Halo!

Pendekar Tongkat Dari Liong-san Chapter 19

Memuat...

Tapi Kong Lee tidak mau memberi ampun lagi dan ujung bambunya terus mengikuti tubuh lawannya, menotok punggung dari samping kanan dan dengan tepat menotok jalan darah siauw-hing-hiat sehingga Bok Ti Hosiang tak dapat mengelak lagi. Sambil berteriak nyaring tubuh hwesio ini terguling dan pedangnya terlempar!

Masih untung baginya bahwa pemuda itu tidak mempunyai niat membunuh, sehingga setelah menggunakan tangan kiri mengurut beberapa kali pada punggung yang tertotok, ia dapat melompat berdiri lagi dengan muka pucat.

Ketiga hwesio ini maklum bahwa betapapun juga, Kong Lee tidak bermaksud jahat dan hanya ingin mengalahkan mereka belaka, maka diam-diam mereka memuji anak muda yang berkepandaian tinggi itu.

“Sicu,” Bok Ti Hosiang menjura sambil merangkapkan kedua tangannya, “kepandaian sicu sungguh tinggi dan kami bertiga mengaku kalah. Biarlah lain waktu kalau kami masih berusia panjang, kami balas kebaikan sicu ini.”

Sebelum Kong Lee dapat menjawab, tiba-tiba dari dalam kuil itu menyambar bayangan merah kepadanya. Ia kaget sekali karena bayangan merah itu adalah seorang kanak-kanak berusai paling banyak dua belas tahun dan datang-datang anak itu menyerang dengan sebuah pukulan yang berbahaya sekali ke arah lambungnya! Kong Lee cepat mengelak, tapi sebelum ia dapat menegur, anak berbaju merah itu menyerangnya lagi dengan pukulan-pukulan aneh yang sukar ditangkis!

“Ang-ji, jangan kurang ajar!” bentak Bok Ti Hosiang kepada anak baju merah itu yang dipanggilnya Ang-ji atau anak merah.

Akan tetapi anak itu sambil menyerang terus menjawab, “Bok-suhu, orang ini telah mengacau kuil kita, maka harus dihukum!” dan serangannya makin cepat.

Kong Lee benar-benar heran dan terkejut. Heran karena mengapa di dalam kuil ini terdapat seorang anak kecil bukan hwesio karena kepalanya memelihara rambut panjang yang dikepang menjadi dua sedangkan pakaiannya berwarna merah pula! Anak ini berwajah cakap dan kulitnya putih halus. Ia terkejut karena ilmu silat anak ini ternyata hebat sekali dan gerakan-gerakannya walaupun terdapat persamaan dengan ketiga hwesio yang tadi mengeroyoknya, namun lebih cepat dan mengandung bagian-bagian yang aneh! Kalau saja ia kurang hati-hati, pasti ia telah kena terpukul oleh bocah ini! Maka ia tidak mau berlaku sembrono melayani anak kecil ini dengan ilmu silat Liong-san Kun-hwat!

Kong Lee hendak mengalahkan anak ini tanpa melukainya, akan tetapi ia kecele. Ternyata kepandaian anak ini biarpun belum matang, namun tingkatnya tidak di bawah ketiga hwesio itu, bahkan lebih sukar dilawan! Dua kali tangan anak itu berhasil menampar dadanya dan kalau saja lwee-kang anak ini setingkat dengannya, pasti ia telah roboh olehnya. Kong Lee menjadi panas sekali dan sekarang ia mengeluarkan serangan-serangan yang hebat, dan kalau perlu ia harus merobohkan anak ini, asal tidak membunuhnya. Maka bertempurlah keduanya dengan ramai sekali.

Kim Nio tercengang melihat gerakan-gerakan anak kecil itu karena begitu cepat dan gesit, diam-diam ia mengakui bahwa ia sendiri belum tentu dapat mengalahkan anak baju merah itu!

Pada saat itu, tiba-tiba terdengar orang batuk dan tahu-tahu di situ telah berdiri seorang hwesio yang memelihara rambut. Hwesio ini kurus sekali dan wajahnya pucat, akan tetapi sepasang matanya mengeluarkan cahaya berapi. Semua hwesio yang berada di sini, termasuk Go-bi Sam-lojin, segera berlutut ketika melihat hwesio tua itu!

“Ang-ji, mundurlah.”

Hwesio ini berkata dengan halus dan Ang-ji lalu melompat keluar dari kalangan pertempuran. Kong Lee menghela napas lega karena tadi berada dalam keadaan yang sulit sekali. Kalau sampai ia kalah oleh anak kecil itu, tentu ia merasa malu sekali akan tetapi kalau ia terpaksa melukainya, ia akan merasa menyesal, karena iapun merasa sayang kepada anak yang tinggi ilmu kepandaiannya itu. Kini ia menengok ke arah hwesio yang menyuruh Ang-ji mundur dan heranlah ia melihat betapa semua hwesio di situ berlutut di depan hwesio tua renta ini.

Iapun lalu menjura dalam sekali untuk menyatakan hormatnya.

“Bagus, bagus! Si Pengemis tua kini telah memperoleh seorang murid yang baik. Sicu, kau telah berhasil menjunjung tinggi nama Liong-san-pai yang sesungguhnya tidak harus kalah oleh Go-bi-pai!” kemudian hwesio itu berkata kepada Ang-ji, anak merah itu, “Ang-ji, lain kali kau jangan lancang tangan sebelum mendapat ijin dariku!”

Kong Lee menjura lagi dan bertanya, “Mohon dimaafkan jika teecu mengganggu kuil ini. Bolehkah kiranya teecu mengetahui nama locianpwe yang mulia dan siapa pulalah adik kecil ini?”

Hwesio tua itu tersenyum hingga mulutnya yang tak bergigi lagi itu tampak.

“Anak muda, pinceng bernama Liat Song Hosiang dan Ang-ji adalah anak baik yang melayani pinceng selama pinceng mengasingkan diri.”

Terkejutlah Kong Lee mendengar ini. Suhunya pernah berpesan kepadanya bahwa jika ia naik ke Go-bi-san dan bertemu dengan seorang hwesio tua bernama Liat Song Hosiang, maka ia tidak boleh berlaku kurang ajar dan harus menyatakan hormatnya karena hwesio tua itu adalah ketua Go-bi-pai yang berkepandaian tinggi sekali dan menjadi sahabat Liong-san Lo-kai!

Kong Lee tadi telah melihat kepandaian Ang-ji yang demikian tinggi, padahal Ang-ji hanyalah pelayan saja dari hwesio tua ini, maka dapat dibayangkan betapa hebatnya Liat Song Hosiang!

Mengingat akan pesan suhunya, Kong Lee lalu menjatuhkan diri berlutut di depan hwesio itu dan berkata, “Mohon locianpwe sudi memaafkan teecu yang telah berani berlaku kurang ajar.”

“Ha, ha, Lo-kai ternyata pandai mendidik muridnya. Bangunlah, anak muda!” sambil berkata demikian, hwesio tua itu menggunakan tongkatnya yang melengkung untuk mengait pundak Kong Lee dan menariknya.

Kong Lee maklum bahwa orang tua itu hendak mencoba kepandaiannya, maka ia mengerahkan lwee-kangnya dan tetap berlutut. Heran sekali, biarpun ia masih tetap berlutut, tapi pendeta tua itu berhasil mengangkat tubuhnya yang masih berlutut itu ke atas hanya dengan menyongkel perlahan dengan tongkatnya.

“Ha, ha, kau pandai sekali, anak muda. Pantas sekali menjadi murid kawan baikku.” Tiba-tiba hwesio tua itu berpaling kepada Go-bi Sam-lojin yang masih berlutut dan menahan sakit karena luka-luka mereka bekas tangan Kong Lee tadi.

“Kalian tiga orang tua yang seperti kanak-kanak! Biarlah hari ini menjadi pelajaran pahit bagi kalian agar lain kali suka menjaga diri dan menekan nafsu. Masih baik bahwa Liong-san Lo-kai mengirim muridnya hanya untuk memperlihatkan bahwa ilmu silat Liong-san-pai tidaklah serendah yang kalian anggap, dan sama sekali orang tua itu tidak menaruh dendam atas kematian muridnya yang dulu!” Kemudian Liat Song Hosiang lalu berkata lagi kepada Kong Lee, “Kalau kau bertemu dengan suhumu, sampaikan salamku kepadanya.”

Setelah berkata demikian, hwesio tua itu lalu berjalan kembali ke ruang dalam, diikuti oleh Ang-ji Si Anak Baju Merah.

Go-bi Sam-lojin lalu berdiri sambil menjura menyatakan maaf kepada Kong Lee. Setelah saling mengucapkan kata-kata merendah, Kong Lee mengajak Kim Nio meninggalkan tempat itu. Tapi gadis itu masih merasa gemas karena belum bertemu dengan Lauw Bin Tong yang dulu menantangnya supaya naik ke Go-bi-san.

Nona ini lalu bertanya kepada Go-bi Sam-lojin, “Sam-wi totiang, mohon tanya apakah benar-benar di sini tidak ada seorang muridmu bernama Lauw Bin Tong?” ia lalu menuturkan betapa dulu ia pernah bertempur melawan orang she Louw itu yang menantangnya naik ke Go-bi-san.

“Entahlah, nona. Di sini benar-benar tidak ada orang she Louw itu. Barangkali di puncak lain di daerah ini masih ada rombongan lain yang mengaku sebagai perkumpulan cabang Go-bi, karena ketahuilah bahwa Go-bi-san adalah luas sekali dan banyak didiami orang-orang pandai.”

Terpaksa Coa Kim Nio dengan kecewa sekali mengikuti Kong Lee turun gunung. Di sepanjang jalan Kim Nio tiada hentinya memuji kepandaian anak muda itu sehingga Kong Lee merasa bangga dan malu, akan tetapi di dalam hatinya ia merasa girang sekali mendapat pujian dari nona yang baik hati dan disayanginya ini.

Ketika mereka tiba di bawah bukit, tiba-tiba dari depan datang seorang laki-laki menunggang kuda. Kuda itu dilarikan cepat sekali, akan tetapi ketika penunggang kuda itu melihat Kim Nio, ia segera menahan kendali kudanya dan binatang itu tiba- tiba berhenti. Dari cara berhenti yang tiba-tiba ini, tahulah Kong Lee bahwa orang itu bukan orang sembarangan dan memiliki tenaga lwee-kang yang besar, kalau tidak demikian halnya, tidak mungkin ia dapat menghentikan lari kudanya secara demikian tiba-tiba.

Laki-laki itu masih muda, usianya paling banyak tiga puluh tahun. Ia segera meloncat turun dari kuda dan menghampiri mereka. Sementara itu, ketika menengok kepada Kim Nio, Kong Lee melihat betapa gadis ini dengan muka pucat memandang kepada laki-laki itu dan jelas tampak bahwa gadis ini terkejut dan bingung sekali!

Ketika laki-laki itu telah berada di depan mereka, ia lalu menuding muka Kim Nio dan berkata dengan keras, “Hah! Perempuan tak tahu malu! Di manakah kau sembunyikan Ong Lui si manusia jahanam itu? Dan ini ... ” ia menuding kepada Kong Lee. “Apakah kau sudah lari pula darinya dan ini adalah kekasihmu yang baru?” Biarpun Kong Lee merasa betapa hebat penghinaan ini, namun tak dapat merasa marah karena tidak tahu akan maksud-maksudnya. Ia hanya memandang kepada Kim Nio yang mukanya menjadi merah sekali dan sebentar menjadi pucat kembali.

“Lu San! Jangan kau ganggu aku karena sudah tidak ada hubungan apa-apa di antara kita. Kau pergilah!” kata Kim Nio dengan suara gemetar.

“Ha, ha, ha! Perempuan rendah! Perempuan hina! Kau takut kalau-kalau kekasihmu yang baru ini mengetahui segala rahasiamu yang kotor?”

“Lu San!” Kim Nio berseru sambil mencabut pedangnya.

“Kau mau membunuh suamimu? Ha, ha. Lihat, kekasihmu sudah merasa curiga dan kalau ia sudah mengetahui segala perbuatanmu yang tidak tahu malu, tentu ia akan berbalik membencimu!”

“Bangsat yang ingin mampus!” tiba-tiba Kim Nio membentak dan menyerang. Akan tetapi laki-laki itu telah mencabut pedangnya juga dan menangkis dengan penuh kemarahan.

“Memang kita harus mengadu tenaga! Tapi aku takkan puas sebelum membunuh anjing Ong Lui itu lebih dulu dan kekasihmu yang kepucat-pucatan ini. Setelah kedua orang itu mampus baru aku akan membunuhmu!” sambil berkata demikian, laki-laki ini cepat mengelakkan sebuah serangan Kim Nio dan dengan gerakan tak terduga ia meloncat ke arah Kong Lee dan mengirim sebuah tusukan hebat ke dada pemuda itu! Tapi ia menemui batu!

Dengan tenang sekali Kong Lee memiringkan tubuhnya, sekali ulur tangan saja ia berhasil merampas pedang itu. Bukan main terkejut laki-laki itu, karena sama sekali tidak pernah disangkanya bahwa pemuda yang agaknya lemah ini ternyata demikian hebat!

“Celaka! Memang nasibku yang sial. Kekasihmu ini ternyata berkepandaian tinggi. Tapi betapapun tingginya kepandaiannya, ia tetap seorang rendah. Nah, kau mau bunuh aku, bunuhlah!”

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment