Pendekar Bunga Cinta Chapter 29

Sementara itu Kwee Su Liang juga merasakan bergetar jiwanya, apalagi pada waktu ikut merasakan bagian dada yang lembut dari sang adik yang binal, yang kena menyentuh dibagian punggungnya. Terasa agak kacau pikirannya; meskipun waktu itu dia sedang memusatkan kesaktiannya buat mengeluarkan semua sisa darah yang mengandung bisa racun akibat kena anak panah.

Kemudian diketahuinya oleh Kwee Su Liang bahwa sang adik yang binal itu sudah menghentikan perbuatannya, sudah

00 tidak lagi menyedot darah dari bagian punggungnya; akan tetapi sang adik yang binal itu masih tetap merangkul bahkan terasa kepala sang adik masih menyentuh dibagian punggungnya, sehingga Kwee Su Liang menganggap sang adik itu sedang bersedih hati. Secara tiba-tiba Kwee Su Liang teringat bahwa sang adik juga sedang kena keracunan bekas anak panah yang membenam dibagian pahanya.

Jelas diketahui bahwa liehiap Liu Giok-Ing belum mengeluarkan darah yang mengandung bisa racun, yang masih mengeram didalam tubuhnya; sebab liehiap Liu Giok Ing tak mungkin menghisap luka yang dia derita dibagian pahanya. Tidak mungkin untuk dia lakukan sendiri.

Haruskah Kwee Su Liang yang melakukannya? Menghisap bagian paha yang luka bekas luka anak-panah itu? Merah muka Kwee Su Liang tetapi untung tidak mungkin dilihat oleh sang adik yang binal, selagi mereka berada ditempat yang gelap-gulita; dan terasa berdebar keras jantung Kwee Su Liang memukul. Namun dia memaksa diri dan berkata perlahan :

"Giok-moay, kau juga terluka ..."

Liehiap Liu Giok Ing tidak segera bersuara memberikan jawaban, meskipun didengarnya pertanyaan Kwee Su Liang. Masih dia merangkul bagian punggung dari laki-laki yang telah 'mencuri' hatinya itu, masih dia menikmati rasa hangat bahkan sampai air matanya berlinang keluar, tanpa dia ingat dengan lukanya sendiri. Akan tetapi, mendadak dia bagaikan baru tersadar, dan jantungnya ikut kian berdebar; membayangkan kalau sampai Kwee Su Liang yang harus menghisap bagian pahanya yang terluka.

01 "Liang-ko, aku tak apa-apa ..." akhirnya dia berkata dengan suara perlahan; bahkan terdengar terlalu perlahan oleh Kwee Su Liang, akan tetapi cukup membuat Kwee Su Liang seperti tersentak, dan dia memutar tubuh sehingga dia duduk menghadapi sang adik yang binal, meskipun cuma secara samar nampak berpeta.

"Giok moay; darah yang mengandung bisa-racun itu harus dikeluarkan ...." kata Kwee Su Liang; terdengar gemetar nada suaranya.

"Tetapi aku tidak mungkin melakukannya ....,” sahut liehiap Liu Giok Ing; juga gemetar nada suaranya.

Sejenak Kwee Su Liang terdiam tak bersuara, akan tetapi jantungnya semakin berdebar keras. Dia merasa ragu-ragu oleh karena luka yang diderita Liu Giok Ing justeru dibagian paha, sehingga melanggar kesopanan bila dia yang harus melakukannya, menghisap bagian paha itu untuk mengeluarkan darah yang mengandung bisa-racun.

"Giok moay, akan berbahaya bagi keselamatan kau andaikata bisa racun itu tidak dikeluarkan. Bolehkah aku yang melakukannya..?" akhirnya Kwee Su Liang berkata; tetap perlahan dan agak gemetar nada suaranya.

Ganti liehiap Liu Giok Ing yang terdiam tidak bersuara, mukanya merah merasa malu akan tetapi untungnya tidak terlihat oleh Kwee Su Liang, sebab keadaan ditempat itu yang cukup gelap; kepalanya menunduk sedangkan dadanya semakin terasa berdebar keras, dan Kwee Su Liang yang berkata lagi :

02 "Giok moay, aku tahu perasaan kau; akan tetapi didalam hal ini, aku harap memaafkan. Kau telah menolong aku, mengeluarkan bisa racun dari luka dibagian punggungku; dari itu perkenankanlah aku lakukan buat menolong kau ...,”

"Liang-ko, kau lakukanlah , .." akhirnya kata Liu Giok Ing, semakin perlahan suaranya dan dia bahkan bagaikan harus menahan napas.

Kwee Su Liang menggeser tubuhnya, sebab dia harus agak rebah tengkurup waktu dia mulai menghisap sebelah paha Liu Giok Ing yang terluka bekas kena anak panah beracun, sementara sepasang telapak tangannya agak menekan bagian paha sang adik yang binal itu.

Terdengar Liu Giok Ing bersuara seperti mengeluh, waktu tengah-tengah Kwee Su Liang mulai menyentuh bagian paha dan dia seperti bergelinjang waktu merasakan bibir Kwee Su Liang yang hangat mulai menyentuh pahanya.

Keadaan Liu Giok Ing waktu itu masih di dalam pengaruh obat perangsang lian hoan lohap sie sehingga dia merasa sangat menderita menahan gejolak napsu birahi, apalagi yang sedang menghisap bagian pahanya yang luka itu, adalah laki- laki yang telah mencuri hatinya. Sanggup dia menahan rasa sakit pada luka yang dia derita; akan tetapi sukar buat dia mengatasi napsu birahi yang sedang merangsang, sehingga dia menggigit bibirnya keras-keras, sementara sepasang tangannya meraba-raba untuk mencari sesuatu buat dia berpegang, sehingga bagaikan tanpa sadar, akhirnya sebelah tangannya menjamah rambut dikepala Kwee Su Liang yang berada dibagian pahanya.

03 Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dipihak Kwee Su Liang, laki-laki ini juga merasa seperti terangsang waktu sepasang tangannya mulai menyentuh bagian paha sang adik yang binal, yang sudah cukup lama dia kenal namun baru sekali itu dia berani menyentuh bagian paha Liu Giok Ing. Kemudian diapun merasakan kepalanya bagaikan dibelai oleh sang adik yang binal, sampai kemudian terasa rambutnya seperti dijambak erat erat, sehingga Kwee Su Liang menganggap sang adik yang binal itu sedang menahan rasa sakit.

Suara napas Liu Giok Ing kemudian terdengar seperti memburu; sementara bagian pinggulnya ikat bergerak tak menentu, akhirnya dia mengeluh seperti merintih : “Liang ko, oh Liang ko .. ,"

Kwee Su Liang terpaksa menunda perbuatannya yang sedang menghisap, berusaha mengeluarkan darah yang mengandung bisa racun; dia memerlukan mengawasi muka Liu Giok Ing, namun tak mungkin dia dapat melihat jelas karena keadaan yang gelap. Terpikir oleh Kwee Su Liang bahwa sang adik yang binal merasa kesakitan, sehingga dia memerlukan bersuara menghibur:

"Giok-moay, kuatkan hatimu, Sebentar lagi akan selesai..."

––––––––

DAN Kwee Su Liang mengulang lagi perbuatannya, menghisap bagian paha Liu Giok Ing yang terluka, dan dia membiarkan waktu rambutnya dijambak semakin erat oleh sang adik yang binal itu. Akan tetapi ketika Kwee Su Liang merasa sudah selesai melakukan pertolongannya; ternyata Liu Giok Ing bagaikan tidak membiarkan Kwee Su Liang mengangkat mukanya laki laki itu dari bagian paha sang adik yang binal !

Sebelah tangan kiri liehiap Liu Giok Ing masih mendekap bagian belakang kepala Kwee Su Liang, sementara itu sebelah tangannya yang lain menelusup masuk kebagian dalam baju yang dipakai oleh Kwee Su Liang yang sudah banyak bagian yang terkoyak. Sejenak Kwee Lu Liang merasa curiga, selagi jantungnya semakin berdebar keras, akan tetapi kemudian dirasakannya ada hawa panas dari telapak tangan sang adik yang binal itu yang ternyata sedang menyalurkan tenaga dalamnya, buat memulihkan tenaga Kwee Su Liang yang bekas kena gempur dan terlalu lelah keadaannya.

Diam-diam Kwee Su Liang merasa terharu dengan perbuatan sang adik yang binal itu; yang ternyata sangat memperhatikan keadaannya. Dia berusaha tenangkan hati dan ikut mengerahkan kesaktiannya, buat menerima saluran tenaga yang diberikan oleh sang adik yang binal itu, sehingga tidak pernah Kwee Su Liang mendapat kesempatan buat mengucap kata-kata cinta; yang sedemikian lamanya dia pendam, meskipun dia sudah menikah dan mempunyai seorang anak.

Setelah liehiap Liu Giok Ing selesai menyalurkan tenaga dalamnya buat Kwee Su Liang, maka ganti Kwee Su Liang yang menyalurkan tenaga dalamnya buat memulihkan kesehatan liehiap Liu Giok Ing. Untuk sesaat Liu Giok Ing merasakan bagaikan dirangkul oleh laki-laki yang dia cintai, meskipun dengan cara dia memunggungi Kwee Su Liang. Semakin terasa tergetar jiwa liehiap Liu Giok Ing, akan tetapi dia menyadari bahwa Kwee Su Liang sudah menjadi milik lain perempuan; sehingga tanpa terasa sekali lagi dia mengalirkan air mata. Sementara itu Kwee Su Liang kemudian mulai meneliti keadaan didalam liang itu, sambil kadang-kadang dia meraba-raba dibagian dinding batu maupun dibagian lantai yang merupakan bagian dasar dari liang itu; yang ternyata cukup lebar dan luas, namun tidak ditemui adanya jalan lain buat mereka keluar, kecuali melalui bagian atas yang sangat tinggi dan yang sudah tertutup oleh lantai bekas mereka terperangkap tadi.

Bagian atas yang merupakan sebagai penutup dari liang itu, terlalu tinggi sehingga tidak mungkin perbuatan seseorang itu lompat naik, dan meskipun keadaan liang itu sedang membuka. Sedangkan ciangkun Sie Pek Hong agaknya sengaja hendak menyiksa Liu Giok Ing berdua Kwee Su Liang; membiarkan tawanan itu mati secara lambat tanpa diberikan makan maupun minum.

Pada mulanya ciangkun Sie Pek Hong tidak mengetahui bahwa orang yang datang mengacau dirumahnya adalah Bo im kiamhiap Kwee Su Liang, akan tetapi kemudian dia diberitahukan oleh Kim Wan tauw to, dan si pendeta gadungan ini bahkan menjelaskan bahwa Kwee Su Liang dahulu merupakan kekasih Liu Giok Ing; sehingga ciangkun Sie Pek Hong menjadi merasa cemburu dan ingin membunuh kedua tawanan itu, membiarkan mati kelaparan.

Di pihak Liu Giok Ing, dia bagaikan merasa putus asa sehingga tak ada niatnya buat berusaha mencari kebebasan, meskipun dia membiarkan Kwee Su Liang yang sedang meraba-raba. Hatinya terasa sangat pedih, sehingga selama hidupnya, belum pernah dia berputus asa seperti saat itu; terasa hilang gairahnya untuk hidup. Hampa tak ada lagi orang yang menyayangi dia, karena suaminya sudah binasa; sedangkan laki-laki yang telah 'mencuri' hatinya, menjadi miliknya perempuan lain. "Liang-ko , .." akhirnya dia bersuara perlahan, merasa terharu melihat Kwee Su Liang yang masih mencari jalan hendak meloloskan diri; mungkin laki-laki itu sedang memikirkan isteri dan anaknya.

"Giok-moay ..." Kwee Su Liang ikut bersuara perlahan dan mendekati sang adik yang binal itu sedang duduk, seperti sedang bersemedhi.

Posting Komentar