Pendekar Tongkat Dari Liong-san Chapter 33

NIC

“Apa? Ada orang berani menghina isteriku? Siapa dia? Katakan, akan kupatahkan batang lehernya!” Tiba-tiba Ki Pok meloncat tinggi sambil mengepalkan tangan. “Benar! Kita harus basmi musuhmu itu. Siapa dia?” bertanya Raja Gila.

“Dia berada di kota Lam-sai dan untuk membalas sakit hati ini kita harus pergi ke sana. Ia sangat hebat sekali maka kita beremmpat harus pergi semua mencarinya.” “Boleh, boleh! Serahkan saja kepadaku!” kata Ki Pok bernafsu sekali.

“Tidak bisa, tidak bisa! Kami tak dapat pergi!” tiba-tiba Raja Gila berkata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Kim Nio terkejut sekali dan cepat memandang. “Mengapa tidak bisa!” tanyanya kuatir.

“Kami tak dapat meninggalkan kerajaan!”

Kim Nio memandang dengan mata tak mengerti. “Kerajaan? Kerajaan apa?”

Tiba-tiba kakek tua itu tertawa terkakak-kakak sehingga suara ketawanya itu bergema di seluruh hutan.

“Anak bodoh! Kerajaan mana lagi? Kerajaan di sini yang indah dan luas, kerajaanku! Kalau kita pergi, siapa yang akan menjaga kerajaanku?”

Kim Nio terkejut dan tak dapat menjawab. “Kalau begitu, kau tidak suka kepada anak menantumu.”

“Anak menantu? Hi, hi, anak menantu? Benar, benar! Kau harus kawin sekarang juga dengan Ki Pok!” Tiba-tiba Ratu Gila berkata sambil tertawa-tawa.

Kim Nio makin bingung, akan tetapi ia pergunakan otaknya yang cerdik. Ia maklum bahwa biarpun mereka ini gila, namun mereka dapat diajak bercakap-cakap dengan baik dan di dalam kegilaan mereka, ternyata mereka ini mempunyai jalan pikiran dan pendapat sendiri-sendiri. Ia harus berlaku sadar dan menenangkan hati mereka lebih dulu, karena ketiga orang ini di dalam kedewasaan mereka ternyata sangat terpengaruh oleh pikiran kanak-kanak dan mereka ini masih harus akan kedudukan tinggi yang mungkin menjadi kenangan mereka yang akan datang dari keluarga bangsawan!

Oleh karena itu, biarpun dengan hati takut, jijik dan kuatir sekali, Kim Nio memperlihatkan muka girang dan menurut ketika kedua Raja dan Ratu Gila itu memaksa dia menjalankan upacara perkawinan dengan Leng Ki Pok, Si Pangeran Gila!

Kim Nio dan Ki Pok disuruh menjalankan upacara dengan bersembahyang di depan sebuh meja batu di mana setelah diatur korban-korban sembahyang berupa buah- buahan dan binatang-binatang hutan yang telah mereka bunuh. Kemudian kedua pengantin ini di dalam hutan, Kim Nio dan Ki Pok berjalan di depan sedangkan Raja dan Ratu Gila itu berjalan di belakang mereka bawa dengan kayu serta berteriak- teriak menyanyi sehingga keadaan di dalam hutan pada hari sungguh ramai dan aneh. Burung-burung hutan beterbangan dan binatang-binatang hutan berlari pergi karena terkejut dan ketakutan!

Setelah mengarak sepasang mempelai itu di seluruh hutan yang menurut Raja Gila hendak memperkenalkan sepasang pengantin kepada seluruh kerajaannya, maka upacara dianggap selesai!

Untung bagi Kim Nio bahwa ia telah dapat menenangkan hati Ki Pok dan telah dapat mempengaruhinya sehingga Pangeran Gila ini tunduk dan takut kepadanya, sehingga dari pihak “suami” ini ia tidak menguatirkan gangguan, asal saja tidak menguatirkan gangguan, asal saja ia dapat bersikap manis terhadapnya. Hanya terhadap kedua mertuanya Kim Nio masih belum dapat mempengaruhinya dan ia masih belum dapat membujuk mereka pergi meninggalkan “kerajaan” mereka untuk menyerbu ke Lam- sai guna membalas dendamnya kepada Kong Lee dan Thio Eng!

Akan tetapi, betapapun juga, lambat laun pikiran Kim Nio yang waras dan cerdik itu akhirnya dapat menguasai pikiran-pikiran gila itu. Dengan perlahan ia dapat membujuk bahwa kerajaan mereka takkan terganggu bila mereka pergi meninggalkannya. Ia membakar hati kedua orang tua dengan menceritakan betapa musuh besarnya itu sangat kurang ajar, sangat menghinanya dan bersikap tidak mengindahkan kedudukan Raja dan Ratu itu!

Beberapa kali Leng Tin Ong dan isterinya dapat dibakar hatinya dan mereka menyatakan siap untuk ikut pergi membalaskan sakit hati menantu mereka. Akan tetapi niat ini selalu tidak jadi karena mereka agaknya masih takut-takut untuk meninggalkan hutan yang mereka anggap sebagai kerajaan mereka itu.

Kim Nio lalu mempergunakan pengaruhnya kepada Ki Pok untuk membantunya membujuk kedua orang tua itu. Pangeran Gila ini telah tunduk benar-benar kepada Kim Nio dan segala kata Kim Nio tentu ia turut dengan taat. Maka mulailah Ki Pok membujuk-bujuk ayah ibunya dengan sungguh-sungguh, bahkan sampai menangis atau marah seperti anak kecil!

Sementara itu Kim Nio menerima pelajaran silat yang hebat dari “suaminya” karena biarpun kini telah mempunyai keluarga hebat yang dapat diandalkan untuk membantunya, namun ia ingin mempelajari ilmu silat mereka yang luar biasa itu untuk menjaga kalau-kalau mereka tidak mau membantunya sehingga ia harus bekerja sendiri.

Demikianlah, dengan tiada hentinya ia membujuk mereka setindak demi setindak. Tiga bulan kemudian akhirnya ia berhasil juga membujuk mereka pergi meninggalkan hutan itu untuk menuju ke Lam-sai dan menyerbu tempat tinggal Thio Sui Kiat!

Mereka pergunakan ilmu jalan cepat mereka yang luar biasa sehingga di sepanjang jalan orang-orang hanya melihat tiga bayangan orang berkelebat cepat di depan mata mereka tanpa dapat melihat tegas siapa adanya orang-orang yang seakan-akan terbang lewat tadi! Kim Nio yang tidak memiliki kepandaian setinggi mereka, digendong oleh Ki Pok.

Untung di dalam tiga bulan selama Kim Nio tinggal di hutan itu, ia berhasil memperingatkan mereka bahwa tidak baik sekali makan daging manusia, sehingga di dalam perjalanan ini mereka tidak mengganggu orang-orang yang mereka jumpai di jalan!

Kong Lee semenjak kawin hidup penuh kebahagiaan di rumah mertuanya dan membantu pekerjaan Thio Sui Kiat. Akan tetapi karena telah lama tidak bertemu dengan suhunya, Kong Lee merasa rindu kepada orang tua itu. Terutama sekali karena ia ingin memperkenalkan isterinya yang cantik kepada suhunya itu, sekalian minta doa restu dari orang tua yang baik budi itu. Ia menuturkan niatnya kepada Thio Eng dan isteri yang baik inipun menyatakan persetujuannya untuk bersama-sama pergi ke Liong-san mengunjungi Liong-san Lo-kai. Mereka berdua lalu menghadap kepada orang tua mereka untuk minta ijin.

“Baik sekali maksud kalian ini,” kata Thio Sui Kiat yang cukup bijaksana untuk mengetahui bahwa orang-orang muda ini sebagai pengantin baru tentu saja ingin pergi berdua saja bagaikan sepasang burung merpati terbang bebas di udara. “Dan sampaikanlah hormatku kepada orang tua yang sakti itu.”

Juga Nyonya Lim tidak merasa keberatan dengan kehendak anak dan menantunya ini. “Asal saja kau berdua tidak lupa untuk pulang ke sini. Ingat bahwa orang tuamu sudah tua dan tidak ingin berpisah terlalu lama dengan kalian!” Ibu ini masih takut- takut melepas Kong Lee pergi.

Maka berangkatlah Kong Lee dan Thio Eng, membawa bekal secukupnya. Mereka langsung menuju ke Liong-san, gunung yang penuh dengan tamasya alam indah dan sedap dipandang itu. Tak perlu diceritakan lagi kiranya betapa senang dan gembira hati mereka. Dunia nampak indah di mana-mana dan apa saja yang nampak di depan mata seperti khusus diadakan untuk mereka dan untuk menambah kegembiraan mereka!

Kong Lee dan isterinya sama sekali tidak menduga bahwa beberapa hari semenjak mereka meninggalkan rumah mereka, di Lam-sai telah datang Kim Nio yang membawa serta tiga orang luar biasa yang berbahaya sekali!

Alangkah terkejutnya Thio Sui Kiat ketika pada suatu malam, entah dengan cara bagaimana karena ia sama sekali tidak mendengar suara kaki orang, tahu-tahu di dalam kamarnya telah berdiri tiga orang aneh dan seorang perempuan cantik! Tiga orang aneh yang tidak lain adalah Leng Tin Ong, isterinya, dan Leng Ki Pok itu, hanya berdiri diam bagaikan patung, sedangkan perempuan cantik itulah yang bicara kepadanya.

“Orang she Thio, kalau kau sayang nyawamu, beritahukan padaku adanya Kong Lee dan isterinya!”

Thio Sui Kiat memandang tajam dan ia makin terkejut ketika dapat mengenal bahwa perempuan cantik ini tidak lain adalah Kim Nio, wanita yang dulu pernah menculik Thio Eng!

“Kau datang ke sini hendak berbuat apa? Mengapa tidak siang hari saja datang, sebagai tamu baik-baik?”

Thio Sui Kiat dengan tenang turun dari pembaringannya dan berdiri menghadapi tamu-tamu malam yang tak diundang itu. Ia menduga-duga siapa adanya tiga orang yang berpakaian dan bersikap aneh ini, dan tiba-tiba bulu tengkuknya berdiri ketika ia melihat betapa mata mereka mengeluarkan sinar aneh, karena ia teringat akan cerita Kong Lee tentang keluarga yang mengerikan itu. Inikah mereka itu dan apakah maksud mereka ikut datang bersama penjahat wanita ini?

“Jangan banyak cakap! Katakan saja di mana Kong Lee dan isterinya?”

Thio Sui Kiat dapat menduga bahwa wanita ini dalam kegilaan cintanya kepada Kong Lee tentu akan melakukan perbuatan nekad dan mungkin akan membunuh mantunya dan anaknya dengan pertolongan ketiga orang gila ini. Maka ia hanya menggelengkan kepala sambil berkata, “Mereka telah pergi, aku tidak tahu ke mana!”

“Ha, ha, ha! Orang she Thio! Kau takut aku akan bertemu dengan mereka? Ha, ha!” Kim Nio tertawa menyindir sehingga Thio Sui Kiat merasa mendongkol sekali. “Siapa yang takut kepadamu?” serunya dan ia lalu menggerakkan tangan menyerang Kim Nio.

Akan tetapi, di saat itu juga dari samping telah menyambar tenaga pukulan yang dahsyat sekali. Thio Sui Kiat terkejut dan mengelak, akan tetapi terlambat. Sebuah totokan dengan tepat mengenai jalan darahnya sehingga jago tua ini roboh tak berdaya!

Kim Nio menggeledah seluruh gedung dan menotok roboh semua orang yang tinggal di gedung itu, akan tetapi ia tidak mendapatkan orang-orang yang dicarinya! Ia menjadi marah sekali dan akhirnya setelah mengancam dan memaksa seorang pelayan untuk mengaku, ia mendengar bahwa dua pekan yang lalu Kong Lee dan Thio Eng benar-benar telah pergi menuju ke Liong-san!

Kim Nio lalu memerintahkan pelayan-pelayan untuk membuat dan mengeluarkan hidangan-hidangan dan di tengah malam buta itu ia menjamu ketiga orang gila itu. Leng Tin Ong dan anak isterinya makan jamuan dengan nikmat sekali, kemudian mereka tidur di atas pembaringan-pembaringan yang berkasur lunak dan bertilamkan kain bersih sehingga mereka senang sekali. Agak sukar bagi Kim Nio untuk membujuk mereka meninggalkan gedung itu pada keesokan harinya!

Posting Komentar