Pendekar Bunga Cinta Chapter 31

“Giok moay .. " cuma itu yang Kwee Su Liang ucapkan, dan buru-buru dia merangkul sang adik yang dikasihnya itu.

Liehiap Liu Giok Ing membiarkan dirinya dirangkul oleh laki-laki yang telah 'mencuri' hatinya itu, dan dia bahkan mempererat rangkulannya. Seperti dalam mimpi, liehiap Liu Giok Ing merasakan betapa hangatnya pelukan laki-laki yang sekian lamanya dia cintai. Dia memang masih terpengaruh oleh obat perangsang, sehingga dia yang mulai mencium Kwee Su Liang; dan Kwee Su Liang yang seperti kehilangan kesadaran telah mengimbangi perbuatan sang adik yang dikasihinya, sehingga untuk sesaat dia lupa dengan anak dan isterinya, bahkan sempat melupakan keadaan mereka yang sedang diancam bahaya maut.

— o O-o—

MATAHARI bersinar terik waktu esok harinya ciangkun Sie Pek Hong datang menghadap Kim Lun Hoat ong, memberi laporan tentang liehiap Liu Giok Ing berdua Kwee Su Liang yang berada didalam liang perangkap.

Kim Lun Hoat-ong memang sudah mengetahui tentang peristiwa semalam yang terjadi ditempat ciangkun Sie Pek Hong, sebab dia sudah menerima laporan dari Kim Wan tauw-to berdua ‘toan-lo sin-koay' Kong Tek Liang: dan Kim Lun Hoat ong memutuskan supaya membiarkan liehiap Liu Giok Ing berdua Kwee Su Liang tewas didalam liang itu sesuai seperti yang direncanakan Sie Pek Hong.

Tidak mungkin untuk membiarkan Liehiap Liu Giok Ing tetap hidup, sebab si macan-betina yang galak itu pasti akan mengacau terus, sukar dibikin jinak apalagi untuk dijadikan bini. Juga Kwee Su Liang harus mati, sebab Kim Lun Hoat- ong sudah mengetahui bila Kwee Su Liang yang bertugas sebagai gubernur diperbatasan kota, sedang melakukan tugas dari sri baginda maharaja, buat melakukan penyelidikan tentang peristiwa pembunuhan yang terjadi di kota-raja dan di istana kerajaan; yang diduga sebagai perbuatannya ceng-hwa liehiap Liu Giok Ing. Akan tetapi Kwee Su Liang yang memang diketahui berhubungan akrab dengan liehiap Liu Giok Ing, maka kemungkinan Kwee Su Liang sudah berhasil memperoleh keterangan tentang niat Kim Lun Hoat ong yang hendak mengadakan perbuatan makar, sehingga laki-laki itu harus dibikin mati ! Atas saran si pendeta gadungan Kim Wan tauw to, kemudian Kim Lun Hoat ong mengirim seorang utusan keluar perbatasan kota disebelah barat, untuk menemui seorang rekannya yang mengabdi kepada pemerintah kerajaan Watzu, Tartar; sedangkan perintah mengacau didalam kota raja dan di kota San hay koan untuk sementara dihentikan, Kim Lun Hoat ong bertekad hendak mempercepat rencana gerakannya, sebelum pihak sri baginda maharaja mengetahui tentang niatnya itu; dia bahkan memerintahkan Kim Wan tauw to dan Kong Tek Liang, untuk secara terpisah menghubungi rekan-rekan mereka yang bakal diajak bekerja sama, dan memerintahkan ciangkun Sie Pek Hong berangkat ke kota Kam leng, buat menghubungi Seng-Lun Hoat ong yang katanya ingin mendukung gerangan Kim Lun Hoat ong.

Dengan demikian ciangkun Sie Pek Hong menjadi ikut sibuk, mengatur bawahannya yang menjaga keamanan dirumahnya, sebab dia harus berangkat keluar kota. Dan ciangkun Sie Pek Hong bahkan melupakan isterinya, yang tidak sempat dia beritahukan tentang kepergiannya yang mendapat perintah dari Kim Lun Hong ong.

Nama isterinya ciangkun Sie Pek Hong adalah The Eng Lian. Dahulu dia merupakan selir dari sri baginda maharaja, tetapi kemudian dia kena dirayu oleh ciangkun Sie Pek Hong; sehingga waktu ciangkun Sie Pek Hong harus melarikan diri dari kota raja, maka The Eng Lian mendampingi bahkan The Eng Lian yang membeayai keperluan hidup mereka, dengan menjual semua barang perhiasan yang pernah dia terima dari sri baginda maharaja; sampai kemudian ciangkun Sie Pek Hong diterima bekerja dan mengabdi pada Kim-Lun Hoat ong.

Penderitaan The Eng Lian selama ikut Sie Pek Hong yang hidup dalam pelarian, kemudian menjadi tambah menderita karena ternyata suaminya tidak setia, sering menyeleweng dengan perempuan lain bahkan berani menyimpan selir dalam rumah. Berulangkali terjadi pertikaian antara The Eng Lian dengan suaminya, akan tetapi Sie Pek Hong dengan cara yang kejam seringkali memukul isterinya itu, membuat The Eng Lian sudah menyesali diri; karena tidak berdaya memberikan perlawanan.

Kemudian diketahui juga oleh The Eng Lian, tentang suaminya yang mengajak Liu Giok Ing menumpang tinggal dirumah; sehingga diam-diam dia menyimpan dendam terhadap Liu Giok Ing. Akan tetapi berdasarkan laporan yang dia terima dari seorang pelayan yang setia, maka diketahuinya bahwa Liu Giok Ing adalah jandanya pangeran Giok Lun, dan Liu Giok Ing sebenarnya adalah seorang pendekar perempuan yang namanya sudah menyemarak dikalangan rimba persilatan.

Hasyrat hatinya, ingin sekali The Eng Lian menemui liehiap Liu Giok Ing. Ingin dia ceritakan tentang kejahatan ciangkun Sie Pek Hong, bahkan tentang niat buruk dari Kim-Lun Hoat-ong yang dia ikut mengetahuinya, tetapi The Eng Lian sangat takut akan perbuatannya itu diketahui suaminya, dan dia merasa tidak mendapat kesempatan buat bertemu dengan Liu Giok Ing. Hari itu The Eng Lian mengetahui tentang suaminya yang pergi meninggalkan rumah, berangkat keluar kota membawa tugas dari Kim Lun Hoat-ong. Dengan bantuan pelayannya yang setia, The Eng Lian berusaha hendak bertemu dengan liehiap Liu Giok Ing, tetapi tetap dia harus berhati-hati, sebab barisan pengawal melakukan penjagaan secara ketat, disamping adanya dua bersaudara Ma Kong dan Ma Kiang. Tidak mudah The Eng Lian mencari liehiap Liu Giok Ing yang ternyata tidak ada dikamarnya; akan tetapi The Eng Lian kemudian menjadi terkejut, waktu diketahuinya liehiap Liu Giok Ing terperangkap didalam liang, bersama seorang laki- laki yang katanya Kwee Su Liang, si pendekar tanpa bayangan.

Memang tidak banyak orang yang mengetahui tentang adanya liang-rahasia didalam rumah itu, yang kemudian dijadikan sebagai liang perangkap oleh ciangkun Sie Pek Hong. Mungkin cuma The Eng Lian berdua suaminya yang mengetahui; bahwa liang itu merupakan tembusan yang bisa menembus ke suatu daerah pegunungan, didekat perbatasan luar kota Oei-kee tin sebelah utara.

Oleh karena The Eng Lian bertekad hendak bertemu dengan liehiap Liu Giok Ing, ingin membicarakan tentang kejahatan suaminya yang sudah dia benci dan menyimpan dendam sekian lamanya; maka The Eng Lian mengajak pelayannya meninggalkan rumah, menuju kedaerah pegunungan yang bisa menembus ke dalam liang rahasia itu.

Kepergian The Eng Lian berdua pelayannya itu, sempat diketahui oleh Ma Kong berdua Ma Kiang, akan tetapi sudah tentu mereka tidak berani mencegah sebab tidak ada perintah dari majikan mereka, dan mereka bahkan tidak berani menanyakan tentang maksud kepergian nyonya- majikan itu.

Secara diam-diam kemudian Ma Kong memerintahkan 3 orang anak buahnya, mengawasi The Eng Lian berdua pelayannya; sampai kemudian ketiga orang laki-laki itu menjadi bingung dan heran, sebab melihat tujuan The Eng Lian berdua pelayannya mencapai daerah pegunungan, bahkan menuruni sebuah tebing yang cukup curam.

Dipihak The Eng Lian yang melakukan perjalanan berdua pelayannya, secara mendadak dia mengetahui adanya tiga orang tentara yang menyamar yang sedang mengikuti perjalanannya. Sudah terlalu jauh dia meninggalkan rumah dan dia bahkan sudah hampir mencapai tempat tujuan, sehingga tidak mau membatalkan niatnya. Diaturnya rencana bersama pelayannya, lalu dengan secara tiba-tiba dia menghilang umpatkan diri, membiarkan pelayannya melakukan perjalanan seorang diri. Setelah diketahuinya ketiga tentara itu terus mengikuti pelayannya, maka The Eng Lian memilih jalan lain buat mencapai tempat tujuan.

Ada sebuah besi-pelat yang dipakai buat penutup liang yang bisa menembus ke tempat Liu Giok Ing berdua Kwee Su Liang terperangkap, dan bersusah payah The Eng Lian menggeser besi penutup liang itu. Sukar buat The Eng Lian melakukannya, sebab dia bertenaga lemah tidak memiliki kepandaian ilmu-silat, namun dia bertekad melakukannya dan mengerahkan tenaganya yang ada.

Diluar dugaan dan diluar tahu The Eng Lian, dia kena menyentuh beberapa bagian yang menonjol tertutup batu- batu gunung; kemudian waktu The Eng Lian sudah berhasil menggeser besi penutup liang itu, maka diapun harus bersusah-payah turun melewati anak-tangga yang sengaja dibikin dari bahan besi, yang ternyata sangat licin penuh lumut, sehingga tiba-tiba dia tergelincir dan terjatuh.

Tubuh The Eng Lian terbanting dibagian dasar liang yang banyak terdapat batu-batu gunung, sehingga The Eng Lian jatuh sakit bahkan sebelah kakinya terkilir sehingga tidak mungkin lagi dia melangkah meneruskan perjalanannya dan terpaksa harus merangkak seperti menyeret tubuhnya, mengakibatkan dia semakin merasa sakit dan pedih, karena dalam liang itu ternyata penuh dengan batu-batu cadas yang tajam runcing, sehingga seluruh tubuhnya penuh luka-luka mengeluarkan darah. Bagian-bagian yang menonjol dan yang kena disentuh oleh The Eng Lian tadi, sebenarnya merupakan tempat curahan sumber air gunung. Dari celah-celah yang membuka kena disentuh oleh kaki The Eng Lian, kemudian mengalir air gunung yang lambat laun semakin besar dan semakin banyak mengeluarkan air; lalu tanah disekitar sumber mata-air itu menjadi bobol, mengeluarkan air yang sangat derasnya, dan semua air itu langsung masuk kedalam liang bekas tempat The Eng Lian masuk dan terjatuh.

The Eng Lian menjadi sangat terkejut waktu secara mendadak merasakan tubuhnya basah dengan air, selagi dia merangkak hendak mencapai tempat tujuan. Kemudian dia menjerit ketakutan, waktu didengarnya suara gemuruh air yang dengan sangat cepatnya sedang mendatangi kearah dia.

Sementara itu keadaan liehiap Liu Giok Ing sangat lemah sekali, menderita rasa lapar dan haus, dan disamping itu juga menderita sakit karena luka yang dia derita. Juga keadaan Kwee Su Liang serupa seperti liehiap Liu Giok Ing.

Akan tetapi oleh karena mereka berada berdua; oleh karena mereka sempat melepas hasrat-cinta yang sekian lamanya terpendam dalam hati mereka. Dalam keadaan yang seperti itu, mereka rela menghadapi kematian; bahkan tak ingin mereka melepaskan rangkulannya, sampai secara sayup-sayup mereka mendengar pekik-suara seseorang, pekik suara seorang perempuan yang terdengar sedang dalam keadaan ketakutan.

Sempat Kwee Su Liang berdua Liu Giok Ing saling mengawasi. Ada sedikit sinar yang menerobos dari sebelah utara, sehingga keduanya semakin menjadi bertambah heran, akan tetapi mereka bagaikan tidak berdaya untuk bergerak, sebab keadaan mereka yang sangat lemah tidak bertenaga, sampai kemudian mereka pun ikut mendengar suara gemuruh air yang sedang mendatangi.

Kwee Su Liang berdua Liu Giok Ing menjadi sangat terkejut, mereka menduga pihak musuh ingin membunuh mereka, membiarkan mereka mati kelelap di air. Semakin erat Kwee Su Liang merangkul kekasihnya, juga Liu Giok Ing melakukan perbuatan yang sama; tetapi mereka sempat meraih pedangnya, bagaikan siap menghadapi ancaman binatang air yang buas, yang mungkin sengaja dilepaskan oleh pihak musuh.

Waktu air mulai membasahi dan merendam tubuh mereka berdua yang rebah saling berangkulan, sempat Kwee Su Liang serta Liu Giok Ing kena minum air itu, tanpa mereka sengaja melakukannya sehingga rasa haus itu mendadak hilang, maka ada sedikit tenaga Kwee Su Liang serta Liu Giok Ing, dan mereka mulai berenang melawan arus air, meskipun tenaga mereka belum pulih semuanya.

Kemudian Liu Giok Ing beserta Kwee Su Liang menjadi semakin terkejut, ketika mereka menemukan mayat seorang perempuan yang mengambang mengikuti arus air yang sangat deras; tetapi saat itu mereka tak sempat menghiraukan mayat itu, dan bersusah-payah mereka berenang sangat lambat melawan arus air, hendak mencapai pusat sinar yang secara samar-samar kelihatan masuk.

Sementara itu air sudah semakin memenuhi liang tempat mereka berdua, sehingga hampir menyentuh bagian atas dari dinding liang; dan mereka tiba ditempat penutup liang, disaat air sudah mulai meluap tinggi sehingga tak perlu lagi mereka menaiki anak tangga.

"Liang-ko, ternyata kita selamat ..." Liu Giok Ing bersuara lemah, rebah beristirahat didekat sumber mata-air, tanpa menghiraukan tempat disekitarnya sudah mulai digenangi air yang meluap.

"Ya, kita selamat " sahut Kwee Su Liang, juga lemah

suaranya; namun dengan merangkak dia mengajak Liu Giok Ing menjauhi tempat itu, mencapai dataran yang lebih tinggi, khawatir air semakin banyak yang meluap.

Posting Komentar