Halo!

Pedang Kiri Pedang Kanan Chapter 33

Memuat...

Pedih hati ibu dan ingin mati saja kalau bisa, tapi apa daya, biarpun dimaki dan dipukul, atau bicara menurut aturan, Hong-hoa-wancu tetap tidak mau tahu dan juga tidak mau membebaskan ibu pulang ke Tionggoan.

Demi pencarian jejak ayah, terpaksa ibu mempertahankan hidupnya, lima tahun kemudian, waktu aku berumur tiga tahun, Ciamtay Boh-ko juga sudah berumur sepuluh.

Suatu hari waktu Hong-hoa-wancu menimang diriku, ia bilang kepada ibu bahwa Leng-ji makin besar makin menyenangkan, bilamana sudah besar kelak rasanya berat kalau dinikahkan kepada orang luar, syukur adat kebiasaan setempat memperbolehkan perkawinan antara saudara sendiri, maka kelak biar Boh-ko kawin saja dengan anak Leng dan mewarisi Hong-hoa-wan bersama." Peng-say meng-geleng2 kepala oleh cerita yang tidak masuk diakal sehat itu.

Kim-leng mencucurkan air mata, katanya pula: "Mendengar ucapan Hong hoa-wancu itu, dapat dibayangkan betapa kejut dan sedih ibuku.

beliau tidak memperlihatkan sesuatu perasaan apapun, diam2 ia mencari kesempatan untuk meloloskan diri dari sarang iblis.

Selama dua tahun ibu terus berusaha, disamping menyogok pelayan dan siap menyeberangi lautan , diam2 juga berjaga agar aku tidak bergaul dengan Ciamtay Boh-ko.

Sebab itulah sampai sekarang aku tidak mempunyai kesan apapun terhadap Ciamtay Boh-ko, mungkin Ciamtay Boh-ko sendiri juga tidak mempunyai kesan apapun atas diriku, inilah cara mendiang ibuku ber-jaga2 terhadap segala kemungkinan, sebelum meninggal ibu juga berpesan padaku, apabila kelak Ciamtay Boh-ko datang ke Tiongoan dan terlalu mendesak, maka aku dianjurkan mengasingkan diri dan hidup terpencil agar tidak dapat ditemukan Ciamtay Boh-ko.

Tujuh tahun ibu bertempat tinggal di Tang-hay sana, akhirnya tiba saatnya ketika Hong-hoawancu sedang mabuk, ibu berusaha membunuhnya dan melarikan diri .

" "Jadikah Hong-hoa-wancu mati?" sela Peng-say.

"Menurut cerita ibu, Hong-hoa-wancu benar2 tidak malu menjadi satu diantara Su-ki yang termashur, sudah jelas pedang ibu tepat menikam pada tempat fatal di tubuhnya, tapi dia masih mampu mematahkan pedang ibu, bahkan balas menghantam sekali sehingga ibu terluka.

Melihat bagian pedang yang patah menancap di tubuh Hong-hoawancu dan dia tetap berdiri tegak tanpa roboh.

ibu menjadi ketakutan dan cepat2 melarikan diri dengan menanggung luka, karena itulah mati hidup Hong-hoa-wancu juga tidak diketahui.

Akan tetapi kemudian sama sekali tiada tersiar berita tentang kematian Hong-hoa-wancu, jadi mungkin dia masih hidup.

Namun menurut ibu, biarpun tikaman itu tidak membinasakan dia, sedikitnya akan membuatnya lumpuh untuk selamanya dan sakit hati selama tujuh tahun terasa sudah terbalas.

Sampai sekarang Hong-hoa-wancu tidak pernah muncul di Tionggoan, mungkin dia memang sudah lumpuh.

Sebaliknya karena pukulan Hong hoawancu luka ibupun tidak ringan dan tidak pernah disembuhkan secara tuntas.

Ditambah lagi ibu terlalu capek mencari Caycu, lari kesana cari kesini, akhirnya buyarlah segala harapannya untuk menemukannya, karena sedih ditambah lukanya, ibu tidak pernah bangun lagi, beliau wafat pada waktu aku berumur sebelas." Peng-say menghela napas gegetun, katanya: "Kalau Hong hoa-wancu lumpuh tesama itu, jelas itulah ganjarannya yang setimpal.

Tapi kematian ibumu, ai, sungguh tidak adil dunia ini." "Yang harus disesalkan adalah diriku yang dilahirkan tak berguna ini," ucap Sau Kim-leng dengan gemas.

"Ilmu silat tak dapat kulatih, aku tidak mampu pergi ke Tang-hay untuk menuntut balas kematian ibu, sebaliknya Hong-hoawancu malah tidak melupakan diriku, jelas dia sengaja menyuruh puteranya datang kemari untuk memaksa diriku pulang ke Tang-hay sana." "Dengan tindakan ini apa manfaatnya bagi Hong-hoawancu sendiri?" ujar Peng-say sambil meng-geleng2 kepala.

"Dia mengira ibu belum meninggal, tentu dia sengaja menyuruh anaknya bertindak demikian agar ibu mati keki," kata Kim-leng.

Peng-say menggeleng kepala pula, ucapnya: "Ibumu adalah tokoh ternama di dunia Kangouw, setiap orang Bulim tahu ibumu sudah meninggal dunia, makanya terjadi penyatron berulang kali ke Leng-hiang-cay sini.

Meski Hong-hoa-wancu ber-tempat tinggal jauh di lautan sana, tentu dia juga mendengar berita meninggalnya ibumu." "Pendek kata, jelas Hong-hoa-wancu tidak bermaksud baik," ucap Kim-leng dengan gegetun.

"Apabila pada suatu hari engkau dapat menuntut balas, cara bagaimana akan kau perlakukan Hong-hoa-wancu?" tanya Peng-say.

Kim-leng ragu sejenak, jawabnya kemudian dengan tergagap: "Akan akan kubunuh dia.

" "Jangan lupa, dia adalah ayah-kandungmu!" Mendadak Sau Kim-leog mendekap mukanya dan menangis, serunya: "Tapi.

tapi kalau dia tahu hubungan baik antara ayah dan anak, tentu dia tidak menyuruh puteranya datang kesini untuk menghina diriku " "Nona janganlah berduka, yang penting sekarang, pikirkanlah cara bagaimana menghadapinya," ujar Pengsay.

"Dalam keadaan terpaksa, biarlah kutinggalkan tempat ini, aku akan mengasingkan diri untuk menyambung sisa hidupku ini." "Tapi pondasi Pak-cay yang sudah terpupuk selama ratusan tabun.

apakah tidak sayang jika ditinggalkan begitu saja?" "Habis seorang perempuan lemah macam diriku ini masa mampu menghadapi srigala yang buas itu?" Peng-say terdiam.

Ia membatin: "Semoga Sau Cing-in belum lagi mati, asalkan dia muncul kembali untuk mengemudikan keadaan ini, tentu Pak-cay dapat diselamatkan." Akan tetapi Sau Cing-in sudah hilang 27 tahun lamanya, apakah jalan pikirannya ini tidak terlalu muluk" Tiba2 Sau Kim-leng bertutur pula: "Ang-hay-ji adalah anak yatim-piatu yang dibuang orang tuanya, tak diketahui she dan namanya, tapi dia pintar dan cerdas, mestinya ada maksudku akan mengangkat dia menjadi ahliwaris Pak-cay agar nama kebesaran Pak-cay yang sudah bersejarah ratusan tahun ini tidak hanyut di tanganku." " "Inipun pikiran yang baik," ujar Peng-say "Sudah berapa tahun Liok-ma mengajarkan Kungfu kepadanya?" "Kira2 tiga tahun," jawab Kim-leng.

"Kalau sudah dewasa nanti akan kuajarkan padanya setengah bagian kiri Siang-liu-kiam-hoat ini," kata Peng-say.

"Tapi setelah dia dewasa nanti, mungkin didunia persilatan sudah tidak dikenal lagi nama Pak Cay," kata Kim-leng.

"Kan masih ada Liok-ma, kukira tidak perlu kuatir." "Usia Liok-ma sudah hampir delapan puluh, berapa tahun lagi dapat kita tunggu?" ujar Kim-leng.

"Ya, ini ....

memang .

" "Meski kau bukan murid Pak-cay, tapi kau memiliki ilmu pedang Pak-cay, asalkan kau mau mengambil alih tugas ini dan berjuang bagi Pak-cay, tentu nama Pak-cay tidak kuatir akan lenyap." Permintaan ini sebenarnya rada semberono, tapi lantaran percakapan mereka makin lama makin cocok, Sau Kimleng memandang Peng-say seperti orang sendiri, tanpa terasa tercetus permintaannya itu.

Tapi Peng-say juga tidak marah, ia mengangguk dan berkata: "Pantasnya, karena aku memainkan ilmu pedang Pak-cay, akupun harus berjuang bagi Pak-cay, asalkan tenagaku mampu melaksanakannya.

secara diam2 aku pasti akan membela nama baik Pak-cay." "Kenapa mesti secara diam2?" tanya Kim-leng dengan heran.

"Habis bagaimana menurut kehendak nona?" "Jika aku mengasingkan diri, Liok-ma tentu akan ikut bersamaku, Leng-hiang-cay tidak boleh kosong tanpa pemilik, sedangkan usia Ang-hay-ji masih terlalu kecil, kelak juga belum pasti sanggup memikul beban berat sebagai pewaris Pak-cay, sekarang terpaksa harus mohon bantuanmu agar suka tinggal di sini dan menjadi pemilik Pak-cay." Cepat Peng-say menggeleng, katanya: "Wah, mana boleh jadi begini! Betapa banyak harta benda Pak-cay mana boleh jatuh ke tanganku dengan begini saja" Apalagi aku masih banyak urusan lain dan tidak dapat setiap hari berdiam di Leng-hiang-cay." "Ai, Ka.

Kongcu dungu," mestinya dia akan bilang "kakak tolol", tapi terasa tidak enak, maka cepat ganti sebutan, "siapa yang suruh kau berdiam disini setiap hari, kau bebas kemanapun sesukamu, jangan lupa, aku kan pernah minta bantuanmu agar ikut mencari kabar jejak Caycu, jika engkau hanya berdiam disini setiap hari, lalu cara bagaimana akan kau cari beritanya" Terserah padamu, boleh kau tinggal di sini satu-dua hari setiap bulan atau sepuluh hari setiap dua bulan, asal saja kau menganggapnya sebagai tempat tinggalmu." Tapi Peng-say tetap menggeleng, katanya: "Tanpa alasan seorang asing seperti diriku ini mendadak disuruh menjadi pemilik Pak-cay, namanya tidak cocok, kata2nya tidak sesuai, kukira tidak boleh jadi." Mendadak dari lorong sana ada orang menyambung: "Siapa bilang namanya tidak cocok dan kata2nya tidak sesuai?" "Ah, Liok-ma datang," seru Kim-leng girang.

Benar juga, sejenak kemudian tampak liok-ma melangkah masuk gua itu, katanya dengan mengulum senyum: "Soat kongcu diminta menjadi Pak-cay Caycu kukira memang paling ideal.

Tua bangka macam diriku entah bisa hidup berapa tahun lagi, bilamana mendadak kutinggalkan dunia fana ini, tertinggal anak ingusan macam Ang hay-ji bisa ber-buat apa" Kepandaian Soat kongcu jelas tidak di bawahku, engkau juga menguasai ilmu pedang ciptaan Loya, ini sama dengan murid Loya, sungguh ideal bila engkau menjadi pewaris Pak-cay.

Soal namanya tidak cocok dan kata2nya tidak sesuai kan mudah diatur." "Cara bagaimana mengaturnya?" tanya Kim-leng.

"Asalkan dia memperisteri Siocia kita, kan segala urusan menjadi beres?" ujar Liok-ma dengan tertawa.

Seketika muka Sau Kim-leng menjadi merah, ia menunduk malu hingga kepala hampir menempel dada.

Tapi dia tidak bersuara, bahkan cuma merasa malu saja, jelas diam2 berarti setuju, hanya tidak diketahuinya apakah sang jejaka setuju atau tidak.

Bahwa mendadak ada rejeki nomplok, diberi isteri cantik, terima warisan harta benda yang tak terhitung besarnya, semua ini benar2 sangat menarik.

Soat Peng-say sendiri baru saja lolos dari lubang jarum, setelah jiwa selamat segera diuruk rejeki, perubahan mendadak ini benar2 membuatnya terkesima, Sejak dulu setiap pahlawan memang sukar terhindar dari gangguan si cantik, bahwa sekarang isteri cantik disodorkan kepadanya, betapapun Soat Peng-say sukar menolaknya, jangankan kuatir akan melukai hati si nona, sesungguhnya iapun merasa sayang untuk tidak menerimanya.

Tapi kalau dia menerima begitu saja, rasanya juga rada2 enggan.

Untung pinangan Liok-ma itu tidak ditanyakan secara langsung, jadi masih dapat dipertimbangkan lagi secara pelahan2.

Maka Peng-say lantas bertanva: "Apakah Ciamtay Bohko sudah pergi?" "Syukurlah sudah dapat kuenyahkan dan terhindarlah kesukaran di depan mata," jawab Liok-ma.

"Eh, hari sudah lewat lohor, kalian belum makan siang, maka sengaja kudatang memapak pulang Siau-leng." -ooo0dw0ooo- Baru sekarang Sau Kim-leng mengangkat kepalanya dan melirik Peng-say sekejap, lalu katanya kepada Liok-ma: "Dan dia.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment