"Tao kouwnio, apakah kau tidak pernah mendengar orang mengungkit soal Gin leng hiat ciang (Lencana perak telapak darah)?"
Tao Ling langsung tertegun. Hampir saja dia terjatuh dari kereta kuda.
"Betul. Tadi aku justru melihat gadis itu menyerahkan sebuah lencana berwarna keperakan kepada Leng Coa sian sing!" serunya
"Aih! Apabila benar Gin leng hiat ciang I Ki Hu yang mencari kita, rasanya kita tidak mungkin bisa meloloskan diri!"
Mendengar Lie Cun Ju mengungkit soal Gin leng hiat ciang, hati Tao Ling semakin ketakutan. Tentu bukan tidak ada sebab musababnya, karena empat huruf itu, boleh dibilang tidak ada seorang pun di dunia kang ouw yang tidak mengetahuinya. Tetapi orang yang benar-benar berani menyebutnya, justru sedikit sekali. Bukan karena apa-apa, tapi karena takut ditimpa bencana. Rupanya Gin leng hiat ciang I Ki Hu sudah terkenal sejak belasan tahun yang lalu. Tetapi saat itu, dia belum berhasil melatih ilmu telapak darah. Bahkan ilmu warisan Mo Kau pun baru dilatihnya sampai tingkat keenam.
Tadinya I Ki Hu seorang sastrawan gagal. Malah kalau tidak salah dia tidak mengerti ilmu silat sama sekali. Namun ketika sedang berpesiar melihat-lihat keindahan pemandangan, seorang gadis yang ternyata putri tunggal Cousu Mo Kau (Agama sesat) saat itu secara kebetulan melihatnya dan jatuh cinta kepadanya. Gadis itu bukan main jeleknya. Sedangkan I Ki Hu seorang pemuda yang gagah dan tampan. Tentu saja dia tidak akan tertarik kepada gadis yang sedemikian buruk rupanya. Tetapi sebagai seorang rakyat jelata, mana mungkin dia bisa melawan kekuatan Mo Kau yang namanya sudah tersohor sejak ratusan tahun yang lalu?
Dalam keadaan terpaksa, dia pun menikah dengan putri Mo Kau itu. Tapi pada dasarnya I Ki Hu adalah manusia yang cerdik. Sikapnya pun hati-hati. Setelah menikah dengan gadis Mo Kau itu, tidak sekalipun dia menunjukkan sikap kurang senangnya. Dengan keras dia melatih ilmu warisan Mo Kau yang paling hebat.
Gadis itu mengira suaminya mencintainya dengan setulus hati. Para jago Mo Kau diperintahkan mengelilingi seiuruh dunia untuk mendapatkan berbagai dedaunan atau rerumputan yang dapat menambah kekuatan. Dia mencekoki suaminya dengan berbagai obat-obatan berkhasiat tinggi. Dalam waktu sepuluh tahun, ilmu Mo Kau I Ki Hu sudah mencapai tingkat keenam. Berarti lebih tinggi dari Cousu Mo Kau dan putrinya sendiri.
Saat itu, seiuruh bu lim masih belum tahu bahwa di dalam Mo Kau telah muncul seorang jago berilmu tinggi. Sampai I Ki Hu memalingkan wajahnya dari putri iblis itu. Dia memperhitungkan kebencian yang terpendam di dalam hatinya selama bertahun-tahun. Dia mengungkit masalah ketika dia dipaksa menikah dengan putri Mo Kau itu. Bahkan kata-katanya yang manis selama sepuluh tahun ini ternyata palsu semuanya. Akhirnya terjadi pertarungan antara I Ki Hu dengan cousu Mo Kau dan putrinya. Perlu diketahui bahwa ilmu Mo Kau mempunyai satu keistimewaan. Setiap kali tingkatannya naik, maka tenaga dalam orang itu pun bertambah satu kali lipat.
Pada saat itu, ilmu yang dilatih cousu Mo Kau baru mencapai tingkat kelima. Sedangkan putrinya malah baru mencapai tingkat keempat. Dalam tiga puluh jurus saja, cousu Mo Kau sudah berhasil dibunuh oleh I Ki Hu. Sedangkan putrinya terluka parah.
Enam Tancu Mo Kau yang terdiri dari enam orang jago pengurus cabang pusat, timur, utara, selatan, barat, serta pendopo langit (bagian hukum) ikut mengeroyok I Ki Hu. Namun mana mungkin kepandaian mereka dapat menandingi menantu cousu Mo Kau itu? Malah malangnya, mereka berenam mati di tangan I Ki Hu.
Ketika dia hendak turun tangan membunuh putri cousu Mo Kau, perempuan itu berkata, "Perasaanku terhadapmu keluar dari hati yang setulusnya. Mungkin dulu aku tidak seharusnya memaksamu menikah denganku. Setelah kita menikah, aku selalu baik terhadapmu. Akan tetapi kau menghina aku buruk rupa. Sekarang kau malah memalingkan kepala, aku memang kalah denganmu, tetapi sekarang aku sedang mengandung anakmu. Bagaimana kalau kau beri aku kesempatan untuk melahirkan dulu anak ini, kemudian baru bunuh diri?"
I Ki Hu sudah menelan segala penderitaan dan menahan kebenciannya selama sepuluh tahun. Hatinya juga keji sekali. Dia tidak mempunyai sedikit perasaan pun terhadap putri Mo Kau itu. Ternyata dia tidak mengabulkan permintaan putri ketua Mo Kau itu dan bersiap turun tangan membunuhnya.
Saat itu putri ketua Mo Kau sedang hamil tujuh bulan. Begitu melihat wajah I Ki Hu menyiratkan hawa pembunuhan, dia segera menghimpun hawa murninya dan mendesak janinnya keluar dari rahim. Kemudian dia sendiri memotong nadi tangannya dan mati seketika.
I Ki Hu melihat bayi yang terlahir itu seorang bayi perempuan. Wajahnya justru bertolak belakang dengan ibunya. Walaupun dipaksa lahir dalam keadaan prematur, tetapi suara tangisannya nyaring dan lantang. Pipinya berona kemerahan. Sungguh seorang bayi yang cantik. Tadinya I Ki Hu sudah mengangkat tangannya hendak menghantam kepala bayi itu. Tetapi melihat bayi itu begitu menarik dan lucu, timbul juga perasaan sayangnya sebagai seorang ayah. Dia segera memutuskan tali pusat bayi itu kemudian melepaskan mantelnya serta digunakan untuk membungkus bayi yang masih merah itu.
Para pemhaca, cerita yang dikisahkan di atas tidak ada hubungannya lagi dengan cerita ini. Tetapi bayi yang dilahirkan secara paksa itu justru si gadis cantik berpakaian putih yang kemudian diberi nama I Giok Hong!
Dalam waktu dua kentungan, I Ki Hu membunuh ketua Mo Kau, putri tunggalnya serta keenam kepala cabang partai itu. Sisa murid Mo Kau yang masih cecere mana mungkin melakukan perlawanan terhadap I Ki Hu. Dengan panik mereka berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Selesai memhunuh tokoh-tokoh penting partai itu, I Ki Hu pun melangkah keluar dari markas pusat Mo Kau. Dia menimbun ratusan batang kayu hakar di sekeliling gedung itu kemudian disiramnva dengan minyak tanah. Kemudian api pun menvala dengan berkobar-kobar. Dalam waktu satu hari satu ma lam gedung bekas markas Mo Kau yang besar itu punah dilalap si Jago merah. Dengan demikian, partai Mo Kau yang pernah mengejutkan dunia bu lim selama tiga ratus tahun itu pun hilang dari permukaan bumi.
Tidak sampai tiga bulan, peristiwa ini sudah tersiar ke seluruh dunia kang ouw. Sekaligus nama I Ki Hu juga terangkat ke atas. Tidak sedikit tokoh-tokoh yang mempunyai hubungan baik dengan pihak Mo Kau mencarinya untuk memhalas dendam. Namun satu persatu berhasil dikalahkan oleh I Ki Hu. Bahkan Tocu dari Hek cui to (Pulau Air hitam) di wilayah Pak Hai yakni Hek kiam Cui Hun 'Pedang hitam pengejar sukma' Ci Cin Hu yang tergolong jago kelas satu dari golongan hitam juga turun tangan sendiri. Akhirnya I Ki Hu terluka karena tangan tokoh yang satu ini. Tapi sayangnya dia tidak membasmi I Ki Hu dan membiarkannya pergi begitu saja. Hal ini justru menimbulkan bencana bagi Ci Cin Hu.
Dua tahun kemudian, ilmu Mo Kau yang dilatih I Ki Hu sudah mencapai tingkat ketujuh. Bahkan dia berhasil melatih ilmu telapak darah yang terkenal paling sulit dipelajari dalam aliran Mo Kau. I Ki Hu langsung menyeberang ke laut utara dan mencari Hek kiam cui hun Ci Cin Hu untuk membalas kekalahannya tempo hari. Seluruh anggota pulau Air hitam baik yang masih ada hubungan darah dengan Ci Cin Hu maupun ketiga muridnya, semua mati di tangan I Ki Hu. Ci Cin Hu sendiri mati di bawah telapak darah lawannya ini. Cara turun tangannya sungguh telengas. Seluruh bu lim sampai meleletkan lidah mendengar berita ini. Kemudian dia mendengar selentingan di dunia kang ouw bahwa Ci Cin Hu masih mempunyai seorang putra yang usianya belum ada satu tahun. Kebetulan di saat terjadi pembantaian, bayi laki-laki itu tidak ada di tempat. Hal ini menimbulkan keresahan bagi I Ki Hu. Dia mengelilingi dunia untuk menemukan bayi laki-laki itu.Maksudnya tentu ingin membasmi rumput sampai ke akar- akarnya.
Di mana pun dia singgah selalu ada tokoh berilmu tinggi di dunia bu lim yang terbunuh di bawah telapak darahnya. Karena itu, namanya semakin terkenal. Lencana perak yang dikeluarkannya mendapat julukan 'bertemu dengan lencana laksana bertemu dengan orangnya sendiri'. Walaupun seorang bocah cilik yang membawa lencana itu, sedangkan Anda kebetulan seorang tokoh kelas satu di dunia bu lim, tapi Anda pasti tidak berani memandang rendah bocah itu.
Dengan demikian I Ki Hu malang melintang di dunia bu lim selama tiga-empat tahun. Entah dia berhasil menemukan putra Ci Cin Hu atau tidak. Kemudian dia jarang lagi berkecimpung di dunia persilatan. Orang-orang bu lim hanya tahu dia menetap di wilayah Tibet. Walaupun orangnya sendiri sudah jarang muncul, tetapi mengungkit nama Gin leng hiat ciangnya, masih banyak orang yang merasa gentar. Selama beberapa tahun belakangan ini, ilmu Mo Kau sin kangnya malah sudah mencapai tingkat sembilan.
Coba bayangkan saja, dengan kepandaian Tao Ling dan Lie Cun Ju. Mungkinkah mereka berani melawan I Ki Hu? Jangan kan mereka berdua, bahkan pasangan suami istri Pat Kua kim gin kiam, Lie Yuan dan pasangan suami istri Pat Sian kiam Tao Cu Hun sendiri juga tidak sanggup berbuat apa-apa terhadap iblis yang satu ini!
Sementara itu, Tao Ling berusaha menenangkan hatinya. Dia hanya berharap lebih cepat meloloskan diri. Berkali-kali dia mengayunkan pecut di tangannya. Keempat ekor kuda pilihan itu pun semakin kalap larinya. Dalam waktu dua kentungan, mereka sudah menempuh perjalanan sejauh tujuh puluhan li. Matahari sudah mulai turun ke ufuk barat. Baru saja perasaan Tao Ling agak senang, tetapi ketika melihat ke arah matahari di depannya dia merasa terkejut bukan kepalang.
"Lie toako, celaka!" teriaknya panik. "Ada apa?" tanya Lie Cun Ju ikut gugup.