Halo!

Peninggalan Pusaka Keramat Chapter 29

Memuat...

"Tidak salah, kau memang she Ci. Ayahmu adalah pemilik alas batu Ban nian si ping (Endapan es laksaan tahun) yang merupakan salah satu pusa-ka yang menjadi incaran tokoh- tokoh bu lim . . ." Mendengar sampai di sini, wajah Lie Cun Ju semakin menyiratkan rasa terkejutnya.

"Maksudmu, aku putra Tocu (pemilik pulau) Hek Cui To, Ci Cin Hu?"

"Tidak salah. Tadi aku justru khawatir si raja iblis itu mengenalimu!"

Sejak kecil sampai besar, entah berapa kali sudah Lie Cun Ju mendengar kisah dendam antara I Ki Hu dengan tocu Hek Cui to, Ci Cin Hu. Mula-muia I Ki Hu berhasil dikalahkan oleh Ci Cin Hu. Tetapi beberapa tahun kemudian, I Ki Hu datang kembali ke Hek Cui to mencari Ci Cin Hu. Dengan ilmu telapak darahnya yang menggetarkan dunia persilatan, I Ki Hu membasmi seluruh keluarga dan anggota Hek Cui to. Seluruh penghuni pulau itu habis dibunuh oleh I Ki Hu. Yang tersisa hanya seorang putranya yang usianya belum men-capai satu tahun.

Selama beberapa tahun ini, menurut kabar burung, I Ki Hu terus berusaha menemukan bayi yang tidak sempat dibunuhnya itu. Ketika Lie Cun Ju mendengar orang mengisahkan cerita itu, diam-diam dalam hati dia sering mendoakan keselamatan sang bayi laki-laki agar jangan sampai ditemukan oleh I Ki Hu. Tetapi mimpi pun dia tidak pernah membayangkan bahwa bayi kecil yang sempat menjadi perhatian kalangan orang-orang kang ouw itu adalah dirinya sendiri.

Sampai sekian lama dia termangu-mangu. Kemudian baru berkata.

"Apakah yang kau katakan itu benar adanya?" "Mana mungkin palsu?"

"Mengapa kau begitu yakin aku putra Ci Cin Hu?" tanya Lie Cun Ju iagi. "Padahal urusannya sudah berlalu begitu lama. Ketika pertama kali aku melihatmu, usiamu baru lima bulan. Tentu saja aku tidak dapat mengenalimu. Tetapi sekarang, wajahmu persis dengan ayahmu ketika muda. Tidak ada perbedaan sedikit pun. Mana mungkin aku tidak bisa mengenalimu?"

"Seebun cianpwe, benda ada yang snma, manusia hanyak yang mirip. Kaiau mengarnbil kepastian dari rupa yang sama saja, bagaimana bisa membuktikan bahwa aku benar-benar putra Tocu Hek Cui to, Ci Cin Hu? Apalagi ayah ibuku sangat baik terhadapku. Aku benar-benar tidak percaya kalau mereka bukan orang tua kandungku."

"Di balik semua ini pasti ada yang tidak kauketahui. Biar aku menjelaskannya dengan terperinci."

"Katakan saja!" Pada saat itu, seluruh tubuhnya masih terasa nyeri karena dinginnya alas batu yang bernama Ban nian si ping itu. Tetapi karena seluruh perhatiannya tercurah ke masalah lain, dia jadi tidak merasakannya.

"Pada waktu itu, I Ki Hu datang ke pulau Hek Cui to. Sebetulnya ayah dan ibumu tidak mungkin kalah dengan cara yang demikian mengenaskan. Tetapi mereka sedang berlatih semucam ilmu yang sakti. Hati si raja iblis I Ki Hu keji sekali. Begitu datang ke Hek Cui to, dia tidak muncul secara terang- terangan. Semalam penuh dia mencari kesempatan yang baik. Setelah mendapat kesempatan yang baik, dia langsung menerjang ke dalam gedung rumahmu. Kedua orang tuamu sedang bersemedi melatih ilmu, dia langsung membunuh. Mereka tanpa sempat memberikan perlawanan sedikit pun. Setelah berhasil, dia menghabisi seluruh anggota keluargamu dan penghuni pulau lainnya."

"Kalau aku memang putra Ci Cin Hu, mengapa aku bisa meloloskan diri dari pembantaian yang keji itu?" tanya Lie Cun Ju. "Sebulan sebelumnya, kau dibawa pergi oleh inang pengasuhmu meninggalkan Hek Cui to untuk mengunjungi nenekmu. Karena itu kau selamat dari pemhunuhan malam itu."

"Siapa pula nenekku itu?"

"Dia orang tua juga mempunyai nama besar di dunia kang ouw, julukannya Liong Po (Nenek naga) Chi Go Nio. Pada saat itu, dua bulan sebelumnya aku sempat berkunjung ke Hek Cui to. Kami pernah bertemu muka satu kali. Dua bulan kemudian, aku mempunyai sedikit urusan dengan ayahmu dan ingin menemuinya, Tetapi ketika aku baru tiba di tepi laut, aku langsung mendengar bencana yang menimpa keluarga besar Hek Cui to. Cepat-cepat aku menuju pulau itu untuk membuktikan kebenarannya. Ternyata rnemang benar. Ayahmu pernah menanam budi yang besar kepadaku, karena itu aku pun menguburkan semua mayat yang ada dalam pulau itu. Kemudian aku pun teringat kepadamu. Menurut berita yang kudapatkan. hanya kau seorang yang sempat meloloskan diri dari pembantaian ifu. Sedangkan aku tahu di man kau berada. Bergegas aku menyusul ke rumah nenekmu, Ciu Go Nio. Tetapi di tengah perjalanan, kembali aku mendengar berita bahwa scluruh anggota keluarga di rumah nenekmu itu juga habis terhunuh oleh I Ki Hu. Tetapi yang melegakan hatiku justru mendengar kabar bahwa iblis itu tidak herhasil menemukan bayi itu. Mengenai bagaimana kau bisa meloloskan diri untuk kedua kalinva, aku sama sekali tidak tahu."

Meskipun Seebun Jit menuturkan cerita itu dengan serius, tapi Lie Cun Ju tetap tidak percaya.

"Tocu Hek Cui to mempunyai tiga orang putri dan tiga orang putra termasuk dirimu. Yang anehnya setiap anak laki- laki maupun pereinpuan, di lengannya pasti ada andeng- andeng berwarna merah. Karena itu, ketika si raja iblis I Ki Hu meiihatmu, dia langsung mengoyak lengan bajumu," ujar Seebun Jit meneruskan ceritanya.

"Tetapi di lenganku tidak ada andeng-andeng merah sedikit pun."

"Pasti pasangan suami istri Lie Yuan teiah menghilangkan andeng-andeng di lenganrnu itu!1"' kata Seebun Jit.

"Seebun cianpwe, aku tetap tidak percaya dengan ceritamu!" ujar Lie Cun Ju sambil meng-gelengkan kepala.

Sekonyong-konyong terlihat perubahan di wajah Seebun Jit, kemudian dengan tergesa-gesa dia melesat keluar.

"Seebun ciangpwe, ada apa?" tanya Lie Cun Ju.

Tampak Seebun Jit berhenti sebentar di depan pintu batu. Kemudian dia melongokkan kepalanya keluar. Wajahnya menyiratkan perasaan terkejm. Terdengar dia seperti menggumam seorang diri.

"Aneh! Tadi terang-terangan aku mendengar suara seseorang, mengapa aku tidak melihat siapa-siapa?" gumam Seebun Jit.

"Seebun cianpwe, mungkinkah si raja iblis I Ki Hu tiba-tiba kembali lagi?" tanya Lie Cun Ju dengan tegang.

"Jangan khawatir, sebelum sampai di Si Cuan dan bertemu dengan pasangan suami istri Lie Yuan, dia tidak mungkin kembali kesini!" jawab Seebun sarnbil tertawa getir.

"Untuk apa I Ki Hu ingin bertemu dengan kedua orang tuaku?"

"Kau toh tidak percaya dengan kata-kataku. Tetapi si raja iblis I Ki Hu begitu melihatmu langsung mencurigai hahwa kaulah bayi yang dulu dicari-carinya. Tentu tujuannya untuk membasmi rumput sampai ke akar-akarnya. Tetapi dia tidak menemukan andeng-andeng merah di lenganmu. Karena itu dia helum yakin dengan dugaannya sendiri. Dia sengaja menahanmu di Gin Hua kok ini dan pergi ke Si Cuan mencari pasangan suami istri Lie Yuan untuk menanyakan riwayat hidupmu sampai sejelas-jelasnya. Kalau belum ada kepastian, mana mungkin dia sudi kembali lagi kemari?"

Lie Cun Ju terdiam heherapa saat. Diam-diam dia membayangkan kembali sikap orang tuanya sejak kecil sampai dewasa terhadapnya. Sesungguhnya tidak ada yang dapat dicurigai. Tidak terlihat sedikit pun titik terang yang menyatakan mereka bukan orang tua kandungnya. Bahkan sikap mereka lebih baik daripada kepada kokonya Li Po. Lagipula andeng-andeng merah yang dikatakan Seebun Jit sehagai tanda kelahiran khas keluarga Ci Cin Hu tidak terdapat pada dirinya. Bahkan sedikit luka bekas guratan pisau pun tidak ada. Seandainya benar pasangan suami istri Lie Yuan menghilangkan tanda itu, pasti sedikit banyaknya akan meninggalkan bekas luka.

Tetapi, meskipun demikian, Lie Cun Ju juga tidak bisa tidak percaya sama sekali dengan keterangan Seebun Jit. Pertama, dia tidak mem-punyai permusuhan pribadi dengan Seebun Jit, bahkan perlakuan orang tua itu sangat baik terhadapnya. Kedua, cara bicara orang tua itu juga penuh keyakinan dan tidak dibuat-buat.

Karena itu sampai cukup lama dia terdiam kemudian baru berkata lagi. "Seebun cianpwe, biar bagaimana, urusan ini menyangkut riwayat hidupku sendiri. Aku ingin menanyakannya kepada kedua orang tuaku agar persoalannya menjadi jelas. Harap kau bebaskan totokan di tubuhku. Aku ingin pergi ke Si Cuan untuk menemui ayah dan ibuku."

"Ci kongcu, ayahmu meninggal dengan cara yang mengenaskan. Meskipun aku ini orang golongan hitam, tapi hitung-hitung aku masih mempunyai hubungan saudara dengan ayahmu. Boleh dibilang seluruh bu lim tahu bahwa kematian ayahmu berlangsung di tangan I Ki Hu. Tetapi ternyata tidak ada seorang pun yang hcruni menampilkan diri menuntut keadilan. Hanya aku sendiri yang tiga kali berturut- turut mendatangi Cin Hua kok untuk membalaskan dendam bagi orang tua dan saudara-saudaramu. Tetapi sayangnya tiga kali berturut-turut pula aku mengalami kekalahan. Akhirnya aku berpura-pura takluk kepadanya dan menjadi pelayannya. Pokoknya selama gunung masih menghijau, hutan masih ada, jangan takut tidak ada kayu bakar. Selama belasan tahun ini aku menahan segala penderitaan dan hinaan. Sekarang aku sudah menemukanmu. Tetapi kau malah ingin pergi ke Si Cuan untuk menemui pasangan suami istri Lie Yuan. Bagaimana kalau di sana kau bertemu dengan si raja iblis I Ki Hu. Coba kau pikirkan sendiri! Apakah ilmu silatmu sekarang dapat menandingi kepandaian si raja iblis itu?"

Mendengar nada bicara Seebun Jit yang semakin lama semakin serius, hati Lie Cun Ju semakin bimbang.

"Lalu, entah berapa puluh tahun lagi ilmu silat-ku baru bisa menandingi kepandaian si raja iblis itu?"

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment