Pendekar Tongkat Dari Liong-san Chapter 34

NIC

Thio Sui Kiat tak berdaya sama sekali menghadapi mereka. Ia hanya dapat memandang dengan penuh kekuatiran akan keselamatan Kong Lee dan anaknya, karena maklum bahwa menantunya itu walaupun tinggi kepandaiannya, agaknya tak mungkin dapat mengalahkan orang-orang gila ini!

Betapapun juga sebelum pergi dari situ, Kim Nio tidak lupa untuk menyembuhkan semua orang dari totokan. Ia lalu mengajak ketiga orang gila itu pergi cepat bagaikan terbang, menyusul ke Liong-san!

Gegerlah seluruh isi rumah Thio Sui Kiat sepeninggal orang-orang gila itu. Thio Sui Kiat sendiri dengan isterinya dan Nyonya Lim Ek, merasa sangat kuatir. Tanpa memperdulikan bahaya yang mungkin mengancam dirinya, Thio Sui Kiat lalu berdandan dan ia pergi pula menyusul ke Liong-san pada hari itu juga.

“Kalau mereka itu mengganggu Kong Lee dan Thio Eng, aku akan mengadu tenaga dengan Kim Nio Si Perempuan Rendah!” katanya dengan gagah. Sambil menangis isterinya memesan agar supaya ia berhati-hati.

Ketika Kong Lee dan Thio Eng tiba di puncak Liong-san di mana dulu ia berlatih silat untuk bertahun-tahun, kebetulan sekali Liong-san Lo-kai baru saja kembali dari perantauannya sehingga guru dan murid ini dapat bertemu. Liong-san Lo-kai merasa gembira sekali dan ia menyatakan rasa senangnya melihat muridnya telah hidup bahagia dengan seorang isteri yang cantik dan berbudi seperti Thio Eng.

“Muridku, kebetulan sekali kau datang karena aku justeru sedang bingung memikirkan siapa gerangan yang dapat kuminta bantuan untuk melakukan sebuah pekerjaan penting.”

“Pekerjaan apakah itu, Suhu? Katakanlah dan teecu tentu akan membantu sekuat tenaga teecu!”

“Ha, ha! Kau memang murid yang baik. Tapi pekerjaan ini berbahaya sekali, apakah isterimu rela melepaskanmu?” sambil berkata demikian, kakek tua itu mengerling ke arah Thio Eng.

“Suhu, mengapa teecu takkan rela melepas dia pergi?” jawab Thio Eng. “Sudah sepatutnya seorang murid membantu suhunya yang boleh disebut sebagai orang tua sendiri! Bahkan, biarpun teecu hanya berkepandaian dangkal, namun teecu juga menyediakan tenaga untuk membantu pekerjaan itu!” kata Thio Eng dengan muka merah dan suara gagah.

“Ha, ha, ha! Bagus, bagus! Kong Lee, kau ternyata pandai memilih seorang isteri yang bijaksana dan gagah perkasa!”

“Suhu, sebetulnya pekerjaan apakah yang Suhu maksudkan itu?”

“Dengarlah, ketika aku merantau, terdengar olehku akan adanya seorang tosu yang tinggal di puncak bukit Si-swe-san. Tosu itu dengan menggunakan ilmu hitamnya kabarnya telah menipu para penduduk desa di sekitar bukit itu dan bahkan berani mengorbankan manusia-manusia yang katanya dijadikan hidangan malaikat gunung. Aku ingin sekali menyaksikan sendiri keadaan di Si-swe-san, akan tetapi aku mendengar bahwa tosu itu berkepandaian tinggi dan mempunyai banyak kawan yang pandai sehingga betapapun juga, pergi seorang diri saja aku merasa kuatir. Maka kedatanganmu ini kebetulan sekali, muridku. Kau bantu aku menyelidiki keadaan tosu itu. Isterimu boleh turut asal berlaku hati-hati.”

Kong Lee merasa girang sekali.

“Baiklah, Suhu. Teecu tentu akan membantu sekuat tenaga, karena biarpun tidak diperintah oleh Suhu, jika mendengar akan hal ini, sudah menjadi kewajiban teecu untuk menyelidiki, bukan?”

Maka berangkatlah Liong-san Lo-kai dengan Kong Lee dan Thio Eng menuju ke puncak Si-swe-san yang letaknya tidak jauh dari Liong-san.

Ketika mereka tiba di kaki bukit Si-swe-san, mereka menanyakan keterangan- keterangan kepada penduduk desa dan mendapat keterangan yang membuat mereka merasa heran sekali.

Ternyata bahwa di puncak Si-swe-san terdapat sebuah kuil besar yang pada akhir- akhir ini diperbaiki dan diperbesar lagi oleh seorang tosu. Dan semenjak tosu ini tiba di situ, maka banyak terjadi keganjilan. Menurut penuturan tosu tadi, Si-swe-san adalah sebuah gunung yang suci dan yang harus dihormati semua penduduk. Sebagai buktinya banyak orang sakit telah dapat disembuhkan oleh tosu itu yang katanya mempergunakan air mujijat yang keluar dari gunung itu. Oleh karena itu, penduduk desa menjadi percaya sekali menganggap bahwa gunung itu benar-benar gunung keramat dan tosu itu lalu menjadi “orang perantara” yang menyampaikan perintah- perintah dari malaikat gunung.

Menurut cerita tosu itu, malaikat gunung adalah seorang malaikat yang belum kawin dan sedang memilih seorang isteri, maka telah beberapa kali ditunjuk dan dipilih seorang gadis tercantik untuk dijadikan isteri malaikat itu!

Apabila ada seorang gadis yang dipilih atas petunjuk tosu itu, maka gadis yang malang ini lalu dirias seperti seorang pengantin, lalu ia dimasukkan ke dalam sebuah lubang yang terdapat di puncak gunung itu! Tadinya orang-orang mengira bahwa gadis itu tentu terlempar ke dalam kawah gunung dan binasa, akan tetapi alangkah heran merasa ketika beberapa hari kemudian, gadis yang tadinya dilempar ke dalam lubang yang agaknya tak berdasar gelap dan dalam itu, muncul kembali di puncak bukit dalam keadaan tak ingat orang dan setengah gila!

Menurut penuturan tosu tadi, katanya gadis yang di “kembalikan” oleh malaikat itu tidak diterima dan si malaikat minta ganti seorang calon isteri yang lebih cantik dan yang akan menyenangkan hatinya.

Hal ini telah berulang kali terjadi sehingga dalam beberapa bulan saja semenjak tosu itu datang di situ telah ada tujuh orang gadis dijadikan korban dilempar ke dalam lubang. Akan tetapi, ketujuh orang gadis itu kesemuanya ditolak kembali oleh si malaikat dalam keadaan tidak ingat orang dan setengah gila! Maka gelisahlah para penduduk kampung di sekitar bukit itu. Mereka takut kalau-kalau malaikat sakti itu menjadi marah dan mengutuk kampung-kampung sehingga sawah ladang akan berkurang hasilnya dan banyak penyakit akan timbul!

Ketika Liong-san Lo-kai dan Kong Lee berdua tiba di bukit itu, kebetulan sekali tosu itu hendak mengadakan pemilihan calon isteri baru. Liong-san Lo-kai dan kedua anak muda itu heran sekali melihat akan ketaatan dan kepercayaan penduduk yang memaksa para gadis mereka untuk datang menghadap di kuil untuk dipilih! Orang- orang kampung ini akan merasa berbahagia sekali apabila anak mereka sampai terpilih. Siapa orangnya yang tidak ingin menjadi mertua malaikat gunung yang sakti? Liong-san Lo-kai bersama Kong Lee dan Thio Eng ikut bersama para penduduk kampung yang berbondong-bondong menuju ke puncak bukit. Semua orang yang melihat bahwa orang tua ini datang bersama Thio Eng, mengira bahwa orang tua inipun hendak mempersembahkan gadisnya yang cantik-jelita itu kepada malaikat gunung!

Di depan kuil telah dibangun sebuah panggung yang cukup tinggi, dan semua gadis itu diharuskan berdiri berderet-deret di depan panggung untuk dipilih! Dengan suara berbisik Liong-san Lo-kai lalu minta kepada Thio Eng untuk ikut berdiri di situ, dan hal ini disetujui oleh Kong Lee dan Thio Eng sendiri yang dapat memaklumi siasat orang tua ini.

Berdiri di antara gadis dusun itu, maka tentu saja Thio Eng nampak berbeda sekali. Tak seorang pun yang berkumpul di situ pernah melihat seorang gadis secantik Thio Eng, sehingga semua mata memandang ke arahnya membuat Thio Eng merasa malu. Ia tersenyum-senyum sambil memandang ke arah suaminya yang berdiri dengan hati berdebar! Betapapun juga, kejadian ini membuat ia merasa gelisah juga.

Para penjaga kuil terdiri dari orang-orang yang menganut Agama To, dan mereka ini kesemuanya bertubuh kuat dan menyatakan bahwa mereka mengerti ilmu silat. Tiba- tiba terdengar suara tambur dipukul dan dari dalam kuil keluarlah seorang tosu yang sudah tua sekali, tapi yang mengenakan pakaian indah dan rambut serta jenggotnya yang sudah putih itu terpelihara baik-baik!

Semua penduduk kampung membungkukkan tubuh memberi hormat kepada tosu ini. Liong-san Lo-kai dan Kong Lee tidak mengenal tosu ini, akan tetapi dari sinar matanya yang mengeluarkan cahaya berpengaruh, tahulah mereka bahwa tosu ini tentu berilmu tinggi.

“Kawan, tahukah kau siapa nama tosu itu?” tanya Liong-san Lo-kai kepada seorang kampung yang berdiri dekat dengan dia.

Posting Komentar