Matahari mulai membenam disebelah barat, waktu Kwee Su Liang berdua Liu Giok Ing bersusah payah berada didaerah pegunungan, didekat tempat bekas mereka keluar dari ruang perangkap. Tidak ada makanan yang mereka dapat makan, akan tetapi mereka sudah minum cukup, sehingga ada sedikit tenaga mereka buat jalan secara lambat-lambat, tetap sambil saling berpegangan tangan; sampai mendadak mereka menemukan mayat seorang perempuan; yang tewas dengan tubuh luka-luka bekas kena senjata tajam, serta dalam keadaan telanjang bekas diperkosa orang. Dari pakaian perempuan yang mereka temukan, Kwee Su Liang berdua Liu Giok Ing merasa yakin bahwa perempuan itu seorang pelayan, entah pelayan siapa dan entah perbuatan siapa, tidak diketahui oleh mereka berdua; akan tetapi Liu Giok Ing sangat marah karena melihat kaumnya telah dihina orang.
Dia bertekad hendak segera mendatangi ketempat ciangkun Sie Pek Hong, buat melakukan balas dendam, akan tetapi Kwee Su Liang dapat membujuk, mengingat keadaan mereka sangat lemah, disamping pihak musuh terlalu banyak bahkan beberapa orang yang sakti ilmunya. Oleh Kwee Su Liang kemudian disarankan, bahwa mereka berdua akan mengunjungi pangeran Gin Lun dikota San- hay koan, membentangkan semua niat buruk dari pangeran Kim Lun; untuk kemudian mereka mengumpulkan tenaga menggempur pangeran Kim Lun; menggagalkan niat buruk pangeran itu dan sekaligus menangkapnya untuk dibawa menghadap kepada sri baginda maharaja.
Sejenak Liu Giok Ing terdiam mendengarkan sarannya Kwee Su Liang, dan sekilas dia teringat dengan pertemuannya pada Kanglam liehiap Soh Sim Lan, sehingga terpikir olehnya kalau-kalau ada hubungan yang erat antara Soh Sim Lan dengan pangeran Gin Lun, dan terpikir juga olehnya tentang nasibnva sendiri yang telah ditinggal mati oleh suaminya, Giok Lun Hoat Ong, sedangkan Kwee Su Liang tentu bakal kembali kepada anak dan isterinya.
“Liang ko ..." tiba-tiba Liu Giok Ing bersuara perlahan, dan air matanya ikut berlinang keluar, berhasil membikin Kwee Su Liang terkejut dan menanya :
“Giok moay; mengapa kau mengeluarkan air mata ...?"
“Liang ko, Aku sebenarnya ingin mati bersama-sama kau
..." sahut Liu Giok Ing yang semakin membikin Kwee Su Liang jadi bingung tidak mengerti.
"Giok-moay, apa sebabnya kau berkata begitu...?'' tanya laki laki itu, yang memerlukan memegang sepasang tangan liehiap Liu Giok Ing; yang kelihatan semakin terisak menangis.
"Aku malu, Liang ko. Malu kalau aku nanti bertemu dengan istrimu..."
Sejenak Kwee Su Liang ikut terdiam, bagaikan dia baru teringat dengan anak dan istrinya, tetapi dia merangkul Liu Giok Ing erat-erat, lalu seperti membisik dia berkata didekat telinga kekasihnya.
"Giok-moay,aku yakin aku bisa memberikan pengertian kepada Gwat-moay. Dia memang mengetahui bahwa hatiku tak mungkin melupai kau, meskipun aku telah menikah dengan dia...,”
Tambah erat Liu Giok Ing merangkul laki-laki yang dicintainya itu, dan tambah terisak dia menangis. Benar- benar dia menjadi bingung dan gelisah; sebab dia tidak menduga bahwa dia bakal hidup lagi, setelah dia merasa tiada kemungkinan buat meloloskan diri dari perangkap. Dia memang sungguh-sungguh menyintai Kwee Su Liang, akan tetapi dia tidak mau mengorbankan Lie Gwat Hwa yang sudah menjadi isteri dari laki-laki yang dicintainya itu; apalagi mereka telah mempunyai seorang anak.
Dalam keadaan yang seperti itu; liehiap Liu Giok Ing merasa ingin mati supaya tak berpisah lagi dengan laki-laki yang dicintainya, tetapi Kwee Su Liang berhasil membujuknya, sehingga dia menurut seperti yang disarankan Kwee Su Liang.
Mereka terpaksa harus menunggu sampai malam, setelah itu Kwee Su Liang mendatangi tempat dia menginap buat mengambil bungkusan pakaiannya, sekalian dia membeli seperangkat pakaian buat liehiap Liu Giok Ing, dan mereka tinggalkan kota Oei-kee tin, tanpa mereka mengetahui bahwa dirumah ciangkun Sie Pek Hong sedang menghadapi kesibukan, sebab adanya air yang membikin keadaan rumah menjadi banjir, disamping mereka sedang kehilangan isterinya Sie Pek Hong yang pergi meninggalkan rumah, tanpa mereka mengetahui bahwa The Eng Lian sudah binasa didalam liang-perangkap, sedangkan pelayannya ikut tewas sebagai korban keganasan anak buahnya Ma Kong.
Sementara itu, selama tiga hari Kwee Su Liang melakukan perjalanan menuju kota San hay koan, mendampingi liehiap Liu Giok Ing yang sekarang sudah dia anggap menjadi isterinya, sehingga sempat mereka memadu kasih selama melakukan perjalanan itu, akan tetapi selekas mereka tiba ditempat tujuan, sudah tentu dipihak istana Gin Lun Hoat ong menjadi sangat terkejut, hampir menjadi pertempuran andaikata Kwee Su Liang tidak berhasil memberikan penjelasan dan pengertian.
Lo-ciangkun atau perwira-tua yang sebelah kakinya kena dibikin buntung oleh liehiap Liu Giok Ing, ternyata telah tewas membunuh diri, sehingga liehiap Liu Giok Ing ikut mengeluarkan air-mata menyesali akan perbuatannya. Sedangkan Gin Lun Hoat-ong yang ikut mendengarkan penjelasan dari Kwee Su Liang, merasa sangat terkejut dan penasaran ketika tahu siasat adu-domba yang dilakukan pihak Kim Lun Hoat-ong, yang sengaja telah memfitnah liehiap Liu Giok Ing dan hendak melakukan perbuatan makar melawan sri baginda maharaja.
Pangeran Gin Lun kemudian menyadari bahwa perbuatannya liehiap Liu Giok Ing yang datang dikota Oei kee tin, bukan maksud mengacau; sebaliknya justeru pangeran Gin Lun yang telah dihasut oleh pihak anak buahnya tjiangkun Sie Pek Hong, yang sengaja datang membawa kabar, mengatakan liehiap Liu Giok Ing hendak datang mengacau; sehingga pangeran Gin Lun telah mengatur persiapan memasang perangkap, sebab waktu pangeran Gin Lun menganggap benar-benar liehiap Liu Giok Ing yang menjadi pelaku peristiwa pembunuhan dikota-raja, juga di istana tempat kediaman pangeran Gin Lun.
Kemudian pangeran Gin Lun yang juga turut merasa menyesal dan ikut berduka-cita, ketika diketahuinya bahwa kakaknya, pangeran Giok Lun, ikut menjadi korban sehingga tewas akibat perbuatan fitnah yang dilakukan oleh pihak pangeran Kim Lun!
Mengenai Kanglam liehiap Soh Sim Lan yang sudah tidak ada lagi di kota San-hay koan, dikatakan oleh pangeran Gin Lun bahwa waktu itu Kanglam liehiap Soh Sim Lan hanya singgah, membawa pesanan dari pangeran Bok Lun buat disampaikan kepada pangeran Gin Lun. Waktu itu Kanglam liehiap Soh Sim Lan juga menjadi bingung waktu menghadapi perbuatan Liu Giok Ing, hasrat hatinya ingin benar dia melakukan penyelidikan, akan tetapi Kanglam liehiap Soh Sim Lan sedang sibuk, membawa tugas rahasia dari pangeran Bok Lun yang berkedudukan dikota Ceng-kang, sebab waktu itu pihak perampok bangsa Jepang sedang meraja-lela di sepanjang pesisir Tay-ciu, yang letaknya di sebelah timur kota Ceng kang.
Gin Lun Hoat ong kemudian menyetujui usul Kwee Su Liang, untuk menggempur pihak Kim Lun Hoat ong dan berusaha menangkap untuk dibawa menghadap kepada sri baginda maharaja, tetapi untuk maksud itu, pangeran Gin Lun perlu menyusun tenaga, disamping siasat tersebut perlu juga harus diusahakan tenaga bantuan, mengingat pangeran Kim Lun mempunyai para pembantu yang tinggi dan sakti ilmunya. Akhirnya diputuskan bahwa liehiap Liu Giok Ing ditugaskan untuk melatih para perwira yang bertugas di istana pangeran Gin Lun, sementara Kwee Su Liang akan berangkat ke kota-raja buat memberikan laporan kepada sri baginda maharaja; setelah itu Kwee Su Liang berjanji akan kembali berkumpul dengan liehiap Liu Giok Ing di kota San-hay koan, untuk bersama-sama mengganyang istana pangeran Kim Lun di kota Oei- kee tin.