Dia langsung berdiri.
"Cepat siapkan kereta kuda, kita harus berangkat sekarang juga! Tia, kau tidak membawa apa-apa?" Terdengar suara ucapan Giok Hong.
"Tentu ada yang harus kubawa." Tampak ba-yangan tubuhnya bagai gumpalan asap, dalam sekejap mata sudah berada pada jarak lima depaan. Sekali lagi tubuhnya berkelebat, tahu-tahu sudah menyusup ke dalam rumah. Kecepatan gerakan tubuhnya membuat mata Tao Ling membelalak dan mulut membuka.
Tidak berapa lama kemudian, I Ki Hu sudah keluar kembali. Tetapi kedua tangannya masih kosong, tidak terlihat dia membawa apa pun.
Sementara itu, I Giok Hong memerintahkan Tao Ling naik ke dalam kereta. Setelah masuk ke dalam, Tao Ling melirikkan matanya kepada Lie Cun Ju. Matanya menyorotkan keperihan hatinya berpisah dengan pemuda itu. Namun tali kendali kuda sudah dihentakkan. Keempat ekor kuda itu segera meringkik dan menggerakkan kakinya. Dalam sekejap mata kereta itu sudah meluncur keluar dari Gin Hua kok. Lie Cun Ju terkulai di atas rerumputan. Dia ingin berdiri dan berlari menuju mulut lembah untuk melihat Tao Ling sekali lagi. Tetapi baru saja dia berdiri, kakinya sudah terasa lemas dan jatuh kembali. Hatinya sedih sekali. Tan pa dapat ditahan lagi. Dia menarik nafas panjang. Tampak 'Lo Jit' membungkukkan tubuhnya dan memperhatikan 'keadaannya. Berkali-kali Lie Cun Ju menarik nafas panjang.
"Locianpwe, nasehatmu kepada Tao kouwnio memang tidak salah. Tetapi watak gadis yang satu ini, di luar lembut, dalamnya keras. Mana sudi dia mendapat tekanan dari orang atau mendengar perintah orang? Seandainya dia memendam kekesalannya dalam hati, maka darah di sekitar hatinya akan membeku serta menimbulkan luka dalam yang parah. Tetapi apabila dia membangkang, penderitaan apa lagi yang akan diterimanya bukankah sudah dapat dibayangkan?
Aih!" ucap Lie Cun Ju.
"Ci kongcu, Thian menggerakkan hati si raja iblis itu untuk meninggalkan Gin Hua kok, ternyata penderitaan dan hinaan yang kuterima selama beiasan tahun tidak sia-sia!" katanya dengan nada berbisik.
"Locianpwe, bagaimana kau memanggilku barusan?" tanya Lie Cun Ju bingung.
"Aku memanggil kau Ci kongcu!" Lo Jit tersenyum misterius.
"Locianpwe jangan bercanda, aku she Lie, bukan she Ci!" Selesai berkata, ia teringat I Ki Hu menanyakan apakah dia anak kandung Pat Kua kiam Lie Yuan, hatinya semakin tidak mengerti.
'Lo Jit' tidak menyahut. Tubuhnya berkelebat dan tahu-tahu sudah berada di mulut lembah. Dia melongokkan kepalanya keluar untuk melihat ke-adaan di kiri kanannya. Tampak debu beterbangan. Kereta kuda berwarna putih itu sudah berada di kejauhan dan tidak berapa lama kemudian tinggal tampak titik berwarna keperakan. Setelah yakin majikan dan nonanya sudah pergi, Lo Jit baru melesat kembali ke samping Lie Cun Ju.
"Ci kongcu, aku khawatir kau sendiri tidak tahu kejadian yang sebenarnya. Sekarang kau ikut aku dulu!" Dia memapah tubuh Lie Cun Ju lalu berjalan menuju sebelah kanan lembah.
Mereka sampai di depan sebuah pintu batu. Lo Jit mendorong batu besar itu kemudian terlihat sebuah celah yang cukup lebar. Lo Jit membungkukkan tubuhnya sedikit dan masuk ke dalam, Lie Cun Ju pun mengikutinya. Setelah berjalan heberapa depa, pandangan mata pun jadi leluasa. Ternyata di dalamnya terdapat sebuah ruangan yang cukup luas. Sekali lagi Lo Jit melongok keluar. Lie Cun Ju tidak melihat adanya orang lain di lembah itu. Tetapi sikap Lo Jit masih demikian hati-hati. Diam-diam dia menyadari urusan ini pasti rahasia sekali.
Tadinya Lie Cun Ju berdiri dengan punggung bersandar di dinding batu. Lo Jit keluar melihat-lihat keadaan. Setelah kemhali lagi, dia berjalan menuju sebuah tempat tidur batu. Kemudian dia mengerahkan tenaganya untuk mengangkat batu itu. Ternyata batu yang berbentuk persegi dan setebal kasur tempat tidur itu terangkat olehnya.
Lie Cun Ju sama sekali tidak tahu apa yang dilakukannya. Setelah batu itu terangkat, Lie Cun Ju melihat tempat tidur itu sekarang terdapat lekukan di dalamnya, besarnya sama dengan batu tadi. Tetapi warna batu yang menjadi alas di dalamnya berwarna abu-abu pekat. Kefika perasaannya sedang bingung, Lo Jit sudah membimbingnya dan menyuruhnya tidur di atas lekukan batu itu. Baru saja Lie Cun Ju merebahkan dirinya, ia langsung berteriak sekeras- kerasnya kemudian bermaksud melonjak bangun.
Rupanya ketika Lie Cun Ju baru membaringkan tubuhnya di atas batu itu, ternyata dia merasa dirinya seakan dilemparkan ke dalam kolam berisi air es. Serangkum hawa dingin yang menggigilkan menyusup sampai ke dalam tulang sumsumnya. Apalagi bagian tubuh yang terkena pecutan I Giok Hong, perihnya tidak terkatakan. Pada dasarnya tubuh Lie Cun Ju memang sudah lemah sekali. Bahkan ketika berdiri saja harus menyandarkan punggungnya ke dinding batu. Tetapi rasa dingin yang menusuk dari alas batu yang ditidurinya ternyata sanggup membuat dia melonjak bangun!
Baru setengah dia melonjakkan tubuhnya, tangan si kakek tua sudah mendorongnya keras-keras. Tubuhnya terhempas kembali ke atas alas batu tersebut. Bahkan belum hilang rasa terkejut di hati Lie Cun Ju, kakek tua itu sudah mengulurkan tangannya kembali dan menotok dua buah jalan darahnya.
Tentu saja Lie Cun Ju tidak dapat bergerak lagi setelah jalan darahnya tertotok. Dia merasa segulung demi segulung hawa dingin menyusup ke dalam pori-pori di seluruh tubuhnya. Dalam waktu yang singkat, keempat anggota tubuhnya sudah mulai kaku. Meskipun Lie Cun Ju masih bisa bicara, tetapi rahang mulutnya sulit dibuka, lidahnya terasa kelu. Sampai beberapa lama, dia baru sanggup memaksakan diri berkata.
"Lo . . . cianpwe ... an ... ta ... ra ... kita . . . tidak ... a ...
da ... per . . . musuh ... an . . . apa . . . pun ... mengapa kau
..." Tubuhnya menggigil, dia tidak sanggup melanjutkan kata- katanya lagi.
"Ci kongcu, tahukah kau siapa aku?" kata orang itu serius.
Saking dinginnya, wajah Lie Cun Ju sudah berubah menjadi kehijauan. Dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Matanya memandang Lo Jit seakan menunggu kelanjutan kata-katanya.
"Kau sudah mengikuti pasangan suami istri Pat Kua kiam Lie Yuan sekian lama, tentunya pengetahuanmu tentang dunia kang ouw juga cukup luas. Pernahkah kau mendengar bahwa belasan tahun yang lalu di dunia kang ouw, khususnya golongan hi tain ada seorang perampok yang selalu malang melintang seorang diri. Julukannya Hantu tanpa bayangan. Senjatanya sebatang golok dan sepasang cambuk. Orang itu she Seebun bernama tunggal Jit?"
Mendengar kata-katanya, dalam hati Lie Cun Ju tertegun. Meskipun orang bernama Seebun Jit itu sudah belasan tahun tidak terdengar kabar beritanya, tetapi namanya rnasih tersohor di kalangan orang-orang bulim. Menurut berita yang pernah didengarnya, baik gwa kang maupun lwekang orang ini tinggi sekali. Meskipun orang dari golongan hitam, tetapi wataknya cukup baik. Jiwanya besar. Malah Seebun masih bersaudara dengan hwesio angkatan tertinggi dari Go Tai bun, yakni ciang bun jinnya Bu Kong taisu. Mungkinkah 'Lo Jit' yang ada di hadapannya ini tokoh yang bernama Seebun Jit?"
Karena pikirannya melayang-layang, tanpa di-sadari rasa nyerinya jauh berkurang. Bahkan tanpa disengaja dia bertanya.
"Apakah locianpwe ini Seebun Hiap to (Perampok budiman)?"
"Tidak salah. Tidak disangka usiamu yang demikian muda tetapi sudah pernah mendengar namaku."
"Seebun cianpwe, cepatlah kau bangunkan aku . . . dari tempat tidur batu ini!"
"Ci kongcu, ketika kau masih kecil, mungkin kau juga pernah tidur di atas tempat tidur batu ini, hanya saja kau sudah lupa!"
Hati Lie Cun Ju semakin curiga, dia berusaha memberontak, tetapi tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali.
"Seebun cianpwe, bagaimana mungkin aku pernah tidur di atas alas batu ini?" "Kalau dikisahkan, ceritanya cukup panjang. Kau harus sabar mendengarkannya.”
Seebun Jit menarik napas panjang, kemudian dia memulai ceritanya. "Ketika usiamu baru menginjak tujuh bulan, di keluargamu terjadi perubahan besar dan mengerikan. Ayah ibumu mati, kakak serta adikmu terbunuh. Keadaan waktu itu benar-benar ..."
L
ie Cun Ju seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Mendengar kata-kata Seebun Jit, wajahnya langsung berubah.
"Seebun cianpwe, mengapa kau bisa mengucapkan kata- kata seperti itu?"
"Kau kira Pat Kua kim gin kiam, pasangan suami istri Lie Yuan benar-benar orang tua kandungmu?"
Tanpa disadari, seluruh perhatian Lie Cun Ju tercurah pada cerita orang tua itu. Sejak dia mengerti urusan, dia tidak pernah curiga dengan riwayat hidupnya sendiri. Tetapi sekarang, bukan hanya Gin leng hiat ciang I Ki Hu yang curiga dia bukan anak kandung Pat Kua kim gin kiam Lie Yuan, bahkan Hantu tanpa bayangan Seebun Jit ini juga yakin dia bukan anak kandung pasangan suami istri itu. Masaiah sebesar ini, dulu belum pernah terbayangkan olehnya, bahkan bermimpi pun tidak. Oieh karena itu, untuk sesaat dia lupa dengan rasa nyeri yang melanda dirinya.
"Seebun cianpwe, laiu siapa orang tua kandungku sebenarnya? Mereka mati di tangan siapa?
Benarkah aku she Ci?" tanyanya beruntun. Mungkin karena lupa dengan rasa sakitnya, pertanyaan Lie Cun Ju juga dapat dicetuskan dengan lancar.