namanya Lung Sen. Sedangkan yang perempuan menduduki tangga terakhir, namanya Lung Ping!

Ketika masih berada di dalam goa batu, Lie Cun Ju dan Seebun Jit sudah mendengar suara perempuan itu. Karenanya mereka pun mengetahui bahwa yang datang adalah tiga iblis keluarga Lung. Lie Cun Ju pernah kena batunya ketika bertemu dengan mereka di tengah sungai. Karena itu dia mengenali suaranya. Sedangkan pengetahuan dan pengalaman Seebun Jit sangat luas, dia juga senang menjelajahi dunia. Ketika dunia bu lim belum mengenal nama tiga iblis dari keluarga Lung, dia sudah sempat bertemu dengan mereka beberapa kali.

"Rupanya kalian. Ada perlu apa kalian datang kemari?" tanya Seebun Jit dengan nada dingin.

Ketiga iblis dari keluarga Lung tidak menyahut. Mereka langsung melepaskan topeng penutup wajah mereka yang warnanya seperti berlumuran darah.

Perasaan Seebun Jit langsung tertegun. Tanpa dapat ditahan lagi, kakinya menyurut mundur tiga langkah. Sewaktu berkunjung ke Kui Cou tempo dulu, kakek itu sudah pernah mendengar orang mengatakan bahvva ketiga iblis keluarga Lung memang tiga bersaudara. Tadinya mereka prajurit suku Biao. Kemudian menurut berita yang tersebar di dunia kang ouw, tokoh utama dari golongan hitam Hek Leng sin kun berpesiar ke daerah Biao dan menetap di sana. Kemudian ketiga saudara ini diterimanya sebagai murid.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment