Apalagi keluarga kaya dan berpengaruh, setelah ketemu dia jelas Piaumoaymu lantas berubah pikiran." Sampai gemetar badan Peng-say saking gusarnya, teriaknya: "Kau, kau anggap Piaumoayku itu orang macam apa?" Dengan sengaja Kim-leng menjawab: "Dia tiada harganya untuk dicintainya, dia adalah model perempuan yang beriman tidak teguh." Tidak kepalang gusar Peng-say, kontan ia menampar sehingga Sau Kim-leng jatuh terguling, mukanya yang putih bersih itu berhias lima jalur merah bekas jari.
Cepat Liok-ma memburu maju dan merangkul Sau Kimleng.
"Kau sendiri perempuan yang tidak teguh," demikian Peng-say mendamperat dengan gregetan.
Habis itu ia terus melangkah pergi.
"Berhenti! Setelah memukul orang lantas mau pergi begitu saja"!" bentak Liok-ma.
Dia bermaksud mengejar, tapi Sau Kim-leng dalam pelukannya lantas mencegah: "Biarkan dia pergi!" Setelah melepaskan nona itu, Liok-ma berkata sambil menggeleng: "Ai, untuk apa kau omong begitu sehingga kau digampar olehnya." "Aku takkan terpukul secara percuma," ujar Kim-leng sambil meraba pipinya.
"Kau tahu Piaumoaynya bukan model perempuan begitu, malahan dia.
" "Kutahu.
tidak perlu kau katakan lagi," sela Kim-leng.
"Dapat kubayangkan sebab apa dia ikut pergi bersama Ciamtay Boh-ko." "Jika begitu, mengapa kau.
" "Aku sengaja membikin hatinya terluka dan sukar disembuhkan selamanya," ujar Kim-leng.
"Bilamana dia tidak berhasil menemukan dan merebut kembali Piaumoaynya, lama2 dia pasti akan melupakan sang Piaumoay atau mungkin sama sekali tidak suka lagi padanya, tatkala mana baru akan kelihatan tamparan yang kuterima ini tidaklah sia2." "Akan tetapi juga belum tentu dia akan berubah pikirannya terhadapmu.
" "Bisa, pasti bisa, dia pasti akan berubah pikirannya padaku," kata Kim-leng tegas dan mantap, "Sekarang marilah kita berangkat!" "Berangkat kemana?" tanya Liok-ma.
"Ke Tang-hay!" "Tang-hay"!" "Sudahlah, jangan banyak bertanya, lekas kita bebenah dan segera berangkat!" -oo0dw0oo- Sudah tentu Soat Peng-say tidak percaya Cin Yak-leng ikut pergi bersama Ciamtay Boh-ko dengan sukarela, ia yakin si nona pasti terpaksa, tapi iapun tidak mengerti mengapa Ciamtay Boh-ko memaksa Yak-leng pergi bersama dia" Jangan2 Ciamtay Boh-ko menyangka Cin Yak-leng ialah Sau Kim-leng" Inipun tidak mungkin.
Yak-leng kan punya mulut, masa dia tidak dapat menjelaskan siapa dia" Kalau bukan salah paham, masih ada kemungkinan lain, yaitu Ciamtay Boh-ko penujui Cin Yak-leng, maka menculiknya.
Jika betul terjadi begini, inilah yang menakutkan.
Cin Yak-leng tidak tergolong cantik luar biasa.
jika sembarang perempuan disukai Ciamtay Boh-ko, maka jelas pemuda ini pasti pemuda bangor yang gila perempuan.
Berpikir demikian, Peng-say tidak berani lagi membayangkan bagaimana akibatnya Cin Yak-leng digondol Ciamtay Bohko.
Tapi apapun juga dia harus berusaha sebisanya untuk menyelamatkan Cin Yak-leng sekalipun jiwa sendiri harus berkorban.
Sudah tentu, waktunya memegang peranan penting, semakin cepat semakin baik, bila keburu, mungkin kesucian Cin Yak-leng masih dapat diselamatkan.
Karena itulah, sejak meninggalkan Siau-ngo-taysan, sepanjang jalan ia lantas ber-tanya2 dan mencari keterangan adakah seorang pemuda seperjalanan dengan seorang nona.
Tak tersangka, sudah banyak juga orang yang ditanyai tapi semuanya menggeleng menyatakan tidak tahu.
Ia menyangka dirinya telah salah arah, tapi kemudian terpikir olehnya bisa jadi Ciamtay Boh-ko menumpang kereta bersama Yak-leng, kalau mereka tidak memperlihatkan wajahnya, dengan sendirinya tiada orang yang tahu.
Lantas bagaimana baiknya" Padahal setiap hari entah berapa banyak kereta kuda yang berlalu-lalang, siapa yang tahu dikereta mana terdapat seorang pemuda dan seorang nona jelita" Beberapa hari telah berlalu, makin kesal hati Soat Pengsay, dia tidak tahu pasti kearah mana Ciamtay Boh-ko membawa Cin Yak-leng, pencarian secara ngawur ini jelas akan sia2 belaka.
Setengah bulan kemudian, ruang lingkup ratusan li di sekitar Siau-ngo-tay-san telah dijelajahi semuanya, boleh dikatakan siang malam bekerja tanpa berhenti, tapi hasilnya tetap nihil.
Makin lama waktu yang terbuang makin tidak menguntungkan dia, keruan ia sangat gelisah dan cemas, tubuhnya mulai kurus, hampir tidak suka makan dan tidak enak tidur.
Sampai2 kuda yang baru dibelinya itu juga lantaran bekerja terlalu keras pula dia malas merawatnya, maka kudapun semakin kurus.
Sebulan kemudian, ia merasa tiada berguna lagi mencari di seputar Ngo-tay-san itu, semula ia percaya pencariannya pasti akan berhasil, sebab orang yang dituju Ciamtay Boh-ko adaiah Sau Kim-leng nona itu tidak diperolehnya, besar kemungkinan Ciamtay Boh-ko akan menunggu kesempatan di sekitar Siau-ngo-tay-san.
Akan tetapi setelah penyelidikan teliti selama sebulan, seluas tiga ratus li di seputar Siau-ngo tay-san sudah dijelajahi dan tetap tiada mendapatkan sesuatu jejak, maka Soat Peng-say mulai patah semangat, ia yakin pada hari pertama juga Ciamtay Boh-ko telah pergi ke tempat yang jauh, hakikatnya tidak pernah tinggal di sekitar Siau-ngo-tay-san.
Maka ia berganti haluan, ia hendak mencari jarak jauh.
Tapi pencarian jarak jauh terutama harus tahu dulu arah yang tepat, kalau tidak, makin lama makin jauh jaraknya.
akhirnya tambah celaka.
Untuk memastikan arah kepergian Ciamtay Boh-ko, setelah sebulan kemudian boleh dikatakan tidak mungkin lagi, terpaksa harus untung2an.
Empat penjuru terbagi dalam timur, barat, utara dan selatan, jadi kesempatannya cuma seperempat bagian.
Setelah dipikir dan ditimbang, Peng-say mengambil keputusan malam ini juga akan berangkat ke jurutan timur.
Keputusannya ini didasarkan kepada tempat kediaman Ciamtay Boh-ko berada di Tang-hay, di lautan Timur.
Jadi lebih besar harapannya jika mencari ke arah timur.
Umpama salah arah, pada suatu hari akhirnya Ciamtay Boh-ko juga pasti akan kembali ke lautan timur.
Sebab itulah tujuan terakhir Soat Peng-say adalah berlayar, mendatangi tempat kediaman Ciamtay Boh-ko.
Hari ini dia sampai di Pakkhia, Peng-say tidak menjenguk famili ke keluarga Cin, juga tidak menyambangi keluarga Beng, dia sengaja menginap di sebuah hotel kecil.
Sudah tiga hari dia tinggal disitu, setiap hari kecuali pulang tidur di hotel, waktu selebihnya ia gunakan putar kayun di segenap pelosok kota, ia berharap kalau2 kebetulan bertemu dengan Cin Yak-leng.
Ia pikir ada kemungkinan Ciamtay Boh-ko tinggal di kota besar ini, bila dia membawa keluar Cin Yak-leng dan bisa jadi akan dipergokinya.
Sudah tentu jalan pikirannya ini terlalu ke-kanak2an.
Selama tiga hari dia mondar-mandir kian-kemari, sepatu baru yang dipakainya sudah hampir jebol, tapi Cin Yakleng yang diharapkan kepergok tetap tidak kelihatan.
Terkadang memang dilihatnya satu-dua nona yang bayangan punggungnya mirip Cin Yak-leng, tapi setelah didekati dan ditegur, tahu2 bukan.
Tentu saja nona yang disapanya menjadi malu dan memaki dia orang gila.
Selama lebih sebulan Soat Peng-say hidup merana, keadaannya memang rada2 berubah seperti orang sinting, Dia malas cuci muka dan sisir rambut, bajunya juga sudah robek, rambutnya semrawut, janggutnya tidak dicukur, keadaannya menjadi mirip pengemis, Akhirnya ia merasa dirinya bisa benar2 menjadi sinting bilamana berdiam lebih lama lagi di Pakkhia.
Ia memutuskan besoknya akan berangkat.
Tapi malam terakhir ini tidak dilewatkan dengan percuma, ia masib penasaran dan ingin mencari pula.
Ia pikir Ciamtay Boh-ko tidak dikenalnya, bila jadi ketika pemuda itu keluar sendiri dan Cin Yak-leng ditinggal di hotel, makanya tidak dipergokinya.
Mumpung masih ada waktu satu malam.
setiap hotel harus diselidiknya dengan baik.
Tapi kebanyakan jongos hotel adalah manusia yang berjwa budak, terhadap orang atas dia munduk-munduk, terhadap orang bawah dia tindas.
Sudah belasan hotel didatangi Peng-say, tapi tiada seorang jongos hotel yang mau menggubrisnya, bahkan dia diusir, Terpaksa ia hanya melongok saja dari luar hotel.
Ketika sampai di luar sebuah hotel yang terbesar di kota Pakkhia, dilihatnya tetamu yang keluar masuk semuanya adalah orang kalangan atas.
Jongos hotel yang garang segera mengusirnya pergi begitu melihat dia longak-longok di pintu hotel seperti pencoleng mengincar koper, atau sedikitnya menganggap pakaian Peng-say terlalu dekil, bila dekat hotel bisa jadi akan membikin kotor tetamu mereka.
Padahal banyak uang perak yang dibawa Peng-say, dia cukup mampu tinggal di hotel mewah ini.
Tapi dia malas bertengkar dengan jongos yang bejiwa anjing itu.
Coba anda perhatikan, jika melihat orang yang berpakaian perlente, anjing lantas goyang2 ekor dan menjilat2.
Tapi kalau ketemu orang jembel, tanpa alasan terus menggonggong, bahkan akan menggigit.
Itulah sifat anjing.
Selagi Peng-say hendak menyingkir, se-konyong2 sebuah kereta kuda bercat emas dan berhias mentereng menyerempet lewat disisanya sehingga bajunya yang sudah compang-camping itu terobek sebagian, bahkan kulit dagingnya juga melecet.
Keruan Peng-say marah, diam-diam ia memaki kusir kereta itu buta, perlu didamperat.
Dilihatnya kereta warna emas itu tepat berhenti di depan hotel, beberapa jongos lantas berlari mendekati penumpang kereta, seketika tiada orang yang memperhatikan Soat Peng-say, maka ia dapat mendekati pintu hotel.
Se-konyong2 Peng-say terkesima, hampir saja ia berteriak: "Adik Leng!" Ia kuatir salah lagi dan ditertawai kawanan jongos yang suka menghina itu, maka tidak jadi berseru.
Tapi semakin dipandang semakin mirip, nona yang turun dari kereta kuda itu bayangan punggungnya jelas serupa Cin Yak-leng, cuma sayang tidak kelihatan mukanya dan nona itu lantas melangkah masuk ke hotel.
Setelah kereta warna emas itu dihalau pergi seorang jongos yang bertugas menyambut tamu segera melihat Soat Peng-say berdiri di situ, dengan gusar ia membentak, "He, pengemis busuk! Mau apa berdiri di situ" Mau mencuri ya" Lekas enyah lekas!" Sambil mendamperat ia terus mendekati Peng-say dan mendorongnya dengan kuat.
Tapi sedikitpun Peng-say tidak bergerak, ia tanya sambil tertawa: "Sahabat, numpang tanya, apakah nona yang baru masuk tadi adalah langganan hotel kalian?" Karena sekali dorong tidak dapat membikin Soat Pengsay sempoyongan, si jongos tidak berani meremehkannya lagi.
Maklum, jongos hotel juga banyak pengalaman, terutama di kotaraja seperti Pakkhia ini tentu tidak sedikit terdapat orang kosen, contohnya adaiah Soat Peng-say di depannya ini.
Jangan kira dandanannya kotor seperti kere, nyatanya memiliki Lwekang yang kuat, didorong saja tetap tegak seperti tonggak.