Pendekar Tongkat Dari Liong-san Chapter 20

NIC

Pada saat itu Kim Nio telah menyerang dengan sebuah tusukan ke arah lambung laki- laki itu, tapi Kong Lee cepat menangkis dengan pedang rampasan sehingga pedang di tangan Kim Nio hampir terlepas dari pegangannya!

“Tahan dulu, nona!” kata Kong Lee yang lalu menghadapi laki-laki itu. “Dan kau, tahanlah sedikit lidahmu yang kotor itu! Kau datang-datang memaki orang sesukamu tanpa mau memberi penjelasan! Sebenarnya, siapa kau dan apa hubunganmu dengan nona ini?”

“Ha, ha, ha! Kim Nio, jadi kau belum memberitahukan kepadanya tentang keadaan dirimu yang kotor? Anak muda, kau tampan dan gagah serta ilmumu tinggi, tapi sayang kau bodoh sehingga mau saja ditipu oleh perempuan ini! Ketahuilah, dia adalah isteriku!”

Kong Lee terkejut sekali dan memandang muka Kim Nio meminta penjelasan, tapi wanita itu kini hanya menangis dan menggunakan kedua tangan menutupi mukanya yang cantik.

“Aku adalah Ting Lu San, suami wanita ini. Tapi isteriku yang rendah budi ini telah melarikan diri dengan seorang pemuda yang menjadi kawanku sendiri, yang bernama Ong Lui! Memang rendah sekali perbuatan mereka berdua! Bertahun-tahun, aku mencari-cari mereka dan tidak kusangka tiba-tiba bertemu di sini dengan anjing betina ini. Ternyata ia telah berganti kekasih pula!”

“Lu San, tutup mulutmu!” tiba-tiba Kim Nio meloncat menyerang lagi dan Kong Lee yang merasa sebal mendengar kata-kata Ting Lu San, lalu memberikan pedang yang tadi dirampasnya kepada Lu San. Lu San segera menyambut pedang itu dan menangkis serangan Kim Nio dan tak lama kemudian, suami isteri itu telah bertempur seru dan mati-matian!

Kong Lee yang menderita pukulan batin, hanya berdiri melongo dan melihat pertempuran itu dengan kepala kosong. Ia merasa menyesal, kecewa, malu, dan marah. Gadis yang dicintainya ini, yang disangkanya seorang gadis baik-baik, cantik jelita, dan gagah perkasa, ternyata adalah seorang isteri yang melarikan diri dengan laki-laki lain!

Tapi betulkah ini?

Ia harus mendengar sendiri dari Kim Nio dan memaksa gadis ini membuat pengakuan sejujurnya!

Ketika ia menengok untuk melihat pertempuran itu, ternyata Coa Kim Nio telah mendesak Ting Lu San dengan hebat hingga laki-laki itu hanya mampu menangkis sambil mundur berputar-putar, menangkis dan mengelak menghindarkan diri dari serangan maut yang dilancarkan oleh Kim Nio dengan gemas!

Melihat betapa laki-laki itu berada dalam keadaan berbahaya, walaupun ia mersa tidak berhak mencampuri urusan rumah tangga orang lain, namun karena ini menyangkut perkara jiwa, maka terpaksa Kong Lee bertindak. Ia melompat maju dan menggunakan tongkat bambunya menangkis pedang Kim Nio.

Melihat betapa Kong Lee maju membantu laki-laki itu, Kim Nio mundur dan tahan pedangnya sambil berkata, “Lim-taihiap, jangan kau mencampuri urusan ini dan biarkan aku membikin mampus laki-laki tak tahu malu ini!”

“Tidak bisa, Coa-lihiap, selama aku ada di sini, aku tidak bisa membiarkan saja orang membunuh tanpa sebab-sebab yang jelas!”

Sementara itu, Ting Lu San yang tak sanggup menghadapi Kim Nio, apalagi melihat bahwa di situ masih ada Kong Lee yang ulung, ia segera melompat ke atas kudanya dan pergi dari situ!

Kong Lee berdiri berhadapan dengan Kim Nio dan memandang muka nona itu dengan mata tajam.

Sementara itu, Kim Nio dengan air mata bercucuran berkata, “Lim ... koko ... jangan kau pandang aku seperti itu ... jangan kau pandang aku seperti itu ... ”

“Kalau kau menghendaki supaya hubungan kita tetap seperti semula, kau harus menceritakan segala hal mengenai peristiwa tadi!” kata Kong Lee dengan tandas. Tanpa menjawab, Kim Nio lalu berjalan dengan langkah lemas ke bawah sebatang pohon yang tumbuh di tepi jalan, diikuti oleh pandang mata Kong Lee yang tetap bersikap dingin.

Kim Nio duduk di atas tanah di bawah pohon itu lalu melihat ke arah Kong Lee sambil berkata, “Lim ... taihiap, kalau kau ingin benar mengetahui halku, duduklah di sini.”

Kong Lee menghampiri dan duduk di depan wanita itu, agak jauh dan tidak seperti biasanya. Kemudian dengan kadang-kadang menggigit bibir, dan wajahnya sebentar pucat sebentar merah serta basah oleh air mata yang mengalir di sepanjang pipinya dan yang keluar dari kedua matanya yang merah dan memandang sayu, Coa Kim Nio menceritakan riwayatnya kepada Kong Lee yang mendengarkan dengan sikap masih dingin.

Coa Kim Nio adalah anak tunggal dari hartawan Coa Keng di kota Tin-si-bun. Pada suatu hari ketika hartawan Coa membeli barang dagangan dari tempat lain dan membawanya ke kota Tin-si-bun, di tengah jalan barang-barangnya dirampok habis oleh para perampok hingga hartawan ini jatuh bangkrut dan miskin. Oleh karena ini, maka biarpun anaknya hanya seorang anak perempuan, tapi ayah Kim Nio lalu menyuruh anaknya belajar silat dari seorang hwesio di sebuah kelenteng, agar kelak dapat membalas sakit hatinya kepada para perampok itu.

Guru Coa Kim Nio adalah Beng An Hosiang, yang berilmu tinggi, tapi sayang sekali hwesio ini kurang baik perangainya. Selain Kim Nio, Beng An Hosiang masih mempunyai seorang murid lain, yakni Pauw Kian yang sebenarnya putera seorang perampok yang ingin melihat anaknya berkepandaian tinggi.

Oleh karena mendapat guru yang berwatak buruk, pula karena suhengnya, yakni Pauw Kian, memang anak perampok, tentu saja Kim Nio juga terpengaruh oleh orang-orang sekelilingnya ini dan wataknya yang tadinya halus berubah kasar dan

angkuh. Akan tetapi, ada sesuatu hal yang masih belum lenyap dari sanubari gadis itu, yakni baktinya terhadap orang tuanya. Biarpun ia telah memiliki kepandaian tinggi, namun Kim Nio tetap berbakti dan taat akan segala perintah orang tuanya.

Setelah gadis itu menjadi dewasa, ia berhasil membalaskan sakit hati ayahnya dengan mendatangi gerombolan perampok yang dulu merampok ayahnya dan ia bunuh mati beberapa orang pemimpinnya serta mengobrak-abrik sarangnya. Sejumlah besar harta para perampok itu dirampasnya dan diberikan kepada ayahnya sebagai pengganti kerugiannya dulu. Sementara itu, para anak buah perampok yang dikalahkan itu, merasa kagum sekali melihat kehebatan Kim Nio dan ketika mendengar bahwa Kim Nio adalah sumoi dari Pauw Kian yang pada waktu itu terkenal sebagai kepala rampok menggantikan ayahnya dan berjuluk Iblis Tangan Hitam, lalu mengangkat Kim Nio sebagai kepala mereka!

Akan tetapi Kim Nio menolaknya dan ia membawa semua anak buah perampok itu menggabungkan diri dengan para perampok pimpinan suhengnya.

Adapun barang-barang yang ia rampas dari para perampok itu, telah berhasil membuat orang tuanya menjadi kaya kembali. Kemudian atas desakan orang tuanya, Kim Nio dikawinkan dengan seorang pemuda anak seorang berpangkat bernama Ting Lu San. Sebetulnya pada waktu itu, Kim Nio telah mempunyai seorang tunangan pilihannya sendiri, yakni seorang pemuda pembantu Pauw Kian yang berwajah tampan dan berkepandaian silat cukup tinggi. Akan tetapi ia tidak berani melawan kehendak orang tuanya, apalagi ketika diketahui bahwa Ting Lu San adalah seorang pemuda yang selain tampan dan terpelajar, juga mengerti ilmu silat cukup baik.

Perkawinan dilangsungkan dengan meriah sekali karena hartawan Coa tidak sayang- sayang membuang uang dengan royal untuk merayakan pesta perkawinan anak tunggalnya.

Betapapun juga, watak Kim Nio yang sudah terpengaruh oleh watak orang-orang jahat dan tidak benar di sekelilingnya, membuat ia tak dapat mencinta suaminya walaupun suaminya itu sangat mengasihinya. Dengan diam-diam Kim Nio masih merindukan kekasihnya yang dulu, yakni Ong Lui pemuda pembantu suhengnya itu. Sebaliknya, dasar seorang perampok yang berani mati, Ong Lui secara berani sekali mendatangi rumah Ting Lu San dan memperkenalkan diri sebagai sahabat Kim Nio, Lu San adalah seorang yang mengerti ilmu silat dan ia telah tahu pula akan keadaan hidup orang-orang kang-ouw di mana tidak ada pantangan keras akan pergaulan berlainan kelamin. Ia maklum pula bahwa suheng dari isterinya yaitu Pauw Kian Si Iblis Tangan Hitam yang terkenal, maka ia menerima kedatangan Ong Lui dengan baik, terutama melihat betapa pemuda itu sopan dan tampan. Karena seringnya Ong Lui mengunjungi rumahnya, lambat laun antara Lu San dan Ong Lui timbul persahabatan yang erat dan Lu San mulai mempercayai penuh sahabat barunya ini. Maka datanglah malapetaka menimpa orang tua Kim Nio!

Di antara barang-barang rampasan yang diambil oleh Kim Nio dari sarang perampok, terdapat barang-barang perhiasan seorang pembesar tinggi yang dulu dirampok. Tentu saja Hartawan Coa tidak mengetahui hal ini dan karena ia merasa bangga akan

barang-barang berharga yang memang indah itu, tiap kali ada kawan jauhnya datang, ia selalu mengeluarkan barang-barang itu dan memamerkannya.

Posting Komentar