Peninggalan Pusaka Keramat Chapter 25

NIC

"Kau lihat matahari itu? Kita justru melaju menuju barat. Bukankah kita semakin mendekati tempat tinggal si raja iblis I Ki Hu?" jawab Tao Ling sambil menunjuk ke depan.

"Cepat belokkan kudanya! Cepat!" ucap Lie Cun Ju dengan terkejut. Dengan sekuat tenaga Tao Ling menarik tali laso pengendali keempat ekor kuda itu. Dia bermaksud memutar arah hewan-hewan itu. Tetapi kuda-kuda itu justru tidak sudi mendengarkan perintahnya. Tao Ling menambah tenaganya dan menarik sekali lagi tali kendali itu erat-erat. Kuda-kuda itu hampir tidak sanggup melawan tenaga Tao Ling. Terdengar ringkikan yang keras, kuda mulai membelok arah. Namun tiba- tiba trakkk! tubuh Tao Ling hampir terpental ke belakang karena tali kendali yang digenggamnya putus.

Begitu tali kendali itu putus, kuda-kuda itu kembali meluruskan derap kakinya dan melesat menuju arah semula. Kalau Tao Ling hanya seorang diri, mungkin dia akan nekat loncat dari dalam kereta. Tetapi Lie Cun Ju baru sembuh dari luka parah, tentu dia tidak sanggup terbanting keras-keras di atas tanah. Bahkan kemungkinan luka dalamnya akan kambuh kembali.

Seandainya Tao Ling bermaksud meninggalkan Lie Cun Ju untuk menyelamatkan dirinya sendiri, tentu dia tidak perlu menunggu sanipai hari itu. Ketika di atas perahu menghadapi ketiga iblis keluarga Lung, tentunya dengan mudah dia dapat meloloskan diri dari maut. Juga tidak perlu menanggung luka parah ketika berada di gedung 'Ling Wei piau kiok'. Meskipun telah timbul per-musuhan di antara keluarga Lie dan keluarga Tao, tetapi hubungan antara Tao Ling dengan Lie Cun Ju justru baik sekali. Bahkan mereka tidak mempersoalkan permusuhan di antara keluarga mereka.

Ketika keempat ekor kuda itu berlari semakin kencang, bukan saja Tao Ling tidak meloncat keluar meninggalkan Le Cun Ju, dia bahkan memeluk tubuh pemuda itu erat-erat seakan takut dia terjatuh keluar kereta.

Beberapa kentungan kembali berlalu, tampak keempat ekor kuda itu berlari masuk ke dalam sebuah lembah. Di permukaan lembah rasanya ada dua orang yang menjura ketika melihat kereta kuda itu lewat. Tampangnya seperti sepasang elang dari Hin Tiong. Tetapi karena laju kereta itu terlalu cepat, Tao Ling tidak sempat melihat mereka dengan jelas.

Kuda itu terus melesat ke depan, di bagian samping dan belakang kereta timbul kepulan debu yang tebal. Tetapi setelah masuk ke bagian dalam lembah itu keempat kuda itu pun melambat. Dari bagian depan terasa angin berhembus sepoi-sepoi sehingga menimbulkan perasaan sejuk dan nyaman, membuat semangat seseorang tergugah.

Tao Ling dan Lie Cun Ju mengedarkan pandangan matanya. Tampak sekeliling lembah itu penuh dengan bukit- bukit yang tinggi dan rendah. Bagian tengah lembah itu terdiri dari padang rumput yang luas. Dari tembok-tembok bukit menjuntai tanaman merambat yang berbunga putih sebersih salju dan menampakkan pemandangan yang indah. Di sebelah bawah bukit bagian utara, terdapat sebuah batu alam berwarna putih. Begitu indahnya pemandangan di tempat itu seakan taman firdaus.

Di sisi kiri kanan batu putih itu terdapat dua buah kolam berbentuk bundar. Airnya beriak-riak dan jernih sekali!

Tao Ling dan Lie Cun Ju dibawa kereta kuda sampai ke tempat itu. Menghadapi pemandangan yang demikian indahnya, hati mereka tidak gembira sedikit pun. Bahkan semakin ketakutan. Karena mereka dapat menduga, kuda- kuda pilihan itu mengenal jalan dengan baik. Dan mereka dibawa menuju tempat tinggal Gin leng hiat dang I Ki Hu!.

Kedua orang itu tertegun beberapa saat. Baru saja mereka bermaksud meloncat turun dari kereta untuk menentukan langkah selanjutnya, tiba-tiba terlihat sesosok bayangan melesat dari samping kanan.

"Siocia sudah pulang? Ayahmu memang sedang menantikan kedatanganmu!" seru orang itu. Dalam sekejap mata orang itu sudah sampai di sisi kereta. Ketika bertemu pandang dengan Tao Ling dan Lie Cun Ju, orang itu langsung tertegun. Tao Ling mengenali bahwa orang yang datang itu adalah kakek yang bersama si gadis cantik dalam kereta tempo hari.

"Aih! Rupanya kalian. Mengapa kalian datang kemari? Mengantarkan kematian?" Kakek itu mengeluh sambil menarik napas panjang.

Tao Ling sungguh tidak menduga, sepanjang perjalanan mereka menemui mara bahaya. Bahkan Leng Coa sian sing menyembuhkan mereka dengan tujuan mendapat sesuatu dari I Giok Hong. Dan di kediaman Gin leng hiat ciang ini, ada orang yang menaruh perhatian kepada mereka!

"Loya, mohon ulurkan budi, tolonglah kami!" kata Tao Ling cepat.

Kakek itu menolehkan kepalanya kemudian menggeleng dua kali, "Aku tidak sanggup menolong kalian!"

Sambil berkata demikian, kakek itu berulang kali mencibirkan bibirnya ke arah mulut lembah.

Tao Ling tahu kakek ini berniat menolong mereka, cepat- cepat dia memapah Lie Cun Ju dan membantunya turun dari kereta.

"Loya, budi pertolonganmu tidak akan kami lupakan. Mohon tanya siapa panggilan Loya?" tanya Tao Ling dengan suara berbisik.

Kakek itu tidak menjawab. Malah dia melangkah meninggalkan mereka. Tao Ling tahu kakek itu takut mengejutkan si raja iblis I Ki Hu. Cepat-cepat dia mengundurkan diri ke mulut lembah. Belum lagi dia menggerakkan kakinya untuk berlari, dari dalam lembah terdengar seseorang bertanya, "Siapa yang mengunjungi lembahku ini?"

Tao Ling dan Lie Cun Ju tertegun. Ketika memalingkan kepalanya, ternyata di samping kereta sudah berdiri seseorang. Tadi mereka melangkah mundur menuju mulut lembah. Berarti pandangan mat a mereka menghadap ke dalam. Saat itu mereka belum melihat siapa-siapa. Sekarang begitu mereka membalikkan tubuhnya, orang itu sudah berdiri di samping kereta. Benar-benar tidak bisa dibayangkan bagaimana dia bisa sampai ke tempat itu!

"Hamba juga tidak tahu siapa mereka. Hamba hanya melihat mereka datang dengan kereta siocia. Begitu kereta berhenti, mereka langsung turun dan berjalan keiuar. Mungkin teman-teman siocia, hamba tidak berani bertanya," jawab kakek itu.

Orang itu mengeluarkan suara seruan lalu memandang ke arah Tao Ling dan Lie Cun Ju. Tao Ling mendongakkan wajahnya. Tampak usia orang itu sekitar lima puluhan. Dia mengenakan pakaian seperti sastrawan berwarna hijau. Lengan dan bagian bawah pakaiannya melambai-lambai karena hembusan angin. Penampilannya berwibawa. Di bawah dagunya tumbuh jenggot yang teratur rapi. Matanya berkilauan, alisnya berbentuk golok. Wajahnya putih bersih. Walaupun sudah setengah baya, ketampanannya masih terlihat jelas. Sepasang tangannya disilangkan di bagian belakang. Sinar matanya seperti cahaya kilat dan saat itu sedang menatap Tao Ling dan Lie Cun Ju dengan tajam.

Hati Lie Cun Ju tercekat setengah mati. Dia tahu laki-laki setengah baya ini pasti Gin leng hiat ciang I Ki Hu, si raja iblis yang paling ditakuti di seluruh dunia bu lim.

"Cepat pergi!" ucap Tao Ling. Lambat sedikit tamatlah riwayat kita. Tao Ling sendiri sudah dapat menduga siapa orang itu.

Maka dia cepat menarik tangan Lie Cun Ju.

Lie Cun Ju membalikkan tubuhnya dengan tergesa-gesa, tetapi baru saja kaki mereka hendak melangkah, di belakang mereka sudah terdengar suara orang tadi.

"Kalian berdua, harap tunggu sebentar!" ujarnya.

Suaranya lembut sekali, tidak memaksa. Tetapi suara itu justru keluar dari mulut Gin leng hiat ciang I Ki Hu, siapa yang berani membantah?

Kedua orang itu segera membalikkan tubuhnya. Namun lagi-lagi mereka tertegun, ternyata baru saja kata-katanya selesai, orangnya sudah herdiri di hadapan mereka.

Padahal jarak mereka dengan I Ki Hu tadinya kira-kira lima- enam depa, benar-benar membuat orang bingung. Bagaimana cara orang itu melangkah sehingga bisa sampai secepat itu.

Tao Ling khawatir Lie Cun Ju mengatakan hal yang membuat orang itu marah. Cepat dia menjura dalam-dalam.

"Entah Locianpwe ingin memberikan petunjuk apa?"tanyanya sopan.

I Ki Hu memperhatikan Lie Cun Ju beberapa saat. "Siapa namamu?" tanyanya tiba-tiba.

Mendengar nada suaranya yang lembut, Lie Cun Ju juga ikut menjura memberi hormat.

"Boanpwe Lie Cun Ju, ayah berjuluk Pat Kua kiam, Lie Yuan."

Sepasang alis I Ki Hu menjungkit ke atas. Sekali lagi dia memperhatikan Lie Cun Ju dengan sek-sama. Tiba-tiba dia menanyakan sebuah pertanyaan yang benar-benar tidak manusiawi. "Apakah Pat Kua kiam Lie Yuan itu ayah kandungmu?" Lie Cun Ju merasa mendongkol juga geli mendengar pertanyaan ini. Untung saja sikapnya masih kekanak-kanakan, dia hanya menganggap pertanyaan I Ki Hu itu lucu sekali. Apabila orang lain yang mendapat pertanyaan seperti itu, pasti marah besar.

"Sudah tentu Lie Yuan ayah kandung boanpwe!" I Ki Hu malah tertawa dingin dua kali.

"Takutnya justru belum tentu!" Tiba-tiba dia mengulurkan tangannya. Tidak terlihat bagaimana tubuhnya bergerak. Padahal tangannya tidak bisa menjangkau tubuh Lie Cun Ju, tetapi entah mengapa tahu-tahu lengan baju pemuda itu sudah tercengkeram oleh jari tangannya. Terdengar suara bret! Ternyata lengan baju luar dalam pemuda itu ditariknya kuat-kuat sehingga terkoyak semua.

Lie Cun Ju terkejut setengah mati. Tetapi karena dia baru sembuh dari luka parah, mana berani dia melawan I Ki Hu? Setelah lengan pakaiannya terkoyak, dia baru menyurut mundur satu langkah. Tao Ling yang berdiri di samping dapat merasakan sesuatu yang mengkhawatirkan. Cepat-cepat dia maju dua langkah dan menghadang di depan Lie Cun Ju.

"Locianpwe, meskipun kami berdua bersalah masuk ke dalam lembahmu, tapi . . ."

Dalam keadaan panik, Tao Ling mengucapkan kata-kata itu. Tapi belum sempat diselesaikannya, lengan I Ki Hu sudah mengibas sedikit.

Tao Ling merasa ada serangkum tenaga yang lembut namun kuat sekali menerpa ke arahnya. Tubuhnya menjadi limbung dan terpental sejauh beberapa langkah.

Tangan I Ki Hu masih mencengkeram lengan Lie Cun Ju. Matanya yang menyorotkan sinar tajam memperhatikan seluruh lengan Lie Cun Ju dengan seksama. Hati Tao Ling takut dan bingung. Dia tidak mengerti apa yang dilakukan raja iblis itu. Tetapi dia juga sadar bahwa dirinya bukan tandingan I Ki Hu. Karena itu terpaksa dia pasrah dengan nasib mereka.

I Ki Hu memperhatikan beberapa saat, kemudian dia melepaskan cengkeraman tangannya.

"Dimana pasangan suami istri Lie Yuan sekarang?" tanyanya kembali.

Lie Cun Ju baru sempat menghembuskan nafas lega. Tetapi benaknya langsung bergerak. Iblis ini tiba-tiba menanyakan tentang orang tuanya. Tampaknya niat orang ini tidak baik. Karena itu dia menjawab.

"Kami berpisah di Si Cuan. Sudah lebih dari sebuian tidak pernah bertemu. Entah dimana mereka sekarang?"

I Ki Hu mendengus dingin kemudian membalikkan tubuhnya. Tao Ling melihat orang itu menyudahi persoalan begitu saja, hatinya hampir melonjak kegirangan. Akan tetapi tiba-tiba terdengar suara seruan yang merdu dari mulut lembah.

"Huh! Kalian berdua melarikan keretaku, tidak tahunya malah datang kesini."

Hati Tao Ling seperti diganduli beban berat secara tiba-tiba. Entah kesialan apa yang sedang merasuki dirinya sehingga begitu banyaknya masalah yang tidak habis-habisnya, pikirnya dalam hati. Tampaknya sejak awal hingga akhir, mereka tetap tidak dapat meloloskan diri dari cengkeraman orang-orang itu.

Mereka berdua tidak mempunyai permusuhan apa pun dengan tiga iblis dari keluarga Lung. Tapi mereka dikejar-kejar bukan tanpa alasan. Karena kedatangan mereka ke wilayah barat itu tanpa disengaja kepergok oleh dia dan Lie Cun Ju. Tetapi antara dia dengan gadis itu justru tidak ada kaitan apa pun. Mengapa dia terus mengejar mereka tanpa berhenti sebelum berhasil mendapatkannya? Tao Ling benar-benar tidak habis pikir. Diam-diam dia berpikir, untung tak dapat dihindar, malang tak dapat ditolak. la pun membalikkan tubuhnya dan berkata dengan suara lantang.

"I kouwnio, aku rasa kita tidak pernah saling mengenal, tetapi mengapa berkali-kali mendesak .kami dan tidak bersedia melepaskan kami?"

Gadis cantik itu melesat datang dari luar lembah. Bibirnya menyunggingkan seulas senyuman.

"Tao kouwnio, kapan aku pernah mendesakmu, jangan sembarangan berbicara lho!"

"Kalau kau memang tidak berniat mendesak kami, harap biarkan kami meninggalkan tempat ini, kami tentu akan berterima kasih sekali kepadamu!" ucap Tao Ling.

Posting Komentar