Halo!

Pendekar Bunga Cinta Chapter 24

Memuat...

“Giok-moay, mengapa kau mengeluarkan air-mata...?" tanya Sie Pek Hong, yang memberanikan diri memakai istilah adik; dan dia bahkan memberanikan diri memegang sepasang pundak liehiap Liu Giok Ing.

Sekali lagi Liehiap Liu Giok Ing bagaikan terpukau ketika mendengar kata-kata Sie Pek Hong, yang memakai istilah Giok-moay. Berulang lagi dia teringat lagi dengan laki-laki yang telah berhasil mencuri hatinya, sehingga saat itu dia membiarkan sepasang pundaknya yang dipegang oleh Sie Pek Hong. Dalam khayalnya dia membayangkan seolah-olah Kwee Su Liang yang sedang memegang sepasang pundaknya.

Akan tetapi, waktu Sie Pek Hong memegang dan mengangkat bagian mukanya, sehingga terlihat oleh liehiap Liu Giok Ing bahwa yang sedang berdiri dihadapannya adalah ciangkun Sie Pek Hong, maka secara mendadak Liu Giok Ing melangkah mundur memisah diri dari Sie Pek Hong.

“Ciangkun, aku tidak apa-apa. Soal penjahat tadi, biarlah esok siang saja kita bicarakan, sebab malam ini aku ingin istirahat,” kata Liu Giok Ing. Secara halus dia menghendaki Sie Pek Hong meninggalkan dia.

Dalam hati Sie Pek Hong merasa sangat kecewa, akan tetapi dia memang seorang laki-laki yang pandai merayu, sehingga menghadapi Liu Giok Ing yang dia ketahui kegagahannya seperti seekor macan betina, maka dia merasa

5 perlu menyadarkan diri, dan dia bahkan sedang memikirkan sesuatu siasat buruk buat memperkosa Liu Giok Ing.

Dengan perlihatkan muka manis Sie Pek Hong tinggalkan Liu Giok Ing, dan dia memerlukan memangggil Ma Kong berdua Ma Kiang, setelah itu dia memanggil seorang pelayan perempuan yang tugasnya dibagian dapur.

Pada malam berikutnya liehiap Liu Giok Ing merasa gelisah berada seorang diri di-dalam kamarnya. Sebab waktu makan-malam tadi, dia merasakan dadanya sering berdebar keras, bahkan jiwanya terasa bergetar. Seorang diri dia berusaha tenangkan diri, akan tetapi bayang2 suaminya kembali menghantui dia.

Teringat lagi oleh liehiap Liu Giok Ing betapa lembut dan mesra suaminya membelai dia, pada bagian rambutnya, pindah ke-bagian belakang kepala dan ke bagian leher dekat daun-telinga, yang merupakan bagian kelemahannya. Setelah itu, suaminya pasti akan memberikan sebuah kecupan yang hangat, sebuah kecupan dibagian pipi yang kemudian pindah kebagian bibirnya; sehingga Iiehiap Liu Giok Ing merasa terangsang dan ikut memberikan kecupan kepada suaminya, yang bahkan dia rangkul erat-erat. Tetapi kini setelah suaminya marhum, terasa betapa hidupnya, tiada lagi orang yang membelai dia mendambakan dia, dan membisikkan kata- kata merayu penuh kasih-sayang.

Tanpa terasa, liehiap Liu Giok Ing menggigit bagian bibirnya, selagi dia membayangkan kecup-mesra dari suaminya yang sudah marhum, sehingga dia merasakan

6 semakin berdebar pada bagian dadanya, bahkan sampai dia mengeluarkan sedikit peluh dibagian lehernya.

Segera Liu Giok Ing membuka daun-jendela kamar, membiarkan angin-malam mulai masuk mengurangkan rasa panas yang sedang dia rasakan. Tidak disadari olehnya bahwa waktu itu sebenarnya dia sedang terpengaruh akibat obat perangsang 'lian-hoan lo hap sie yang sengaja diberikan oleh ciangkun Sie Pek Hong, dicampur pada arak yang diminum oleh Liu Giok Ing, sehabis waktu bersantap-malam tadi.

Selagi berdiri didekat daun-jendela kamar dan selagi merasakan lembutnya tiupan angin malam, maka ganti bayang2 bo-im kiamhiap Kwee Su Liang yang direnungkan oleh liehiap Liu Giok Ing.

Selagi masih akrab dan melakukan perjalanan sama-sama, Kwee Su Liang pernah menderita kena penyakit demam, waktu itu mereka sedang melakukan perjalanan didaerah pegunungan yang sunyi, tidak ada rumah penginapan dan tidak ada tabib buat mengobati penyakit Kwee Su Liang.

Hanya ada sebuah kuil tua yang sudah tidak dirawat dan tidak dipergunakan lagi, sehingga ditempat itu mereka beristirahat dan berlindung dari serangan air hujan.

Kwee Su Liang rebah dilantai beralas jerami kering dan berbantal bungkusan pakaian, selagi dia menderita penyakit demam seluruh tubuhnya menggigil sehingga rebahnya menjadi gelisah tidak tenang, sementara Iiehiap Liu Giok Ing bersusah payah menyalakan api, hendak membikin air panas buat minum Kwee Su Liang.

7 Sebagai seorang pendekar yang gagah perkasa, Iiehiap Liu Giok Ing tidak pernah merasa cemas atau gelisah menghadapi ancaman bahaya maut, akan tetapi sebagai seorang perempuan yang hatinya sudah tercuri oleh Kwee Su Liang, waktu itu dia merasa cemas bahkan dia gugup, menghadapi kekasihnya yang sedang menggigil karena kedinginan.

"Liang-ko..." dia bersuara setelah duduk dekat Kwee Su Liang yang rebah dilantai, selagi menunggu panasnya air yang sedang dia masak.

Bo im kiamhiap Kwee Su Liang bagaikan tak sanggup mengucap kata-kata, meskipun dia mendengar suara Iiehiap Liu Giok Ing. Tubuhnya tetap menggigil dan ia bahkan perdengarkan suara bagaikan merintih, cuma sepasang matanya yang lembut-sayu mengawasi Iiehiap Liu Giok Ing.

Tak kuasa Liu Giok Ing mengatasi rasa haru, dan air matanya segera mengalir keluar sementara sebelah tangannya memegang muka Kwee Su Liang yang terasa begitu dingin sehingga tangan itu pindah ke bagian punggung.

"Giok-moay ..." akhirnya Kwee Su Liang sanggup bersuara, meskipun terdengar gemetar, dan dia tidak meneruskan perkataannya meskipun kelihatan dia ingin mengucap kata- kata lagi.

"Liang-ko..." semakin Iiehiap Liu Giok Ing merasa terharu, dan semakin banyak air-matanya yang berlinang keluar, sehingga bagaikan tanpa sadar, dia ikut rebahkan diri, rebah sebelah tangannya sedang berusaha hendak merangkul tubuh Kwee Su Liang, supaya berkurang rasa dingin yang sedang diderita oleh Kwee Su Liang.

8 "Giok-moay, mengapa kau mengeluarkan air-mata....?” tanya Kwee Su Liang selagi dirangkul oleh Liu Giok Ing. Mungkin sudah berkurang rasa-dinginnya, sehingga sanggup dia mengucap kata-kata yang sering dia ucapkan, kalau dia melihat liehiap Liu Giok Ing sedang risau dan mengeluarkan air-mata. “Liang-ko, kau sakit.., jangan kau tinggalkan aku.......aku...." untuk yang kesekian kalinya tak ada kekuatan liehiap Liu Giok Ing buat mengucap kata “aku cinta padamu!”, dan bahkan tambah terisak menangis sehingga dia menelusupkan kepalanya dibagian dada Kwee Su Liang, bagaikan dia merasa aman dan terlindung berada didalam rangkulan laki-laki yang telah mencuri hatinya.

"Giok-moay, aku cuma kena serangan sakit demam .." sahut Kwee Su Liang yang sempat membelai rambut sang adik yang binal, akan tetapi yang waktu itu sedang jinak berada di dalam rangkulannya.

“Liang-ko apa kau..," sekali lagi Liu Giok Ing batal meneruskan perkataannya, padahal ingin dia menanya, apakah kau cinta padaku?

"Tidak Giok-moay. Aku tidak apa apa..." sahut Kwee Su Liang, menganggap sang adik yang binal sedang merisaukan dia yang sedang kena serangan penyakit demam sehingga menyimpang dari maksud pertanyaan Liu Giok Ing.

Di dalam hati Liu Giok Ing merasa kecewa akan tetapi dia merasa terhibur ketika dirasakannya tangan Kwee Su Liang ikut merangkul dia sehingga untuk sesaat lamanya mereka berdua saling rangkul, cuma saling-rangkul tanpa kecup-cium, akan tetapi cukup membikin Liu Giok Ing lupa dengan air yang

9 sedang dimasaknya, sampai tempat masak air itu berbunyi hangus sebab kekeringan air.

Dan bayang-bayang kasih-mesra itu sekarang menghantui liehiap Liu Giok Ing, selagi dia berada didalam pengaruh obat- perangsang lian-hoan lo-hiap sie; selagi suaminya sudah marhum dan Bo-im kiamhiap Kwee Su Liang bahkan memusuhi dia, hendak menangkap dia membawa tugas dari sri baginda maharaja yang lalim.

Cuma ciangkun Sie Pek Hong yang agaknya menyimpan rasa kasih-sayang buat dia, cuma ciangkun Sie Pek Hong yang berada didekat dia, yang sewaktu-waktu mau membelai dan mencumbu dia; sayangnya ciangkun sudah menikah; sudah mempunyai isteri.

Lesu langkah-kaki liehiap Liu Giok Ing waktu dia meninggalkan tempatnya didekat jendela, membiarkan daun jendela itu tetap membentang lebar; lalu dia merebahkan tubuhnya diatas ranjang, yang bahkan menambahkan dirinya bertambah gelisah.

Ada bunyi suara yang tidak wajar diatas genteng rumah, yang sempat didengar oleh telinga liehiap Liu Giok Ing yang cukup terlatih. Dan bunyi suara yang tidak wajar itu, berhasil mengalahkan pengaruh pekerjaan obat-perangsang; sehingga lekas itu juga Liu Giok Ing bergerak menyambar pedang Ku-tie kiam yang dia tempatkan dibawah bantal, menyusul kemudian tubuhnya melesat keluar lewat daun jendela, dan pada gerak berikutnya dia sudah berada diatas genteng, melihat ada seorang asing yang memakai tutup muka dengan

0 secarik kain berwarna hitam, yang waktu itu sudah bertempur melawan ciangkun Sie Pek Hong !

Terasa panas hati liehiap Liu Giok Ing yang segera bangkit amarahnya, sebab dia yakin seorang yang memakai tutup muka hitam itu adalah Kwee Su Liang; dan Kwee Su Liang datang hendak menangkap dia ! Cuma itu yang terpikir oleh liehiap Liu Giok Ing, sehingga dia berteriak memaki dan langsung ikut menyerang Kwee Su Liang, yang dia kepung berdua ciangkun Sie Pek Hong.

Seorang yang memakai tutup muka dengan secarik kain warna hitam itu, memang adalah Kwee Su Liang; dan Kwee Su Liang datang dapat disiasat ciangkun Sie Pek Hong yang sedang berada diatas genteng, didekat kamar Iiehiap Liu Giok- Ing, sebab ciangkun ini bermaksud hendak mengintai, ingin mengetahui keadaan Iiehiap Liu Giok Ing yang sedang kena pengaruh obat-perangsang. Ingin memasuki kamar Iiehiap Liu Giok Ing, kalau dilihatnya janda muda itu sedang terangsang; akan tetapi batal dan tak sempat dia melakukan niatnya, sebab Kwee Su Liang keburu datang dan Kwee Su Liang bahkan yang langsung menyerang, sehingga terpaksa dia harus melayani tanpa sempat dia bersuara, berteriak memanggil teman-teman.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment